PADANG, METRO–Satreskrim Polresta Padang berhasil membongkar praktek prostitusi online. Mirisnya, dalam kasus ini bukan menjajakan wanita, tetapi menjajakan seorang anak laki-laki kepada lelaki lain melalui aplikasi online Wala dan Hornet yang diketahui merupakan aplikasi khusus LGBT.
Terungkapnya kasus ini berawal warga yang melihat seorang remaja berinisial A (15) yang masih duduk di kelas 3 SMP terlibat perceksokan dengan pria berinisial HN (28) di pinggir jalan kawasan Simpang Haru, Kota Padang, Rabu (21/7).
Usut punya usut, ternyata kedua pria ini berstatus pacaran karena merupakan pasangan yang memiliki perilaku seks menyimpang yaitu menyukai sesama jenis. Namun warga yang melihat pertengkaran dibuat geram sehingga mengantarkan mereka ke Polresta Padang lalu kasus ini terungkap.
Kasat Reskrim Polresta Padang, Kompol Rico Fernanda, mengatakan kedua lelaki tersebut berstatus pacaran, dan diketahui oleh warga dan dilaporkan kepada pihak kepolisian Polresta Padang. Masyarakat tersebut menyerahkan duaorang laki-laki yang diduga telah melakukan tindakan asusila.
“Awalnya mereka bertengkar masalah hitungan penjualan atau perbuatan yang dilakukan tidak sesuai dengan harganya. Selanjutnya kami selidiki dan ternyata ada dugaan penjualan terhadap anak ini dengan pelaku sesama jenis,” katanya.
Dikatakan oleh Riko, meskipun mereka berstatus pacaran, namun HN bertindak sebagai mucikari yang menjajakan A kepada laki-laki lain yang juga memiliki perilaku menyimpang penyuka sesama jenis melalui aplikasi online khusus LGBT.
“Lalu A mendapatkan uang Rp 200 ribu sampai Rp 1 juta dari pelanggannya. Penjualannya lewat online. Ada aplikasi khusus yang telah ada di situs tersebut. Ini masih kita kembangkan, karena kegiatan ini sangat tidak pantas dengan norma dan agama yang ada,” ungkapnya.
Sementara itu, korban A yang ditemui di ruang penyidik PPA Polresta Padang mengaku terpaksa melakukan perbuatan menyimpang yang bertentangan norma tersebut lantaran desakan ekonomi. Dengan cara seperti itu, ia mendapatkan uang dengan mudah.
“Waktu itu karena gak ada duit pegangan, dan buat makan saja susah. Selanjutnya, uang tersebut digunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan untuk makan, beli baju dan keperluan lainnya. Yang mesan ada abang-abang dan ada juga om-om,” ujarnya. (rom)
Komentar