Oleh: Reviandi
JELANG Pilpres 2004 lalu, nama Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sedang harum-harumnya. Bahkan, para kandidat Presiden yang berpeluang maju, begitu mengidolakannya sebagai wakil Presiden. Ibaratnya, apapun makanannya, minumnya teh yang itu. Siapapun Capresnya, Cawapresnya SBY. Namun, nasib berkata lain, SBY menjadi Presiden 2004-2014.
Saat namanya begitu melambung sebagai calon wakil, SBY tak berpuas diri. Dia memilih maju menjadi Capres bersama koleganya sesama Menteri Koordinator, Jusuf Kalla, di bawah Presiden Megawati. SBY-JK begitu digdaya menumbangkan incumbent yang menggandeng Ketua Umum NU kala itu, Hasyim Muzadi. Meski digadang-gadang sebagai wakilnya Megawati, Amin Rais atau Wiranto, SBY malah tampil sendiri dan menang.
Di Pilgub Sumbar, saat ini seperti telah terpatri strata, ada yang level calon Gubernur, yang lain hanya level Cawagub saja. Empat nama papan atas saat ini yang disebut Cagub adalah Mahyeldi dari PKS, Mulyadi (Demokrat), Nasrul Abit (Gerindra) dan Fakhrizal perseorangan/independen). Nama terakhir telah memilih Wali Kota Pariaman Genius Umar sebagai wakilnya. Mereka juga sudah menyerahkan hampir 400 ribu dukungan ke KPU Sumbar. Sementara tiga lainnya masih menunggu calon pasangan.
Beberapa nama yang kerap dianggap layak menjadi Cawagub adalah Riza Falepi, Ali Mukhni, Indra Chatri, Shadiq Pasadigoe dan nama-nama baru seperti Audy Joinaldy, Zul Elfian dan Febby Dt Bangso. Namun, yang paling sering “diincar” para Cagub adalah Wali Kota Payakumbuh Riza Falepi. Karena dia dari PKS, tentu yang tak mungkin menggandengnya adalah Mahyeldi.
Riza sebenarnya pernah mengemukakan kerisauannya soal hanya dibanderol sebagai Cawagub. Bahkan, dia mengaku telah didatangi oleh utusan beberapa calon untuk setuju jadi pendamping, asal membawa 10 kursi PKS di DPRD Sumbar. Tentu saja dia tak terima dan meminta sang calon itu yang jadi wakilnya. Karena Riza melihat, yang mengaku mau jadi Gubernur itu tak pula hebat-hebat sangat.
Nama lain adalah Bupati Padangpariaman Ali Mukhni yang dianggap calon wakil paling seksi di pusaran Pilgub ini. Karena, selain ketua DPW PKS, Ajo ini masih membawa Piaman untuk maju. Tentu pengaruhnya dianggap bisa mengalahkan Genius Umar yang masih menjabat Wali Kota Pariaman. Kabarnya, hampir semua calon Gubernur “papan atas” sudah menawari posisi wakil kepada Ali Mukhni. Apalagi dia disokong 10 kursi PAN.
Tapi, jangankan deal, Ali Mukhni dikabarkan menolak sejumlah tawaran itu. Dia malah bertekad untuk maju sebagai calon Gubernur dari PAN. Mungkin saja sejarah yang diukir SBY menjadi pegangannya. Kalau ingin maju sendiri, Ali Mukhni harus pandai melobi partai lain untuk berkoalisi dan mengusungnya serta pasangan ke KPU Sumbar. Tapi, cerita ini masih jauh, masih angan-angan.
Nama mantan Bupati Tanahdatar (2005-2015) Shadiq Pasadigoe adalah fenomena lain sejak Pilgub 2015 lalu. Namanya bahkan sudah mendapat SK sejumlah partai untuk menjadi calon Gubernur. Namun pada detik-detik menjelang pendaftaran ke KPU, dia hilang awan. Nama yang mendaftar dari partai yang pernah memberikan SK padanya adalah Muslim Kasim-Fauzi Bahar.
Kini, disebut-sebut Shadiq sedang melakukan komunikasi dengan jagoan Demokrat Mulyadi. Karena, koalisi ini bisa mengusung calon, 10 Demokrat dan Shadiq kabarnya diusung PKB 3 kursi. Jika pasangan ini maju, cukup banyak daerah yang bisa diakomodir seperti Agam, Bukittinggi, dan Tanahdatar. Tapi, sampai hari ini belum ada kabar terbarunya. Sebelumnya, koalisi PKS-PKB pernah juga mengemukakan pasangan calon Mahyeldi-Febby/Shadiq.
Bupati Agam Indra Catri (IC) lebih elegan dengan menyatakan siap diusung sebagai Cagub atau Cawagub. Bahkan, saat dipasangkan dengan Nasrul Abit (NA) pada Rakerda Gerindra Sumbar beberapa waktu lalu dia tak masalah. Sampai kini, nama NA-IC masih banyak tersebar di berbagai media sosial dan pemberitaan online. Indra Catri memang agak sudah menjadi calon wakil selain NA. Karena, calon lain yang mengapung mayoritas dari Agam, Mahyeldi, Mulyadi dan Fakhrizal. Itu juga menjadi poin IC, karena bisa mengambil suara dari Agam.
Audy Joinaldi sempat jadi fenomena baru sebulan lalu saat muncul di Padang. Namun, karena telah membuka diri sebagai Cawagub Mahyeldi dengan koalisi PKS-PPP, dia tidak terlalu banyak terekspose lagi. Pengakuannya sudah sejak 2019 “dilamar” Mahyeldi juga sempat menjadi polemik. Karena itu, tak banyak calon Gubernur sepertinya yang coba “melamar” Audy lagi. Karena dia sudah ada yang punya. Sebagai calon milenial dan pengusaha industri pertanian, Audy sepertinya cukup mumpuni.
Selain Audy, Wali Kota Solok Zul Elfian juga disebut siap maju sebagai Cawagub. Bocorannya, perwakilan Solok raya (Solok, Kota Solok dan Solsel) ini siap diusung NasDem, andai koalisi dengan PKS terwujud. Pasangan Buya Mahyeldi dengan Buya Zul Elfian ini bisa saja menjadi alternatif. Selain partai yang kuat, kombinasi Agam, Padang dan Solok raya adalah jaminan suara. Apalagi di pusat, Sohibul Iman PKS dan Surya Paloh NasDem juga sedang mesra-mesranya.
Nama terakhir yang muncul adalah Febby Dt Bangso, ketua DPW PKB Sumbar. Meski awalnya hanya ingin maju di Tanahdatar, Febby disebut punya potensi jadi wakil. Karena partainya punya tiga kursi dan punya link hebat ke pusat. Bisa saja Febby digandeng tiga jagoan utama tadi. Atau tiba-tiba menjadi calon Gubernur Sumbar bersama partai-partai pendukung Jokowi saat Pilpres lalu.
Yang pasti, calon Wakil Gubernur punya peranan sendiri dalam membantu calon utama memenangkan perang. Kalau tidak membantu, setidaknya bukan menurunkan elektabilitas calon Gubernur. Kita lihat dan analisis saja beberapa hari ke depan. Apakah partai benar-benar menentukan calon di pusat, atau memberi kesempatan kepada calonnya mencari pendamping yang punya nilai tambah. (wartawan utama)
Komentar