PADANG, METRO–Mereka yang tinggal di panti asuhan tidak luput dari perhatian Gubernur Sumatera Barat (Sumbar) Mahyeldi Ansharullah dalam melaksanakan program unggulan (progul) menciptakan 100 ribu entrepreneurship dan pelaku ekonomi kreatif. Mahyeldi melalui Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Provinsi Sumbar, Arry Yuswandi menyebutkan, ada tiga panti yang diberi target melaksanakan program entrepreneurship ini.
Pertama, Panti Sosial Bina Remaja Harapan (PSBRH) di Kota Padang Panjang. Di panti khusus ditempati anak perempuan ini, ada 200 anak-anak dibina keahlian membuat kostum dan bordir. Mereka dibina selama enam bulan untuk mampu berwirausaha. “Untuk tahun 2022 ini, di panti ini sudah menyelesaikan pembinaan 100 anak panti. Sebagian dari mereka sudah mandiri menjalankan usaha. Sebagian lagi sudah ada yang direkrut dunia usaha. Ada juga mereka yang sudah dibina, mencari pengalaman bekerja dengan orang lain selama tiga bulan, kemudian mandiri mendirikan usaha sendiri,” terang Arry, Senin (17/10).
Selain pembinaan, mereka anak-anak panti ini juga diberikan modal berupa satu unit mesin jahit per orang. “Dengan lama pembinaan enam bulan. Sudah 100 anak panti dibina. Sekarang sudah berjalan 100 orang dibina lagi. Jadi sudah 200 anak-anak di panti ini dibina,” terangnya.
Begitu juga di Panti Sosial Asuhan Anak Bina Remaja (PSAABR) di Lubuk Alung, yang khusus ditempati anak-anak laki-laki. Ada empat keahlian yang dibina di panti ini. Yakni keahlian bidang otomotif, listrik, elektronik dan las. Mereka juga dibina juga selama enam bulan. “Satu periode kita membina 80 anak panti asuhan ini. Jadi hingga akhir tahun sudah 160 anak panti ini nantinya dibina,” terangnya.
Termasuk juga Panti Sosial Karya Wanita Andam Dewi di Sukarami, Kabupaten Solok. Mereka yang menempati panti ini merupakan wanita tuna susila. Mereka juga dibekali beberapa keterampilan, seperti menjahit, bercocok tanam dan lainnya. Mereka diberi keterampilan supaya menimbulkan kesadaran diri untuk tidak kembali bekerja menjadi tuna susila. “Satu periode wanita di panti ini diberikan pembinaan untuk 40 wanita. Dengan pembinaan entrepreneurship yang diberikan di tiga panti ini, maka di akhir tahun ini ada sekitar 400 anak panti yang dibekali pembinaan entrepreneruship,” terangnya.
Selain pembinaan entrepreneurship, juga ada program bantuan penyediaan makanan untuk 124 panti yang dikelola oleh non pemerintah, dari total 158 panti yang ada di Sumbar. Sebanyak 124 panti yang dibantu tersebut, ada panti anak-anak berjumlah 109 panti, panti khusus disabilitas sebanyak 13 panti dan ada panti untuk lanjut usia (lansia) sebanyak 2 panti.
Alokasi APBD tahun 2022 untuk bantuan makanan 124 panti ini sebesar Rp9, 8 miliar. Tahun 2023 APBD bantuan ditingkatkan menjadi Rp38 miliar. “Bantuan dengan nilai Rp12.500 ini diberikan untuk per orang per hari selama 8 bulan. Maka tahun 2023 nanti akan naik menjadi Rp20 ribu per hari per orang untuk 10 bulan. Ini sesuai kemampuan keuangan daerah,” terangnya.
Ke depan selain dalam bentuk makanan, juga ada kebutuhan lainnya terkait pelayanan dasar yang dianggarkan untuk panti-panti ini. Seperti untuk kebutuhan sandang, ada bantuan pakaian sekolah, termasuk juga untuk transportasi mereka dibantu.
Arry juga mengungkapkan, sebelumnya bantuan makanan untuk panti ini dalam bentuk barang seperti beras, mie instan dan sarden. Mereka yang menyediakan bantuan makanan ini dulunya yang jadi pemenang proses lelang atau tender. Mereka yang menjadi pemenang lelang adalah pengusaha yang menyediakan makanan untuk panti. Dengan cara ini tentunya mereka para pengusaha yang menikmati manfaat dari keuntungan yang diperoleh.
Sedangkan sekarang ini, bantuan makanan untuk panti dalam bentuk uang tunai yang langsung ditransfer ke panti. Sehingga panti membelanjakan uangnya kepada kedai-kedai masyarakat sekitar panti. “Dengan cara ini sehingga bantuan tidak hanya memberikan manfaat kepada penghuni panti tapi juga memberikan dampak ekonomi terhadap masyarakat yang memiliki usaha di sekitar panti,” terangnya.
Pelayanan lain yang diberikan Dinsos Sumbar kepada mereka yang memiliki masalah sosial yakni, program pemandu pelayanan kesejahteraan sosial, yang terdiri dari 26 kelompok. Mereka adalah yang memiliki masalah sosial dan butuh bantuan. “Ada anak terlantar, disabilitas terlantar, ada lansia terlantar, gelandangan, pengemis, korban kekerasan, wanita tuna susila, korban bencana. Mereka ini juga diberikan pelayanan kesejahteraan sosial. Kita berusaha memberikan pelayanan maksimal kepada kelompok mereka ini,” terangnya. “Kita berencana juga siapkan panti yang melayani mereka ini dengan tempat khusus. Rencananya disiapkan pengembangan Panti Sukarami Kabupaten Solok dengan penambahan lahan dan membangun panti multi layanan,” tambahnya. (fan)