Oleh: Reviandi
PARTAI Golkar mengalami hempasan yang sangat dahsyat pada Pemilu legislatif 2019. Selalu ada di posisi pimpinan DPRD Sumbar sejak Pileg 1999, kini partai beringin hanya mampu mendapat 8 kursi dari 8 daerah pemilihan yang ada. Hasilnya, kursi ketua DPRD Sumbar yang 2014-2019 diisi Hendra Irwan Rahim harus lepas, bahkan wakil pun tidak ada.
Kini, Golkar harus terima berada di bawah bayang-bayang empat partai lain, Partai Gerindra dengan 14 kursi, PKS (10), PAN (10) dan Demokrat (10). Bahkan, partai ini juga belum mampu menjagokan satu pun kader untuk bersaing di Pilgub Sumbar 2020. Sungguh, satu hal yang mungkin tak pernah terpikirkan oleh para pendirinya dulu – termasuk yang membawa mandat dan membangun di Sumbar.
Jelang Musyawarah Daerah (Musda) DPD Golkar Sumbar Maret depan, sejumlah nama memang mengapung. Banyak yang berspekulasi, nama Hendra Irwan Rahim tak lagi maju memimpin Golkar. Hasil Pileg 2019 menjadi satu catatan buruk bagi Hendra yang sudah tiga periode di DPRD Sumbar. Bahkan, “rencana” ingin maju sebagai calon Gubernur Sumbar atau Bupati Tanahdatar yang digaungkan loyalisnya pun buyar.
Kini, Hendra disebut lebih memilih bertahan menjadi anggota DPRD Sumbar saja. Maklum, hasil Pileg kemarin benar-benar tak berpihak kepada putra Tanahdatar. Buktinya di Dapil Sumbar VI (Tanahdatar, Sijunjung, Dharmasraya, Padangpanjang dan Sawahlunto/11 kursi), Golkar malah keteteran.
Saat PAN, Gerindra dan Demokrat masing-masing meraih dua kursi, Golkar hanya satu. Dengan suara pribadi 10.434 berbekal ketua DPRD Sumbar, Hendra memang benar-benar apes.
Hendra sudah dua periode memimpin Golkar Sumbar (2010-2015 dan 2015-2020). Beberapa nama dijagokan akan memimpin Golkar Sumbar lima tahun ke depan (2020-2025), seperti Anggota DPRD Sumbar Benny Utama dan Afrizal Anggota DPR RI Jhon Kennedy Aziz (JKA) dan Darul Siska, Ketua DPD Golkar Padang Wahyu Iramana Putra dan lainnya. Namun, dua nama terlihat lebih menonjol, JKA dan Benny Utama.
Awalnya, nama Benny Utama disebut-sebut telah mendapatkan restu Ketum DPP Golkar Airlangga Hartarto untuk maju dan memimpin. Bahkan, isu itu semakin santer sejak pertengan Februari ini. Benny dikatakan adalah calon tunggal, dan dianggap mampu mengembalikan marwah partai. Apalagi, dia juga terpilih sebagai anggota DPRD Sumbar dari Dapil IV (Pasaman dan Pasbar) dengan suara pribadi 29.063 dari total suara Golkar 50.028. Jumlah itu tentu jauh lebih baik dari catatan Hendra Irwan Rahim di Pemilu yang sama.
Meski Benny adalah seorang pemenang, namun namanya belum bisa disejajarkan dengan para jagoan partai lain untuk Pilgub Sumbar 2020. Karena, Benny masih dianggap sebagai calon Bupati Pasaman 2020. Jabatan yang pernah ditinggalkannya 2015, karena kalah dari Bupati Pasaman saat ini, Yusuf Lubis. Dengan hanya “berbandrol” calon Bupati, Benny memang dinilai akan sedikit “menurunkan” gereget partai.
Karena nama Benny bisa saja dianggap membuat level Golkar sedikit di bawah Demokrat dengan Mulyadi, PKS dengan Mahyeldi, dan Gerindra dengan Nasrul Abit-nya, maka jagoan lain pun ditarik. Dia adalah JKA, yang sudah dua periode menjadi anggota DPR RI dari Dapil Sumbar II. Putra Piaman ini dinilai cukup untuk meningkatkan label Golkar seperti tahun-tahun sebelumnya.
Tapi, apakah keinginan JKA atau dorongan dari pihak lain itu hanya sekadar memimpin DPD Golkar Sumbar, tentu akan jadi pertanyaan. Karena, Golkar di Dapil Sumbar 2 nyaris tak kebagian kursi pada Pileg 2019. Andai saja bilangan Gerindra dan PKS/Demokrat cukup dan mendapat dua kursi, niscaya kursi JKA akan terlempar. Karena, dia hanya meraup 43.540 suara dari total suara partai 79.023. Untuk level DPR RI, jumlah itu tentu masih riskan.
Berbekal Pileg yang kurang memuaskan itu, JKA sebenarnya tak terlalu dijagokan, tapi apa boleh buat. Golkar harus mengapungkan nama besar untuk memimpin partai ini kembali ke jalurnya. Sayang, sampai kemarin, JKA belum menjadi sosok yang kuat sebagai bakal calon Gubernur atau Wagub.
Namanya jauh di bawah dua jagoan Piaman lainnya, Genius Umar dan Ali Mukhni. Genius hampir lolos dan bertarung menjadi calon Wagub dari perseorangan. Sementara Ali Mukhni menjadi calon potensial, karena Ketua DPW PAN Sumbar.
Satu lagi nama senior Golkar yang sebenarnya layak diapungkan memimpin Golkar Sumbar adalah Darul Siska yang sekarang menjadi anggota DPR RI Dapil Sumbar 1. Sayang, sejak terpilih, dia tidak terlalu masif bergerak, baik sebagai wakil rakyat atau sebagai kader Golkar. Padahal, Darul Siska berpotensi dimajukan sebagai calon Gubernur atau Wagub Sumbar.
Siapapun yang terpilih nantinya sebagai ketua Golkar Sumbar, publik tentu tidak ambil pusing. Mereka lebih ingin tahu, siapa yang akan diusung Golkar dalam Pilgub. Bukan siapa yang memimpin Golkar. Apakah jagoan-jagoan Golkar seperti Benny Utama, JKA dan Darul Siska layak dimajukan? Kita tinggu saja, apakah betul maju. Atau hanya parami alek dengan “menyerahkan” 8 kursi bulat-bulat kepada calon lain. Minial adalah kader Golkar yang jadi calon wakil ya. (wartawan utama)
Komentar