Hari ini memang bukan hari memperingati Hari Kesehatan Dunia. Tapi menulis tentang kesehatan tidak perlu harus menunggu momen itu, karena setiap hari kita mendambakan hidup sehat. Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat.
Satu parameter penting dalam mewujudkan kualitas hidup adalah aspek kesehatan. Hidup tidak akan pernah berkualitas kalau persoalan kesehatan belum selesai. Inovasi dan promosi kesehatan menjadi penting dilakukan dalam rangka mengubah cara pikir masyakat yang semula menganggap bahwa sehat itu sesuatu yang mahal dan mengubahnya menjadi sehat itu harus dimulai dari diri sendiri, dan tidak mahal. Upaya ini membutuhkan kerja cerdas sekaligus kerja keras agar bisa diterima oleh masyakat.
Tujuh Pesan SIKEREI adalah pesan-pesan kesehatan dari SIKEREI Kepulauan Mentawai. Mengapa tujuh pesan SIKEREI menjadi pesan kesehatan dari Mentawai? adalah Lahmuddin Siregar, kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Mentawai yang punya gagasan brilian pencetus dari Tujuh Pesan SIKEREI .
Ide ini lahir bukan didasarkan dari perenungan semalam dua malam, tapi melalui perenungan yang panjang dengan menyandarkan pikiran kepada kearifan lokal (Lokal Wisdom). Bak gayung bersambut, tidak tanggung-tanggung, terobosan ini didukung oleh Bupati Kabupaten Kepulauan Mentawai Yudas Sabaggalet dan Wakil Bupati Kabupaten Kepulauan Mentawai, Kortanius Sabeleake.
Bupati dan Wakil Bupati dipelbagai kesempatan sering menyebut pentingnya pengamalan nilai-nilai Tujuh Pesan SIKEREI dalam kehidupan sehari –hari. Agar semakin hari semakin meningkat sikap dan perilaku hidup sehat masyarakat.
Sejalan dengan dukungan diatas, terobosan Tujuh Pesan SIKEREI sudah di launching oleh Kemenkes yang dihadiri Staf Ahli Menkes dr. Henny Setiawati dan wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit di Muara Siberut Kabupaten Kepulauan Mentawai, tanggal 22 Februari 2016.
Apa itu SIKEREI? SIKEREI adalah sebutan bagi seorang dukun di Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat yan dianggap memiliki kekuatan supranatural. Bagi orang Mentawai, kerei adalah pengetahuan, keahlian, serta keterampilan akan pengobatan dan tanaman obat.
Orang yang dapat berhubungan dengan roh-roh dan jiwa orang-orang di alam nyata maupun di alam gaib. SIKEREI menjadi tokoh pengobatan dan spiritual dan pemimpin ritual dalam setiap upacara adat atau punen (pesta) di uma (rumah adat Mentawai).
Berdasarkan diskusi saya dengan Lahmuddin, menurut Lahmuddin, ide dasar lahirnya Tujuh Pesan SIKEREI ini, terilhami setelah memperhatikan, menyelami seluk-beluk kehidupan sosial dan kebudayaan masyarakat Mentawai. Sehingga ada beberapa alasan yang melatar belakangi lahirnya ide ini.
Pertama, SIKEREI sebagai iko masyarakat Mentawai. Dimana pesan kesehatan yang diambil dari Akronim SIKEREI yang berjumlah tujuh huruf sehingga menjadi Tujuh Pesan SIKEREI. Yakni, S: Stop buang air besar sembarangan, I: Istirahat yang cukup, K: Konsumsi garam beryodium, makanan yang beraneka ragam, makan sayur dan buah, E: Enyahkan asap rokok dan kasus gizi buruk, R: Rajinlah berolahraga secara teratur, jauhi narkoba dan hindari seks bebas, E: Eliminasi penyakit kaki gajah dan malaria serta temukan obat sampai sembuh penyakit TB dan I: Ingatkan keluarga untuk menimbang balita setiap bulan, beri ASI saja pada bayi sampai berusia 6 bulan dan persalinan oleh tenaga kesehatan.
Pengambilan akronim pesan kesehatan dari kata SIKEREI bermaksud agar masyarakat mudah memahami sekaligus mengimplementasikan dari pesan tersebut. Pemilihan kata SIKEREI merupakan upaya pengambilan pesan dari rahim kehidupan sosial dan budaya masyarakat Mentawai itu sendiri. SIKEREI adalah kata yang akrab ditelinga masyarakat Mentawai. Sehingga Masyarakat Mentawai merupakan pemilik sah dari kata SIKEREI.
Kedua, tujuh pesan SIKEREI adalah upaya sadar dan terencana dalam melestarikan kearifan lokal. Derasnya arus modernisasi dikhawatirkan dapat mengancam punahnya budaya asli. Lihatlah sekarang ini cara berpakaian, model rumah masyarakat jika dibandingkan dengan kebudayaan asli terlihat sangat jauh berbeda, bahkan generasi sekarang banyak yang tidak tahu budaya aslinya. Tantangannya, mengingat Mentawai sangat sering dikunjungi turis, baik lokal maupun mancanegara dalam berbagai keperluan.
Bukan tidak mungkin satu hari nanti SIKEREI hanya bisa ditemukan dalam buku-buku, Hasil penelitian-penelitian, Google, Sedangkan secara fisik sudah punah. Harapannya ketika orang menyebut tentang SIKEREI orang akan teringat dengan pesan kesehatannya. Bahkan untuk memenuhi rasa keingintahuan maka orang juga akan mencari tahu siapa pencetusnya.
Membumikan Tujuh Pesan SIKEREI tujuannya bukan hanya untuk menyehatkan masyarakat Mentawai saja. Dalam konteks lebih luas, siapapun yang pernah datang dan pergi ke Mentawai, minimal pesan ini selalu dibawa sehingga Gaung Tujuh Pesan SIKEREI lebih menggema negeri ini. Maka ini merupakan satu alternatif untuk menyehatkan Nusantara.
Terakhir, penulis mengusulkan agar Tujuh Pesan SIKEREI dimasukkan menjadi bagian materi dalam mata pelajaran muatan lokal Mentawai. Sehingga pesan kesehatan ini sejak awal sudah tersosialisasikan dengan baik. Pelajar yang sudah mendapat materi pelajaran Tujuh Pesan SIKEREI tentunya akan berpengaruh dalam kehidupan sehari- hari, dan juga akan berpengaruh pada sikap dan perilaku hidup sehat di masa datang. Salam sehat lahir Bathin. (Penulis Guru SMPN 2 Sipora Mentawai)