SUDIRMAN, METRO–Memasuki hari keempat aksi demo masyarakat Nagari Air Bangis, Pasmaan Barat, yang digelar di dua pintu masuk gerbang kantor Gubernur Sumbar, warga Kota Padang mulai resah dengan aksi yang dilakukan di jalan protokol tersebut, Kamis (3/8).
Kemarin, terlihat di gerbang masuk kantor Gubernur, ratusan massa demo yang merasa terzalimi oleh Proyek Strategis Nasional (PSN), yang sedianya dilaksanakan di Nagari Air Bangis, Pasaman Barat itu, masih bertahan.
Sementara di sayap kanan kantor Gubernur, terlihat massa tandingan yang pro terhadap PSN di Air Bangis itu yang hanya berkekuatan 70-an orang. Sedangkan di tengah-tengah, tepatnya di tulisan kantor Gubernur Sumatera Barat, tampak aparat kepolisian berjaga-jaga mencegah terjadinya bentrokan antara dua kubu yang berseberangan.
Yeni, salah seorang warga Kota Padang mengakui sedikit terganggu akibat demo berhari-hari yang dilaksanakan oleh masyarakat Air Bangis. Kata Yeni, sesuai pemberitaan yang sudah dia baca, Gubernur Sumbar telah menemui mereka di Masjid Raya Sumbar.
“Berdasarkan berita yang saya baca, Gubernur Sumbar telah bertemu dengan para pendemo di Masjid Raya Sumbar, subuh tadi. Jadi, ngapain demo dilanjutkan. Kasihan anak-anak yang mereka bawa dalam aksi ini,” jelasnya, Kamis (3/8).
Menurut dia, banyak pendemo yang membawa anak-anak bahkan balita. Akibatnya, banyak anak-anak yang terserang penyakit karena tak kuasa menahan udara dingin di malam hari. Serat panas di siang hari.
Lebih lanjut, Yeni mengatakan, aksi demo juga mengakibatkan kemacetan serta akses jalan yang ditutup di sepanjang depan kantor gubernur. Yeni mengaku terpaksa menunggu anaknya yang bersekolah di Ujung Gurun lebih awal.
“Akibat demo ini, jalan kita kan ditutup, jadi saya harus berangkat lebih awal menjemput anak saya yang bersekolah di Ujung Gurun. Selain itu saya juga merasa takut, mengingat lokasi demonstrasi yang berada dekat dengan lokasi sekolah anak saya, kalau misalnya terjadi kerusuhan gimana,” ungkapnya.
Senada dengan itu, Shinta, mengatakan bahwa biasanya, dia dalam dalam bekerja menuju ke kantornya yang harus melewati jalan Sudirman, terpaksa memutar arah.
“Saya takut terjadi kerusuhan. Jika terjadi kerusuhan, berpeluang akan menimpa kendaraan saya. Saya tidak ingin ini terjadi. Selain itu saya juga harus memutar arah untuk pergi ke kantor,” katanya.