PUASA yang dilakukan umat muslim pada Bulan Suci Ramadhan, juga mencakup hal yang terkait dengan perbaikan batin (hati). Tidak cukup hanya selesai dengan urusan fisik saja. Karena jika ini yang terjadi, maka yang didapatkan hanyalah lapar dan dahaga.
Oleh karenanya, puasa juga harus melibatkan urusan batin, terkait dengan hati yang ikhlas dan kepercayaan yang penuh. Dengan demikian, setiap yang berpuasa dengan penuh kepercayaan dan keihlasan, akan mendapatkan ampunan untuk dosa dosa yang telah dilakukan sebelumnya.
Salah satu puasa batin yang perlu dilatih saat berpuasa itu adalah janganlah berburuk sangka kepada siapa saja. Termasuk terhadap saudara kita sendiri. Termasuk berburuk sangka terhadap ketetapan Allah SWT, karena manusia harus yakin bahwa ketetapan Allah SWT adalah hal terbaik bagi ummat manusia.
Dalam Islam kondisi ini biasanya diistilahkan dengan istilah khusnudzon (berbaik sangka) atau dalam bahasa sekarang sering diitilahkan positive thinking (berfikir positif atas semua keadaan).
Abdullah Tuasikal (2008) pada setiap keadaan yang tidak baik bagi manusia itu terdapat beberapa rahasia Allah SWT. Mengangkat derajat karena kesabarannya, juga dapat melebur dosa yang lalu bagi yang ihlas menerima keadaan. Pasti ada rahasia di setiap keadaan yang ditetapkan Allah SWT . Oleh karenanya, kewajiban ummat manusia itu menerima semua ketetapan dengan lapang hati.
Difirmankan dalam surat al Fath 12 : Tetapi kamu menyangka bahwa Rasul dan orang orang mukmin, tidak sekali kali akan kembali kepada keluarga mereka selama lamanya (terbunuh dalam peperangan) dan syaitan telah menjadikan kamu memandang baik dalam hatimu persangkaan itu, dan kamu telah menyangka dengan sangkaan yang buruk dan kamu menjadi kaum yang binasa.
Kedua, mengingkari qodlo dan qodar Allah yaitu menyatakan bahwa ada sesuatu yang terjadi di alam ini yang diluar kehendak dan takdir Allah SWT . Ketiga, mengingkari adanya hikmah yang sempurna dalam taqdir Allah.
Maka puasa pada bulan suci Ramadhan tidak hanya semata-mata menahan nafsu lahiriah sperti haus dan lapar. Seperti makan, minum dan berhubungan intim di siang hari. Dalam berpuasa juga hendaknya menahan diri dari nafsu batin, seperti menggunjing, mencela, bergosip, berkata dusta hingga mengadu domba.
Imam Nawawi dalam kitabnya, Riyadlush Shalihin menyebutkan, Rasulullah SAW senantiasa menjaga anggota tubuhnya dari perbuatan buruk dan perbuatan yang menyimpang. Hadis yang bersumber dari Abu Hurairah RA, meriwayatkan Rasulullah SAW bersabda, ‘’Di saat seseorang di antara kalian berpuasa, maka jangan berkata kotor dan menyimpang. Jika ada seseorang yang memakinya atau memukulnya, hendaklah ia-orang yang berpuasa-mengucapkan, ‘Sesungguhnya saya sedang berpuasa.’ Hadis Muttafaqun alaihi.
Imam Nawawi mengatakan, Rasulullah SAW mengingatkan, orang yang berpuasa sebaiknya menyibukkan tubuh dan lisannya untuk kebaikan, dengan cara membaca ayat-ayat suci Alquran serta berzikir. Selain juga bersalawat kepada nabi besar Muhammad SAW, mudah mudahan kita mendapatkan sadarnya kelak.
Rasulullah SAW memperingatkan seseorang yang berpuasa, tetapi tidak meninggalkan ucapan dan perbuatan bohong. Puasa seseorang tersebut tidak akan mendapatkan pahala sama sekali.
Hadis Rasulullah SAW yang bersumber dari Abu Hurairah RA mengatakan, Nabi Muhammad SAW bersabda, ‘’Barangsiapa tidak meninggalkan ucapan bohong dan melakukan kebohongan, maka Allah SWT tidak membutuhkan dia meski meninggalkan makan dan minum’’ (HR: Bukhari). (**)