Tim menjelaskan soal duit ‘Galang Perjuangan’ itu sudah dibahas di lingkup internal koalisi. Andre menjamin laporannya akan disampaikan secara transparan. “Pastinya kita atur penggunaannya setransparan mungkin, karena itu kan uang publik,” jelasnya.
Pasangan Anies Baswedan-Muhaimin juga menggelar hal yang sama. Tim Nasional Pemenangan (Timnas) AMIN mengatakan bahwa pihaknya mulai menggalang donasi Rp10 ribu per orang untuk mencetak alat peraga kampanye (APK) pasangan calon nomor urut 1.
“Dalam seminggu terakhir ini melalui deputi saksi, sekarang mencoba menggalang donasi Rp10 ribu per orang untuk mencetak APK, khususnya flyer dan baliho,” kata Juru Bicara (Jubir) Timnas AMIN Billy David Nerotumilena.
Dengan dana yang terkumpul itu, kata dia, bisa mencetak APK dengan jumlah banyak dan ini merupakan strategi guna menambah sebaran APK di daerah-daerah. Billy mengakui bahwa pasangan Anies-Muhaimin memang memiliki baliho yang paling sedikit, terutama di daerah-daerah, sehingga sukarelawan dan simpatisan telah menggerakkan program spanduk rakyat.
Menurut dia, spanduk rakyat itu masyarakat dapat membuat spanduk pasangan AMIN menggunakan karung, kain, dan sebagainya yang bertuliskan ajakan untuk memilih pasangan calon nomor urut 1.
Hal yang sama juga dilakukan Capres Amerika Serikat (AS) Barack Obama pada 2008. Obama mampu mengumpulkan dana sebesar 640 juta dolar. Total penerimaan kampanye Obama adalah yang terbesar dalam sejarah pemilu AS. Uniknya, nilai tersebut dikumpulkan dari warga AS, terutama sumbangan individual.
Artinya Obama dinilai bisa memengaruhi calon penyumbang baru dari daftar penyumbang langganan partainya, Partai Demokrat. Obama dinilai secara tidak langsung memperluas basis dukungan. Mungkin sebelum Obama sudah ada yang menggunakan cara ini, tapi super viral saat Obama menggoyang Amerika dan dunia.
Obama disebut mengajarkan transaksi politik yang ringan dan simpel. Dia meyakinkan pemilih mampu memperjuangkan peningkatan lapangan kerja dengan dukungan publik yang nyata dalam bentuk sumbangan politik.
Kita tahu dana kampanye adalah titik pertemuan yang penting antara kepentingan kuasa ekonomi dengan kuasa politik. Di titik inilah, kandidat harus menyelamatkan kepentingan lebih besar dengan membuat perimbangan. Dengan mengumpulkan dana kampanye dari masyarakat, menghindari terjadinya korupsi saat menjabat. Karena tidak menggunakan uang pribadi dan juga uang dari pihak-pihak tertentu yang mengikat.
Kira-kira bagaimana pula kejadian politik di Indonesia jika ada penggunaan dana publik yang dikumpulkan. Apakah akan muncul pemimpin yang benar-benar “dibiayai” oleh rakyat atau tidak. Kita lihat saja salam sebulan terakhir ini. Karena Indonesia masih dikenal sebagai negara dengan ongkos politik yang besar.
Penulis asal Jerman Oscar Ameringer pernah mengatakan, “Politik adalah seni lembut untuk mendapatkan suara dari orang miskin dan dana kampanye dari orang kaya, dengan berjanji untuk melindungi satu sama lain.” Sekarang, jika si kaya dan miskin sudah bersatu menggalang dana, apakah Pilpres akan menghasilkan orang-orang terbaik. Semoga. (Wartawan Utama)