Keluhan serupa juga diungkap Efendi (43), nelayan pengolah ikan asin di Pasie Nan Tigo. Kerusakan di atap tempat perebusan dan penjemuran ikan dipicu badai di kawasan pantai. Selain itu, atap tempat perebusan ikan juga keropos akibat uap panas mengandung garam saat perebusan ikan.
“Untuk itu rata-rata para pengolah ikan enggan memakai fasilitas itu. Sementara uang retribusi untuk satu keranjang Rp 5 ribu tetap saja ditagih. Namun kami tak mendapatkan pelayanan yang baik,” keluh Efendi.
Disebutkan Efendi, atap seng tempat perebusan ikan dengan enam tungku bolong besar dan keropos. Air hujan membasahi beberapa tungku di bawahnya beserta peralatan perebusan ikan.
Kondisi atap tempat perebusan ikan yang rusak di fasilitas pengeringan ikan di UPTD Sentra Pengolahan Perikanan milik Dinas Perikanan dan Pangan Kota Padang di Kelurahan Pasie Nan Tigo, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang.
Diperparah dengan kondisi rumah kaca tempat penjemuran ikan saat hujan juga rusak di banyak titik. Air hujan menetes dari atap di sebagian besar areal rumah kaca. Pipa saluran air hujan juga bocor membasahi lantai ruangan yang berlumut tebal.
Beberapa kaca jendela rumah kaca itu sudah hilang. Rumah kaca itu, kata Efendi, bisa menampung sekitar 120 para/wadah penjemuran ikan (ukuran 1,5 x 4 meter). Namun, karena atapnya bocor, hanya sepertiga lokasi yang bisa digunakan. (cr2)