Oleh: Reviandi
Tiga pasangan calon Presiden dan wakil Presiden (Capres-Cawapres) sudah resmi mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU). Mereka adalah Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar yang dijagokan Partai NasDem, PKB dan PKS, Ganjar Pranowo-Mahfud MD (PDIP, PPP, Perindo dan Hanura) dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka (Gerindra, Golkar, PAN, Demokrat, PBB, Gelora, Garuda, PSI dan Partai Rakyat Adil Makmur/Prima).
Artinya, hanya enam orang ini yang akan bertarung pada Pilpres yang dijadwalkan 14 Februari 2024. Sementara, sejak setahun terakhir, begitu banyak nama yang mengapung, baik sebagai Capres atau Cawapres. Nama-nama mereka sekarang mulai tenggelam dan hanya sebatas masuk dalam ‘bursa’ tim sukses semata. Sembari berharap, ada ajakan menjadi Menteri setelah dilantiknya Presiden-Wapres baru 20 Oktober 2024.
Satu nama yang terakhir ‘terlempar’ adalah Menteri BUMN yang juga Ketua PSSI Erick Thohir (ET). Sebelumnya, ET digadang-gadang akan menjadi Cawapres Prabowo. Apalagi berbagai survei juga menempatkan Erick di papan atas Bacawapres. Bahkan paling tinggi jika dipasangkan dengan Prabowo Subianto. Tapi itulah, tahun ini belum eranya Erick, mungkin 2029.
Erick saat ini harus puas tetap berada di belakang Capres-Cawapres yang ‘dijagokan’ Jokowi, yaitu Prabowo-Gibran. Meski masih belum jelas bagaimana posisi dan kondisi Jokowi terhadap PDIP dan Ketum Megawati Soekarnoputri. Info-infonya, akan ada pemecatan terhadap Gibran yang masih berstatus kader PDIP dan menjabat Wali Kota Surakarta, Jawa Tengah (Jateng).
Meski tak maju jadi Cawapres, posisi Erick Thohir akan aman sebagai Menteri BUMN. Bahkan sekarang juga menjabat Plt Menteri Koordinator Maritim dan Investasi (Menko Marves) yang dijabat Luhut Binsar Panjaitan. Erick diduga tetap akan berada di belakang tim pemenangan Prabowo-Gibran yang diketuai Wakil Menteri BUMN II Rosan Roeslani. Sebagai pengusaha, Erick pasti akan berkontribusi besar untuk tim.
Lain lagi ‘duka’ yang dialami Sandiaga Uno yang masih menjabat Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf). Diduga, demi mendapatkan jatah Cawapres Ganjar, Sandi rela meninggalkan Gerindra dan Prabowo Subianto. Sandi hijrah ke Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang merupakan satu-satunya partai parlemen mitra kolisi PDIP. Sayang, Ganjar-Sandi yang disebut-sebut akan moncer gagal terwujud. Ganjar dan PDIP lebih memilih Menko Polhukam Mahfud MD sebagai Cawapres.
Di beberapa media, mantan Cawapres Prabowo 2019 itu mengaku tidak kecewa dan tetap akan fokus memenangkan Ganjar-Mahfud. Kalau kecewa, pasti ada, tapi tak mungkin pula dinampakkan oleh pria yang dikenal dengan nama ‘Papa Online’ oleh netizen ini. Sandi kini mulai jarang terlihat di media, baik sebagai kader PPP atau menterinya Jokowi.
Awalnya, saat hawa-hawa Pilpres 2024 dimulai, nama Sandi cukup mengapung tinggi. Bukan sebagai Cawapres, tapi Capres. Karena, dia adalah alumni Pilpres 2019 yang dikalahkan Jokowi-Ma’ruf Amin. Sayang, namanya tiba-tiba tergencet oleh dua kepala daerah, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. Sandi pun hanya kembali diapungkan sebagai calon wakil seperti Pilpres sebelumnya.
Peluang Sandi menjadi Cawapres memang menguat seiring tidak banyaknya Bacapres yang punya logistik pribadi kuat seperti Prabowo Subianto. Anies diketahui malah pernah berhutang sampai Rp50 miliar kepada Sandi saat Pilkada DKI Jakarta 2017. Ganjar pun hanya politisi biasa yang pernah menjadi anggota DPR RI dan Gubernur. Keduanya disinyalir akan membawa pasangan yang bisa mendanai perjuangan sebagai Capres.
Meski sempat disebut-sebut akan ada duet Anies-Sandi di Pilpres 2024, ternyata Anies malah diminta Ketum NasDem Surya Paloh menggandeng Ketum PKB Muhaimin Iskandar. Isu maksa Prabowo-Sandi jilid II juga hilang saat Sandiaga sudah hijrah ke PPP. Kini, Sandi pun bisa saja terkena reshuffle kabinet, karena partai tempatnya bernaung tidak lagi sejalan dengan yang didukung Jokowi.