PADANG, METRO–Mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Sumatra Barat (Sumbar) melakukan aksi demo di gedung DPRD Provinsi Sumbar, Senin (11/4). Diketahui, aksi ini serentak dilakukan bersamaan dengan aksi aliansi BEM Seluruh Indonesia di depan Istana Negara, Jakarta.
Diketahui, aksi ini berlangsung dua gelombang, dimana gelombang pertama massa mengatasnamakan “Gerakan Suara Rakyat Sumatra Barat” yang melakukan aksi sejak pukul 11.00 WIB hingga pukul 14.00 WIB.
Sedangkan gelombang kedua, massa terdiri dari aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Sumatera Barat (BEM SB) yang datang setelah massa gelombang pertama membubarkan diri.
Massa Gerakan Suara Rakyat Sumbar telah mendatangi gedung DPRD sejak pukul 11.00 WIB dengan memakai almamater kampus masing-masing, serta membawa spanduk dengan berbagai macam tulisan.
Untuk mengamankan aksi demo ini, polisi dari Polresta Padang serta dibantu Polda Sumbar menurunkan 800 personel pengamanan. Selain itu juga akan dibantu oleh prajurit TNI sebanyak 100 orang yang telah bersiaga di Kodim 0312 Padang.
Mengantisipasi terjadi bentrok atau hal yang tidak diinginkan, pihak kepolisian telah bersiaga di Kantor DPRD Sumbar. Selain itu, terlihat juga telah dipasang kawat berduri di sekeliling Kantor DPRD Sumbar.
Ketua DPRD Sumbar mendatangi massa sekitar pukul 14.00 WIB, dan membacakan tuntutan massa untuk selanjutnya ditandatangani dan diteruskan kepada pemerintah pusat.
Dalam kesempatan tersebut Supardi membacakan tuntutan massa yang berbunyi,”Saya Ketua DPRD Sumbar, bersama koalisi Gerakan Suara Rakyat Sumbar dengan ini menyatakan sikap Menuntut presiden RI membatalkan penundaan pelaksanaan Pemilu, dan membatalkan wacana perpanjangan masa jabatan presiden RI 3 periode.
Kemudian, menuntut pemerintah pusat dan pemerintah daerah menstabilkan harga, dan bahan pokok terutama minyak goreng. Turunkan harga minyak, agar tidak terjadi kesenjangan. Mendesak pemerintah pusat menunda pemindahan ibukota.
Selanjutnya, menuntut dan menolak proyek strategis nasional karena banyaknya hak-hak masyarakat yang terabaikan. Usai dibacakannya tuntutan tersebut, Supardi selaku Ketua DPRD Sumbar langsung menandatangani surat tersebut.
“Kami berjanji akan meneruskan surat tuntutan ini kepada pemerintah dan dewan di pusat,”ucap Supardi.
Sementara itu, aksi demonstrasi gelombang kedua yang dilakukan oleh Aliansi BEM SB berakhir ricuh dan polisi terpaksa membubarkan massa menggunakan tembakan gas air mata.
Selain itu, ratusan mahasiswa turut diamankan karena diduga menjadi provokator dan terlibat pelemparan batu ke gedung DPRD dan beberapa nyaris mengenai petugas kepolisian.
Awalnya, massa gelombang kedua ini datang sekitar pukul 15.00 WIB dan berkumpul di di pintu gerbang sebelah kanan gedung DPRD. Namun sekitar pukul 16.00 WIB, terjadi keos dan aksi pelemparan batu dan botol mineral oleh mahasiswa.
Awalnya, polisi hanya membiarkan hal tersebut, dan hanya memasang tameng untuk perlindungan diri, namun lantaran lemparan semakin banyak terjadi, dan mahasiswa nyaris menerobos pertahanan polisi, akhirnya tembakan gas air mata terpaksa diberikan untuk memukul mundur massa.
Meskipun sempat mundur, namun mahasiswa tetap melakukan pelemparan hingga membuat Polisi bertameng maju mumukul mundur massa hingga menuju Simpang Lamun Ombak.
Karena keos tersebut, pihak kepolisian mengamankan ratusan orang mahasiswa yang tergabung dalam aksi tersebut. Pihak kepolisian meminta agar mahasiswa membubarkan diri karena keadaan yang semakin memanas dan waktu untuk melaksanakan aksi sudah hampir berakhir.
Awalnya massa, masih berkumpul di Simpang Lamun Ombak hingga pukul 17.30 WIB, dan masih dijaga oleh personel kepolisian. Setelah diberi peringatan dan pengertian oleh pihak kepolisian bahwasanya aksi mereka mengganggu lalu lintas masyarakat, sehingga dengan sadar diri mereka membubarkan diri secara perlahan.
Unjuk Rasa di Sumbar Tanpa Aksi Anarkisme
Kapolda Sumbar Irjen Pol Teddy Minahasa P usai memberikan arahan kepada jajarannya di halaman Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sumbar menyebut, aksi unjuk rasa oleh sejumlah mahasiswa yang serentak dilaksanakan di wilayah Sumbar pada Senin (11/4), berlangsung lancar.
“Alhamdulillah unjuk rasa hari ini, khususnya di Kota Padang dan secara umum di Sumbar yang digelar di 11 Kabupaten dan Kota berjalan lancar, aman dan damai. Tidak ada aksi anarkisme,” ungkap Irjen Pol Teddy.
Terkait sempat ada insiden saling lempar, dikatakan Irjen Pol Teddy, hanya kenakalan remaja saja, tidak mengarah ke anarkisme.
“Hanya barangkali melampiaskan kekesalan mereka. Tetapi yang terpenting adalah semua berjalan tertib, aman, lancar tidak ada korban baik luka-luka, apalagi korban jiwa, itu yang terpenting,” tegas Irjen Pol Teddy.
Irjen Pol Teddy juga memuji pengunjuk rasa yang bisa melaksanakan penyampaian pendapat di muka umum dengan baik dan diterima tuan rumah, yaitu Ketua DPRD Sumbar, Supardi.
“Evaluasi sedikit di internal saja tadi, karena medan tugas seperti ini, cara menyusun formasi masih kurang rapih, hanya itu saja, karena medan tugas, bukan karena disiplin rendah, tidak, tapi karna faktor lokasi,” imbuhnya.
Sempat Ricuh
Sementara, Kapolresta Padang, Kombes Imran Amir mengungkapkan penyebab ricuh Aksi 11 April yang terjadi di depan Gedung DPRD Sumbar. Menurutnya, pihaknya terpaksa menembakkan gas air mata saat kericuhan terjadi untuk membubarkan mahasiswa yang sudah mendorong pintu timur untuk memaksa masuk gedung DPRD Sumbar.
“Sebelumnya, kami sudah mempertemukan pihak mahasiswa dengan pimpinan DPRD Sumbar. Namun, mahasiswa dari BEM Sumbar ini meminta masuk semuanya, dengan beberapa pertimbangan karena tidak mungkin memasukkan dua ribuan mahasiswa ke dalam gedung,” ungkapnya.
Kombes Pol Imran menjelaskan, tim negosiator menganjurkan agar dialog mahasiswa dilakukan dengan dua opsi, yakni pimpinan turun kerumunan massa atau perwakilan mahasiswa yang masuk ke gedung DPRD Sumbar.
“Namun tidak ada kesepakatan. Memang ada beberapa oknum yang berusaha melakukan aksi anarkis dan ini kami lihat aksi ini berubah menjadi aksi yang tidak baik,” ucapnya.
Terkait ada beberapa mahasiswa yang diamankan, Imran menyebut itu merupakan bagian dari penggunaan kekuatan untuk mencegah seseorang untuk tidak berbuat kejahatan.
“Meski sempat kami amankan, semua sudah kami lepaskan kembali, mengingat mereka juga mahasiswa,” pungkasnya. (rom)