JAKARTA, METRO–Sekitar 20,5 bulan lagi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 digelar, tepatnya 14 Febaruari. Nama Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto masih menjadi calon Presiden pilihan rakyat teratas dalam berbagai survei sejak 2019 lalu. Bahkan, angka yang ditampilkan lembaga survei cukup jauh dari para pesaingnya. Prabowo seperti hampir dipastikan akan menjadi Presiden Indonesia 2024.
Sebagai calon Presiden “terkuat” kini Prabowo sedang menanti pendampingnya untuk menuju KPU dan bertarung di Pilpres langsung kelima sepanjang sejarah Indonesia ini. Sampai hari ini, sangat banyak calon yang diapungkan untuk mendampingi Menteri Pertahanan RI dengan kinerja terbaik ini. Banyak yang menyebut, siapapun yang mendampingi Prabowo, dia tetap akan melenggang ke Istana Presiden ke-8 RI.
Menariknya, meski disibukkan dengan kegiatan Kemenhan yang luar biasa, banyak elemen, ormas, dan lainnya tetap memberikan dukungan kepada Prabowo sebagai Capres. Bahkan, Istana, atau lebih tepatnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) disebut-sebut merestui Prabowo meneruskan kepemimpinannya dan mencarikan calon pendamping yang akan memperbesar peluang menang.
Ketua Harian DPP Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad mengatakan untuk calon wakil Presiden, pihaknya masih mendengar masukan dari akar rumput partai, juga dari lainnya. “Masukan-masukan berdasarkan situasi di lapangan siapa yang akan menjadi calon dari pendamping sebagai wakil Presiden dari Pak Prabowo ini kita juga masih himpun dan kita masih tunggu,” ujar Dasco di Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Jakarta, kemarin.
Dasco masih menampik, bahwa silaturahim yang dilakukan oleh Prabowo merupakan kegiatan politik. Prabowo disebutnya murni melakukan halalbihalal ke sejumlah tokoh. “Saya pikir untuk Pilpres misalnya itu masih terlalu dini, karena yang dilakukan hanya memang halalbihalal dan silaturahmi Idul Fitri,” ujar Dasco.
Katanya, hal yang wajar jika Prabowo bersilaturahim dengan Presiden Jokowi, mengingat dia adalah Menteri Pertahanan. Adapun Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri dipandang sebagai sosok senior yang dihormati.
“Pak Prabowo menghargai Bu Mega sebagai yang lebih tua dan selama ini hubungan baik, sehingga ya dilakukan silaturahmi Lebaran sebelum ke tokoh-tokoh lain ke Bu Mega dulu,” ujar Wakil Ketua DPR RI ini.
Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Gerindra, Habiburokhman mengatakan meski Prabowo Subianto pernah kalah saat nyapres, namun hasil survei Prabowo masih paling tinggi. Habiburokhman menambahkan ini merupakan bukti Prabowo masih ada di hati rakyat Indonesia.
“2024 adalah waktunya pak Prabowo menjadi Presiden RI. Pak Prabowo masih di hati rakyat Indonesia. Pak Prabowo tetap didukung oleh rakyat Indonesia dan tidak ada kata menyerah. Tidak ada kata surut bagi kita untuk terus mendukung beliau,” sambungnya.
Anggota Dewan Pembina DPP Partai Gerindra Andre Rosiade meyakini, mayoritas masyarakat Indonesia sangat menginginkan Prabowo menjadi Presiden 2024. Apalagi, hampir semua survei memenangkan Prabowo, jauh di atas pesaing-pesaingnya. “Kami di Sumbar apalagi, akan terus mendukung pak Prabowo. Karena tidak ada lagi Capres yang ingin mereka dukung,” kata Ketua DPD Partai Gerindra Sumbar ini.
Pakar politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno mengatakan Prabowo mesti mencari pasangan yang bisa menarik ceruk pemilih di luar pemilih Prabowo. Prabowo, kata Adi, juga harus menjauh dari kelompok yang mencoba menggunakan isu agama saat Pemilu.
“Pertama, harus cari Cawapres yang bisa meningkatkan elektabilitas dan bisa menarik ceruk pemilih di luar pemilih Prabowo. Waktu 2019 lalu wakil Prabowo (Sandi) berasal dari ceruk yang sama dengan Prabowo. Kedua, harus menjauh dari kelompok yang mencoba menggunakan isu agama dalam Pemilu,” ujarnya.
Rebutan Partai lain
Dipastikan menjadi jagoan Gerindra, tentunya Prabowo harus mendapatkan dukungan dari partai lain. Karena, Gerindra belum memenuhi syarat calon diusulkan partai politik atau gabungan partai politik peserta Pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan kursi paling sedikit 20 persen dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25 persen dari suara sah secara nasional pada Pemilu anggota DPR sebelumnya atau 2019.
Dari sisi suara, tidak ada satupun parpol yang bisa mengusung tanpa koalisi. Namun dari kursi DPR RI, PDI P bisa mengusung tanpa koalisi, karena mendapatkan 128 kursi atau 22,8 persen. Sementara Gerindra tetap harus berkoalisi karena hanya memiliki 78 kursi atau 13,9 persen dari 112 kursi (20 persen) yang disyarakan.
Secara matematis memang, berkoalisi dengan PDI P adalah langkah yang disebut paling efektif untuk Prabowo untuk menang secara nasional. Sejumlah kader PDI P bisa menjadi pilihan Cawapres, seperti Ganjar Pranowo, Puan Maharani dan lainnya. Namun, PDI P sendiri saat ini masih belum menentukan, siapa yang akan dimajukan di Pilpres.
Selain PDI P, tokoh-tokoh lain yang berpeluang mendampingi Prabowo adalah Anies Baswedan yang belakangan mendapatkan dukungan dari Partai NasDem yang pada saat Pileg 2019 juga mendapatkan kursi signifikan, lebih dari 10 persen. Sementara Partai Demokrat, yang punya 54 kursi juga punya peluang menjagokan Agus Harimutri Yuhdoyono (AHY) sebagai Cawapresnya. Meski sudah disebut-sebut klop sebagai Cawapres Anies.
Bahkan, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) juga sempat menyebut Ketumnya, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin sebagai Cawapres Prabowo. Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PKB Syaiful Huda mengungkapkan opsi ‘menjodohkan’ Prabowo-Cak Imin sudah muncul di tingkat akar rumput.
“Di beberapa kabupaten/kota bahkan sudah ada deklarasi, banyak relawan yang sempat mendeklarasikan pak Prabowo-Gus Muhaimin. Di Jawa Barat banyak sekali, sudah hampir enam bulan lalu,” ujar Syaiful, Kamis (26/5).
Selain itu, masih ada Ketua Umum Golkar Airlangga yang bisa dipinang, meski belum meliliki elektabilitas yang kuat. Berbeda dengan Ketum PAN Zulkifli Hasan yang sebelumnya masih enggan menyebut akan maju. PKS dan PPP juga belum menentukan siapa yang akan mereka usung dalam Pilpres. Semua masih terbuka. (r)