Gubernur: Kendalikan Covid-19, Kebijakan harus Tepat

PADANG, METRO
Nama Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno kini menjadi terkenal di Indonesia. Keberhasilan kebijakan-kebijakan yang dilahirkan Irwan dalam mengendalikan virus corona (Covid-19) di Provinsi Sumbar, membuat dirinya sering tampil jadi narasumber oleh pemerintah dan kepala daerah lainnya, dalam upaya penanganan Covid-19.

Pada kesempatan silahturahmi dan ramahtamah dengan insan pers di Sumbar, Rabu (1/7) di Kota Padang, Irwan berkesempatan bercerita tentang perjuangannya dalam melaksanakan program dan kegiatan penanganan Covid-19, selama empat bulan terakhir.

Irwan mengatakan, untuk menghadapi situasi wabah Covid-19 ini, kuncinya harus paham dan mengerti siapa lawan dan musuh. Siapa dan bagaimana karakter lawan.

“Covid-19 itu apa? Jika tidak tahu, dampaknya banyak yang tidak tepat dan kebijakannya tidak pas, tidak cocok serta tidak relevan,” ungkap Irwan.

Irwan mengungkapkan, Covid-19 itu penyebarannya melalui droplet (cairan mulut dan hidung-red). Makanya, penting memakai masker. Dengan memakai masker, Covid-19 tidak tertular. Selain itu, cuci tangan agar bebas dari droplet yang menyebar melalui benda dan jaga jarak.

“Covid-19 itu menyebar lewat droplet saat ketemu orang. Dengan pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), maka masyarakat jarang ketemu, karena dibatasi keluar rumah. Sumbar sudah melakukan PSBB dari awal, meski baru beberapa yang positif Covid-19. Yang penting kendalikan dulu, tahu peta dan penyebarannya. Sehingga yang positif tahu orangnya. Di tracking, kemudian diisolasi dan dikarantina,” terang Irwan.

Kapan berhentinya Covid-19 ini? Irwan mengungkapkan, Covid-19 ini bisa berhenti, kalau sudah ada obatnya dan vaksinnya. Jadi Covid-19 akan ada terus. Kalau seandainya ketemu obatnya, hingga sampai ke konsumen untuk diperjualbelikan, masih butuh waktu dua tahun lagi.

“Jadi obat sama vaksinnya ditest dulu dan prosesnya panjang. Artinya dua tahun lagi Covid-19 ini masih ada. Makanya kebijakan kita dalam penanganan Covid-19 tidak sampai Desember 2020 saja, tetapi juga berlanjut tahun depan,” ujar Irwan.

Irwan mengatakan, kalau obat dan vaksin Covid-19 belum ketemu, maka yang bisa dilakukan sekarang hanya mengendalikan. “Selama orang bepergian keluar rumah, Covid-19 akan ada terus. Caranya bukan me-nol-kan. Tapi dikendalikan. Dengan kondisi pandemi Covid-19 saat ini, banyak kepala daerah panik. Tidak tahu lagi apa yang dikerjakan tidak kuat lagi menahan tekanan. Kini saatnya kepemimpinan diuji terhadap wabah ini,” ujarnya.

Irwan menambahkan, ketika ingin memutus dan kendalikan Covid-19, maka harus tahu siapa orang yang positif Covid-19. Makanya perlu dilakukan test swab. Laboratorium Biomedik ada di seluruh perguruan tinggi di Indonesia. Termasuk Universitas Andalas (Unand).

“Kita ajukan Laborarotium Unand ini jadi salah satu jejaring Litbangkes Kementerian Kesehatan sebagai laboratorium yang melakukan uji sample swab. Kita kirim surat ke Menteri Kesehatan. Surat kita surat pertama yang mengajukan ke Menteri Kesehatan di luar Jakarta untuk jadi jejaring. Akhirnya disetujui Laboratorium Unand ini dimanfaatkan untuk uji test swab.

Setelah keluar izin, menurut Irwan, pihaknya langsung melibatkan seluruh pihak untuk bantu peralatan laboratorium ini. Termasuk SDM-nya. Maka pada 25 Maret keluarlah hasil pertama uji sampel swab dan diumumkan 26 Maret. “Barulah dengan mendapatkan hasil uji sampel swab ini, kita bekerja melakukan tracking semua yang punya riwayat dengan pasien yang positif,” terangnya.

Selain tracking, pada 17 Maret juga dilakukan penjagaan di pintu masuk Bandara Internasional Minangkabau (BIM). Namanya pembatasan selektif. Belum ada PSBB waktu itu. Di perbatasan jalur darat seluruhnya juga dijaga ketat. Pada 30 Maret, TNI dan Polri dilibatkan di perbatasan. Semua orang yang masuk Sumbar diseleksi ketat. Kemudian pada 22 April baru diberlakukan PSBB dengan pembatasan enam sektor. Kemudian juga ada Permenhub tentang Pelarangan Mudik.

Langkah lainnya, Pemprov Sumbar juga menjadikan dua RSUD jadi rumah sakit khusus penanganan Covid-19. Kemudian ditambah enam rumah sakit rujukan. Selain itu juga disediakan tempat karantina untuk isolasi masyarakat yang masuk kategori ODP dan PDP.

Dengan apa yang telah dilakukan selama ini, memasuki era New Normal, cluster penyebaran Covid-19 hampir di seluruh daerah sudah hilang. Masyarakat yang positif Covid-19 mulai turun dan bahkan tidak ada lagi di daerah-daerah. Jika pada April lalu Sumbar sempat bertengger nomor lima nasional dan satu Sumatera tertinggi angka positif Covid-19. Mulai Mei mulai beranjak turun hingga nomor 16 nasional.

Di era New Normal sekarang, yang perlu dilakukan pemulihan ekonomi. Untuk itu, perlu dilakukan test swab bagi seluruh pelaku ekonomi. Supaya ekonomi bergerak dari segi pariwisata. Yang datang dari luar Sumbar, di perbatasan dilakukan pengawasan. Dilonggarkan tapi diawasi. Pendekatan ini berhasil semuanya. “Supaya yang datang ke berwisata merasa nyaman, dengan tetap melaksanakan protokol kesehatan Covid-19. Kuncinya tahu cepat dan bisa hentikan langsung mata rantai,” terangnya.

Selain penanganan Covid-19, Pemprov Sumbar memberikan bantuan kepada masyarakat terdampak Covid-19 melalui bantuan langsung tunai (BLT) kemudian dilakukan pemulihan.
“Semuanya berjalan dengan baik. Menghadapi Covid-19 di era New Normal ini, harus memperhatikan protokol kesehatan tapi tetap produktif. Covid-19 ini akan kita hadapi terus hingga tahun depan,” ujarnya.

Ketua PWI Sumbar, Heranof Firdaus mengatakan, Covid-19 adalah sebuah cobaan. Pemprov Sumbar tidak henti-hentinya memonitor dan memberikan arahan melalui rapat-rapat virtual dalam penanganan Covid-19 selama ini. Di era New Normal diharapkan Sumbar aman dari Covid-19.

“Kondisi Sumbar diharapkan semakin membaik. Program utama sekarang adalah pemulihan ekonomi. Secara nasional Irwan Prayitno yang paling top di Indonesia. Jadi banyak dijadikan narasumber penanganan Covid-19. Dari awal, Irwan Prayitno sudah kolaborasi dengan baik dengan seluruh pihak. Hasilnya makin lama makin baik. Strategi selanjutnya dari New Normal ini perlu diketahui oleh media,” harapnya. (adv)

Exit mobile version