Oleh: Reviandi
Meski pasangan calon Presiden dan wakil Presiden (Capres-Cawapres) sudah mulai terang, bahkan dua pasangan telah mendaftar ke KPU, tak membuat pengaruh signifikan terhadap pencalegan. Masih ada Caleg yang tak mau ‘terlibat’ dengan Copras-Capres dan memilih tetap fokus kepada targetnya memenangkan Pemilihan Umum Legislatif (Pileg).
Di Kota Padang, di billboard atau baliho-baliho di jalan utama, begitu banyak calon anggota DPR dan DPRD Sumbar yang hanya menampilkan dirinya sendiri. Tanpa menambahkan sekadar foto kecil dari calon Presiden yang diusung partainya. Padahal, semua partai telah memerintahkan para Caleg memasang dan turut menyosialisasikan calon Presiden partainya.
Salah satu yang menonjol adalah para Caleg dari Partai Amanat Nasional (PAN). Meski PAN sejak 13 Agustus 2023 telah mendeklarasikan Prabowo Subianto sebagai calon Presiden, tapi sangat jarang para Caleg PAN yang menambahkan foto Prabowo pada alat peraganya. Jangankan untuk berduet, untuk sekadar menambah foto Prabowo kecil di sudut saja, sepertinya kurang berkenan.
Hal itu terlihat dari beragam alat peraga besar, sedang atau kecil. Baik itu calon anggota DPR RI yang mengambil porsi besar alat peraga di jalan-jalan utama, atau spanduk-spanduk kecil di pinggir kota. Kader-kader PAN seolah enggan turut serta memenangkan calon yang telah diusung secara nasional oleh partainya. Salah satu alasannya mungkin karena belum mendaftar ke KPU.
Dari pendukung Ganjar Pranowo, juga terlihat ada partai yang seolah kurang berkenan turut serta membantu pimpinan pusat partainya untuk sosialisasi calon Presiden. Utamanya adalah kader-kader Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang seolah-olah belum memiliki kandidat Presiden. Begitu juga dari Hanura dan Perindo. Karena hanya menampilkan foto Caleg sendiri, dan kalau ada tambahan itu hanyalah ketua umum mereka.
Dari informasi yang didapat di lapangan, enggannya kader PPP menambahkan foto Ganjar adalah ‘trauma’ dengan pengalaman Pileg/Pilpres 2019. Saat itu, PPP mendukung Jokowi-Ma’ruf Amin yang dari survei memang sangat rendah. Akhirnya, PPP bahkan banyak hilang dari kursi DPR, DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota. Kini, Ganjar juga tak sampai surveinya 10 persen di Sumbar. Hal yang akan membuat para Caleg berpikir keras untuk tandem.
Mungkin akan sedikit berbeda dengan Caleg yang partainya mengusung Anies Baswedan yang lebih dahulu deklarasi berpasangan dengan Muhaimin Iskandar sejak 3 September 2023. Tiga partai pengusung, NasDem, PKS dan PKB semuanya lebih kompak menyertakan Capres-Cawapres mereka pada alat peraga yang disebar di jalan, media sosial dan lokasi-lokasi lain.
Dari tiga partai ini, meski PKS tidak diwakilkan oleh Anies atau Muhaimin, cukup banyak Calegnya yang menggunakan foto Anies untuk menambah performance alat peraga. Hal itu disinyalir karena Anies punya nilai jual di Sumbar, terbukti dengan hasil surveinya yang lumayan bersaing dengan Prabowo Subianto. Berbeda dengan Ganjar yang kurang mendapatkan respon.
Yang terjadi di lapangan hari ini sebenarnya masuk akal. Para kader parpol yang Nyaleg, lebih memilih fokus memperkenalkan diri, ketimbang Capres yang berbeda partai dengan mereka. Karena itulah, para Capres itu lebih banyak disosialisasikan oleh orang yang satu partai dengannya. Bukan yang berbeda partai, meski secara resmi telah menyatakan dukungan pada Capres tertentu.
Seperti PDI Perjuangan di Sumbar. Mayoritas para kadernya berani memasang foto Ganjar Pranowo di baliho atau spanduk-spanduk mereka. Seperti duo Caleg DPR RI PDIP Alex Indra Lukman dan Fakhrizal. Hampir di setiap alat peraga mereka di Sumbar 1, keduanya berdampingan dengan Ganjar yang baru mendaftar bersama Cawapresnya Mahfud MD, Kamis (19/10/2023).
Akhir-akhir ini, keseriusan Fakhrizal dalam menyosialisasikan Ganjar lebih unggul dari H Alex yang mulai banyak terpasang sendiri. Fakhrizal yang pernah menjadi Kapolda Sumbar dan calon Gubernur Sumbar 2020 sepertinya ingin berjuang penuh bersama Ganjar. Politisi yang banyak diunggulkan secara nasional, tapi belum mendapatkan tempat di Sumbar. Soal untung dan rugi baginya sebagai Caleg, pastinya Fakhrizal sudah paham betul.
Sementara dari pendukung Prabowo, mayoritas yang total menempatkannya dalam alat peraga ya kader-kader Gerindra. Partai yang diketuai Prabowo yang saat ini menjabat Menteri Pertahanan. Salah satu yang paling menonjol adalah Ketua DPD Gerindra Sumbar Andre Rosiade yang hampir semua alat peraganya berdampingan dengan Prabowo. Tidak hanya di Dapilnya Sumbar 1, tapi juga Sumbar 2.
Tidak hanya Andre, banyak kader-kader Gerindra yang juga fokus ‘menjual’ Prabowo pada semua alat peraganya, baik secara langsung atau virtual. Baik itu untuk DPR RI, DPRD Sumbar dan DPRD Kabupaten dan Kota. Hal itu dapat dimaklumi, karena masih sangat masifnya dukungan kepada Prabowo Subianto yang menang telah pada Pilpres 2014 dan 2019 di Sumbar.
Berdampingan dengan Prabowo, tentu membuat para kader yang Nyaleg ini bisa sedikit mengambil ‘tuahnya.’ Kalaupun tak memilih mereka, pastinya dengan bersama Prabowo, mereka bisa terbantu. Tak dipungkiri, hasil Pileg 2014 dan 2019 di Sumbar, itu sangat dipengaruhi oleh ‘demam’ Prabowo Subianto di Sumbar. Sehingga banyak nama yang sebenarnya tak dikenal, mengumpulkan suara signifikan dan duduk di kursi dewan.
Dua partai pendukung Prabowo lainnya, Golkar dan Demokrat juga berangsur-angsur menambahkan Prabowo dalam alat peraga mereka. Kader Golkar juga sudah mendapatkan surat resmi dari DPP Golkar untuk bergerak menyosialisasikan Prabowo sebagai Capres. Demokrat pun lebih bersemangat, ketimbang waktu masih mendukung Anies sebagai Capres bersama PKS dan NasDem.
Untuk pendukung Anies, domimasi fotonya lebih dimaksimalkan oleh Caleg dari Partai NasDem. Meski bukan kader NasDem, Anies sepertinya sudah dikaitkan langsung dengan partai bentukan dan diketuai oleh Surya Paloh itu. Apalagi, secara langsung, Surya Paloh mengawal pencalonan Anies, baik mencarikan pendamping sampai mengawal pendaftaran ke KPU RI.
Di lapangan hari ini, Ketua DPW NasDem Fadly Amran yang sudah purnatugas menjadi Wali Kota Padang Panjang, begitu serius memasang foto Anies-Cak Imin (Amin) di baliho-balihonya. Keseriusan ini mungkin jauh lebih masif dari dua partai koalisi lainnya, PKB dan PKS. Meski tak pula dapat ditepikan, dua partai terakhir juga mulai serius dalam menempatkan Amin dalam alat-alat kerja mereka.
Waktu jelang masa kampanye dan pencoblosan masih beberapa bulan lagi. Mungkin para Caleg masih menghitung-hitung kekuatan. Kalau dimulai sekarang, apalagi jor-joran, takut nafas tak sampai dan kalah telak jelang pencoblosan. Menghitung untung-rugi menempatkan Capres-Cawapres pada alat peraga juga masih dilakukan. Jangan sampai, demi memenangkan Pilpres, kursi-kursi DPR dan DPRD hilang berterbangan.
Yang pasti, menunjukkan kemampuan diri pribadi dalam kontestasi adalah langkah yang paling tepat. Tidak menggantungkan harapan hanya kepada oran-orang yang sedang bertarung merebut puncak kekuasaan negeri ini. Seperti yang dikatakan ahli filsafat Tiongkok, Lao Tzu. “Karena seseorang percaya pada dirinya sendiri, ia tidak berusaha meyakinkan orang lain. Karena seseorang puas dengan dirinya sendiri, dia tidak membutuhkan persetujuan orang lain. Karena seseorang menerima dirinya sendiri, seluruh dunia menerimanya.” Pilihan strategi kampanye adalah pilihan masing-masing Caleg. Terserah saja. (Wartawan Utama)