BUKITTINGGI, METRO – Puluhan anak kamanakan kaum Pasukuan Pisang Dt Nan Adia mendatangi dan menghentikan paksa kegiatan pengerukan tanah dengan menggunakan alat berat di Bukit Mandiangin, Kelurahan Cimpago Ipuah, Mandiangin Kota Selayan (MKS) Kota Bukittinggi, Kamis (15/8).
Kaum Pasukuan Pisang Dt Nan Adia mendatangi lokasi sekitar pukul 11.30 WIB. Mereka ingin bertemu langsung dengan pihak pengembang yang bertanggungjawab dengan kegiatan pengerukan tanah itu. Akan tetapi tidak satu pun yang bisa ditemui.
Karena merasa kecewa, mereka mengentikan paksa para pekerja yang sedang mengeruk tanah dengan menggunakan alat berat. Mereka meminta tidak boleh ada kegiatan pengerukan tanah sebelum ada penyelesaian.
Hingga pukul 14.30 WIB, Pasukuan Pisang Dt Nan Adia pun akhirnya pulang karena tidak bertemu dengan pihak pengembang.
Murtinus ST Rajo Lelo, salah satu niniak mamak dari kaum Suku Pisang Datuak Nan Adia kepada wartawan mengatakan, kedatangan mereka untuk memprotes dan meminta menghentikan pengerukan tanah milik kaumnya oleh pengembang.
Aksi yang dilakukan nyaris terjadi ricuh karena melihat pengerukan tanah menggunakan alat berat. Untung saja niniak mamak pasukuan pisang Datuak Nan Adia langsung turun tangan menenangkan sehingga ketegangan dapat diredakan.
Pihaknya merasa tanah yang dikeruk tersebut merupakan tanah pusako tinggi milik kaumnya, dan tidak pernah di perjual-belikan.
“Kami belum mengetahui tanah itu disertifikat atas nama orang lain.Permasalahan ini baru muncul,”ujar Martinus yang saat itu didampingi anggota kaumnya yang lain
Amril St Jamaria, anggota kaum Dt Nan Adia itu juga berencana akan menelusuri ke badan pertanahan atas terbitnya sertifikat tanah milik kaumnya itu atas nama orang lain.
“Kita akan mempertanyakan ke BPN atas dasar apa tanah tersebut disertifikatkan. Kami tidak pernah menandatangani surat-surat untuk jual beli ataupun untuk penerbitan sertifikat . Selain itu, kami juga khawatir dengan adanya pengerukan itu, pandan perkuburan kaum kami akan lenyap,” terangnya
Dia juga menyampaikan di atas bukit itu ada bak penampungan air PDAM. Apabila tebing itu terus di keruk tidak menutup kemungkinan bak penampungan air PDAM itu juga akan jebol.
Baik Murtinus maupun Amril St Jamaria mengaku bahwa pihak PDAM juga sudah melayangkan keberatan yang sama atas pengerukan tanah oleh pengembang itu. (u)