TAHUN ini, seluruh kegiatan usaha masih bergerak dalam suasana pandemi Covid-19. Semua sektor usaha dipaksa untuk bertahan di tengah pendemi yang sudah berlangsung sejak akhir Maret 2020 lalu. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi pelaku usaha, karena dituntut untuk berinovasi dalam usaha agar dapat bertahan dan beradaptasi di masa pandemi.
Tidak banyak bidang usaha yang berhasil survive di tengah pandemi saat ini. Strategi jitu diperlukan pelaku UMKM dalam menghadapi persaingan ketat dari para kompetitor dalam penjualan produknya. Seluruh proses produksi dan manajemen usaha perlu diperkuat.
Dan, di tengah pandemi ini, UMKM Rumah Dagang yang dikelola Forum Nagari Kelurahan Padang Besi, Kecamatan Lubukkilangan, Kota Padang, sukses untuk survive. UMKM di bidang budidaya puyuh petelur yang berlokasi di RT07/ RW03 Padang Besi itu di awal pandemi, sempat mengalami kesulitan menjual telur ke pasar.
Selain harga murah dan daya beli masyarakat menurun, pengunjung pasar pun berkurang sejak wabah Covid-19 melanda Kota Padang, khususnya. Selama pandemi, banyak pengusaha yang gulung tikar akibat daya beli konsumen yang rendah. Namun tidak bagi UMKM Rumah Dagang. Mereka punya moto dan prinsip, setiap bisnis yang dijalankan pasti punya kendalanya masing-masing dan pasti ada jalan keluarnya.
Apalagi, prospek bisnis burung puyuh ini sangat menjanjikan. Untuk keluar dari pandemi ini, UMKM Rumah Dagang menjajakan telur puyuh dari warung ke warung di Kecamatan Lubukkilangan. “Saat ingin memulai suatu bisnis jangan pernah ragu akan kemampuan diri sendiri, terus kembangkan diri dan jangan kalah dari sebuah proses, karena tidak ada orang sukses tanpa melewati proses. Terpuruk itu biasa. Namun, kita harus bisa bangkit kembali dari keterpurukan itu,” sebut Ketua Forum Nagari Kelurahan Padang Besi Armaigus, kepada POSMETRO.
Diceritakan Armaigus, awal berdirinya UMKM Rumah Dagang yang bergerak di bidang budidaya puyuh petelur ini, karena ada lahan kosong dan letaknya jauh dari pemukiman warga. Agustus 2019, akhirnya Rumah Dagang didirikan. Dan, ada lima orang yang mengelola langsung peternak puyuh ini.
“Beternak puyuh ini prospeknya bagus. Meski ada kendala, seperti dalam mendapatkan pakan. Saat ini, harga pakan puyuh cukup mahal, Rp330.000/karung. Alhamdulilllah, kita punya solusi saat pakan mahal. Kita membuat sendiri, dan ternyata cukup untuk menjadi penyeimbang saat harga pakan mahal di pasaran,” ungkap Armaigus.
Saat ini, jumlah puyuh yang mereka miliki berjumlah sekitar 1.000 ekor. Setiap hari puyuh akan bertelur rata-rata mencapai 1.300 butir. Mereka mengambil telur setiap pagi, kemudian membersihkannya. Selanjutnya, telur akan dipacking dalam kotak-kotak untuk dijual. “Sekarang, kami menjual telur perkotak. Isinya 20 butir. Alhamdulillah, dalam satu hari bisa terjual antara 50-60 kotak,” katanya.
“Jika sebelum pandemi, kami menjual telur puyuh ke Pasar Bandabuek. Namun, cara itu ditukar. Sekarang, jemput bola, atau langsung menjajakan dan menawarkan puyuh ke sejumlah warung. Namun, masih ada juga yang dijual ke pasar,” ulas Armaigus.
Setelah 1,5 tahun membudidayakan puyuh petelur, di tahun pertama mereka bisa mendapatkan laba mencapai Rp8 juta. Dan hasil laba sesuai kesepakatan dibuat kandang ayam. Langkah ini diambil agar UMKM Rumah Dagang bisa berkembang.
“Kami ingin betul-betul bisa mengembangkan usaha ekonomi kreatif ini. Warga sekitar ikut terlibat, bisa menghasilkan uang. Awalnya, puyuh petelur, lalu dikembangkan dengan peternakan ayam kampung dan juga lele. Saat ini, menurut Armaigus, mereka sudah berhasil memiliki 200 ekor ayam kampung dan setiap hari bisa bertelur.
“Awalnya kami dibantu dari dana murni CSR PT Semen Padang. Alhamdulillah, 1,5 tahun bisa berkembang. Ada lima pengelolanya, yakni Darni (Bendahara Forum), Vivi (Pokja), Rahma (warga), Yani (warga), Ujang (warga yang membantu pemasaran telur). Progresnya baik. Kami ingin jangka panjangnya, selain mengembangkan puyuh petelur juga ada ternak ayam kampung dan lele.
Harapannya, warga sekitar yang hidup dalam kemiskinan bisa bangkit dan mandiri. Itu impiannya,” tutur Armaigus.
Dari UMKM Rumah Dagang ini, tidak hanya mencari untung. UMKM ini juga ikut membantu anak-anak tidak mampu untuk biaya sekolah, pemberian zakat untuk warga miskin. “Kami senang dana CSR Semen Padang yang awalnya diberikan Rp45 juta bisa dikembangkan menjadi usaha produktif seperti ini. Apalagi, sekarang tengah pandemi. Dengan usaha ini kami bisa terbantu dan berdikari,” ulasnya.
Terakhir, untuk program jangan menengah dan panjang, UMKM ini berharap bisa membuat kandang puyuh yang lebih besar, berukuran 10×4 meter. Nanti di dalam kandang besar itu, ada lagi kandang-kandang kecil berjumlah 8. Jika semua terwujud, diharapkan masyarakat di ring I PT Semen Padang mandiri dan tak tergantung lagi dengan perusahaan semen tersebut.
“Kami akui dana CSR Semen Padang sangat membantu. Dan, kami ingin bantuan itu betul-betul bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sekitar. Karena itu, harapannya, UMKM Rumah Dagang ini bisa menjadi usaha ekonomi produktif bidang peternakan, perikanan dan pertanian, pungkasnya. (**)