PANDEMI Covid-19 berdampak ke segala sektor, salah satunya sektor ekonomi. Hal ini dirasakan secara signifikan oleh para pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang mengalami krisis ekonomi. Menurunnya daya beli masyarakat akibat pandemi Covid-19 juga sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan usaha UMKM.
Inovasi dan terus optimis merupakan kunci bagi pelaku UMKM bisa bertahan dan tetap bersaing. Salah satunya dilakukan pelaku UMKM, Rosmawarty. Pemilik usaha Dapur Yonica yang beralamat di Perumahan Cendana Mata Air Tahap 4, Blok D, No 1, Kota Padang itu, tetap optimis dan terus berinovasi agar usaha Rendang Ikan Tuna yang sudah dirintisnya terus maju dan tidak tutup saat pandemi melanda negeri.
“Pandemi benar-benar memberi dampak untuk kami pelaku UMKM. Tapi, inovasi harus terus dilakukan agar bisa bertahan, karena bagaimanapun roda ekonomi tetap berputar,” sebut Rosmawarty, saat berbincang dengan POSMETRO.
Diceritakan ibu enam anak ini, awal-awal pandemi April 2020, usaha yang sudah dirintis sejak 2014 itu benar-benar terguncang. Produk usaha Rendang Ikan Tuna yang biasanya dijual di pusat oleh-oleh di Kota Padang tak bisa dipasarkan lagi. Begitu pula di Bandara Internasional Minangkabau (BIM).
Bahkan, produk-produk yang sudah terlanjur dimasukkan ke toko masih bersisa. Sementara, gerai pusat oleh-oleh banyak yang tutup dan tidak mengambil lagi, karena saat itu pemerintah sudah menetapkan Pemberlakuan Sosial Berskala Besar (PSBB).
“Waktu itu ada yang bersisa 50 pcs atau bungkus Rendang Ikan Tuna. Akhirnya disepakati produk tersebut disumbangkan saja untuk yang membutuhkan. Omzet turun mencapai 70 persen, karena mereka tidak mengorder lagi,” tutur Rosmawarty, yang meletakkan produk Rendang Ikan Tuna di pusat oleh-oleh Cristine Hakim, Sherly, Kripik Balado Nan Salero dan juga di Pusat Oleh-Oleh BIM.
Selama pandemi 2020, ia mengaku inovasi harus dilakukan agar Dapur Yonica terus “berasap. Akhirnya, pada 22 September 2020, wanita berjilbab ini memasarkan produk baru bernama Rice Bowl. Untuk awal, ia bisa menjual sekitar 20 rice bowl dengan lima varian dengan bahan dasar nasi dan ikan tuna. Kelima varian itu adalah Tuna Rendang, Tuna Katsi Teriyaki, Tuna Katsu Rica, Tuna Katsu Sambal Matah dan Tuna Lado Hijau. Untuk satu bowl dijual dengan harga Rp13 ribu.
“Rice bowl kan makanan kekinian dan rasanya enak. Agar ekonomi keluarga berputar saya berpikiran untuk menjual rice bowl, dengan ikan tuna sebagai lauk,” ujar Rosmawarty yang memiliki hobi baca puisi ini.
Wanita kelahiran Palembang, 28 Oktober 1973 ini juga menceritakan selain rice bowl, selama Ramadhan tahun lalu, ia juga memproduksi Pempek Palembang dengan nama Pempek Cik Unik untuk dijual sebagai menu berbuka puasa. Inovasi pun dilakukan dengan menyediakan pempek paket nampan.
“Ternyata banyak yang suka juga ketika melihat tampilan pempek dalam nampan. Ibu Emma Yohanna tertarik dan memesan dalam jumlah banyak,” sebut wanita yang akrab disapa Buk Oos ini.
Berawal dari Usaha Kue Bangkit
Diceritakannya, usaha Dapur Yonica di tahun 2014, awalnya bernama Yonica Cakes & Cookies yang memproduksi kue bangkit. Usaha kue ini pun dibuat ketika momen Lebaran Idul Fitri, tidak terus menerus.
Ternyata usaha kue bangkit, menurut dia, tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarga dengan anak-anak yang masih membutuhkan biaya pendidikan sekolah. “Omzet yang didapat tak mencukupi, karena hanya membuat kue bangkit saat Lebaran atau momen-momen tertentu saja. Sementara, kebutuhan keluarga terus bertambah,” cerita Rosmawarty.
Akhirnya, di tahun 2016, ia berpikir untuk membuat Rendang. Ide membuat Rendang, karena beranjak dari kebiasaan orang Minang yang suka dengan Rendang dan makanan ini juga tahan lama serta bisa dijadikan oleh-oleh untuk keluarga di rantau.
Tidak mudah bagi wanita asli Palembang ini membuat Rendang. Ya, sebagai orang asli Palembang, membuat Rendang adalah tantangan baru. Namun, dengan semangat dari anak-anak, ia pun tak gentar untuk membuat makanan dari olahan santan itu.
Ketika momen Lebaran, Rosmawarty mencoba membuat Rendang. Tapi bukan dari daging sapi, namun dari ikan tuna. Ia berpendapat daging sapi harganya mahal. Sedangkan ikan tuna lebih terjangkau dan juga memiliki kalsium tinggi.
“Saat Lebaran, Rendang Ikan Tuna saya cobakan sama keluarga yang datang. Mereka bilang enak sekali. Tapi, awalnya saya tidak pede dengan Rendang Tuna yang saya bikin itu,” sebutnya.
Rosmawarty mengaku, ia harus mencoba berkali-kali selama lebih kurang tiga bulan hingga dirinya berani memasarkan rendang buatan Dapur Yonica. “Mulanya dari kita untuk kita saja. Yang mesan tetangga, teman, kerabat keluarga serta orang-orang terdekat. Dan, mereka bilang Rendang tunanya enak,” imbuh Rosmawarty.
Setelah pede, Rosmawarty pun memperluas usahanya. “Pertama kali saya memasukkan produk ke Cristine Hakim. Setelah tester diberikan, saya harus nunggu 1 bulan. Selama 1 bulan, Rendang saya tak dibuka-buka. Ternyata, mereka sengaja tak membuka Rendang untuk menguji ketahanan. Alhamdulillah, tidak ada perubahan rasa. Akhirnya, Cristine Hakim langsung memesan Rendang Ikan Tuna dari Dapur Yonica,” sebut Rosmawarty menceritakan awal produknya dijual secara luas di pasaran di tahun 2017.
Dalam membuat Rendang, ia dibantu suami dan keenam anaknya. Sehari, ia mampu memproduksi hingga 250 bungkus rendang dengan bahan 50 kilogram daging sapi dan tuna. Produksi yang berlimpah ia hasilkan dari kerja keras.
Jadikan Tulang Ikan Tuna jadi Kerupuk
Rendang Dapur Yonica memiliki berbagai pilihan. Selain Rendang Tuna juga ada, Rendang Lokan, Rendang Jengkol, dan Rendang Sapi. Selain itu, Dapur Yonica juga memproduksi Tuna Lado Hijau, Pempek Tenggiri, Kerupuk Tulang Ikan hingga dendeng sapi basah.
Untuk harganya cukup terjangkau. Rendang Tuna dijual Rp60 ribu/bungkus, Rendang Lokan Rp60 ribu/bungkus, Rendang Jengkol (Rp45 ribu), dendeng sapi basah (Rp70 ribu), Rendang Sapi (Rp80 ribu).
“Saya juga menjual kerupuk tulang ikan. Ide awal membuat kerupuk dari ikan tuna yang dibuat rendang. Ikan tuna diketahui memiliki kalsium tinggi, dari pada tulangnya terbuang, saya berinovasi untuk mengolahnya menjadi kerupuk,” sebutnya.
Dibantu dengan anak-anaknya, wanita yang sudah mengikuti sejumlah pameran UMKM di tanah air ini, sukses menjadikan tulang ikan tuna dan ikan tenggiri menjadi kerupuk. Hingga kini, ia bisa menjual 1.000 bungkus kerupuk tulang ikan setiap bulan.
Untuk pembuatan kerupuk tulang ikan, Dapur Yonica masih memproduksi secara manual. “Ya, saya butuh alat atau mesin pembuat kerupuk. Sekarang, ngadonnya masih manual saja. Belum bisa beli alatnya,” imbuh Rosmawarty.
Dengan tekad, semangat serta dukungan penuh dari keluarga, usaha Dapur Yonica kini tetap bertahan di tengah pandemic. Bahkan, Dapur Yonica juga memiliki sejumlah reseller di tanah air, mulai dari Jakarta, Bandung, Batam, Palembang, hingga Bali.
“Alhamdulillah Rendang dari Dapur Yonica sudah menjelajah di tanah air. Kami yakin dengan usaha dan doa usaha ini bisa bertahan. Sekarang, kasus Covid-19 sudah melandai di tanah air. Produk kami juga sudah kembali masuk ke pusat oleh-oleh. Mudah-mudahan pandemi berlalu, dan usaha para pelaku UMKM terus maju,” harap Rosmawarty, yang kini bisa menjual sekitar 1.500 hingga 2.000 psc Rendang setiap bulan.
Mitra Binaan CSR Semen Padang
Rosmawarty berterimakasih kepada CSR PT Semen Padang yang selama ini telah ikut mendukung kemajuan usahanya. Ia menjadi mitra binaan PT Semen Padang sejak 2016.
Dapur Yonica mendapat bantuan pinjaman modal usaha, termasuk pembinaan berupa pelatihan manajemen usaha, dan diikut sertakan ke berbagai pameran di berbagai kota. Di antaranya, Batam dan Jakarta.
“Alhamdulillah banyak manfaat menjadi mitra binaan CSR PT Semen Padang sejak 2016. Saya diajak keberbagai acara pameran dan bazar. Rendang Dapur Yonica pun mulai memasuki pasar nasional, terutama di Jakarta dan Batam,” ulasnya.
Ia mengaku, dengan menjadi mitra binaan Semen Padang telah banyak membantu promosi Rendang dari Dapur Yonica. Bagaimanapun, pelaku UMKM butuh promosi untuk memperluas jangkauan produk untuk dipasarkan.
“Saya berharap PT Semen Padang terus memperhatikan kami pelaku UMKM. Diajak ikuti bazar atau pameran lagi, karena sekarang kan sudah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level II. Alhamdulillah, saat HUT Semen Padang ke-111 beberapa bulan lalu, Semen Padang pesan 111 porsi pempek. Harapannya di ulang tahun selanjutnya, Semen Padang masih ingat dengan Dapur Yonica,” imbuh Rosmawarty. (ren)