Sering kita mendengar omongan orang tentang berkah tidaknya kehidupan seseorang. Seperti ungkapan si Fulan itu berkah betul hidupnya. Keluarganya rukun dan sangat harmonis. Anak-anaknya sangat santun. Dia tidak kaya, tapi sangat peduli terhadap penderitaan orang lain. Atau sebaliknya, kasihan kita melihat si Fulan itu.
Rezkinya yang banyak tapi tidak ada berkahnya. Rumah tangganya berantakan. Anak-anaknya meresahkan lingkungan. Hampir tiap hari suami istri berantam. Pada hal dia orang kaya. Dalam bahasa minang diungkapkan….ndeh ibo awak malieknyo, ndak babarakaik deknyo doh.
Banyak ditemukan kata-kata berkah dalam keseharian kita, seperti doa menyambut bulan Ramadhan Allahumma bariklana, fi rajab wasya’ban, waballigna fi ramadhan. Ya Allah berkahilah kami pada bulan rajab dan bulan sya’ban dan pertemukanlah kami dengan bulan ramadhan. Kata berkah dalam khotbah Jumat, sebagai kata penutup khutbah pertama dengan ucapan “Baarokallohu lii walakum”, semoga berkah Allah untukku dan untuk kalian. Kata berkah dalam ucapan salam “Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokaatuh”. Semoga keselamatan, rahmat Allah, dan keberkahan selalu menyertai Anda. Dan kata berkah dalam doa kepada yang menikah: “Baarokalloohu lakuma…. Semoga keberkahan Allah untuk kalian berdua. Lalu apa sesungguhnya keberkahan itu.
Menurut bahasa, berkah berasal dari bahasa Arab: barokah artinya nikmat. Dalam sebutan lain berkah dalam bahasa Arab disebut juga mubarak dan tabaruk yang artinya juga nikmat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:179), berkah adalah “karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia”.
Menurut Imam Al-Ghazali dalam Ensiklopedia Tasawuf, hlm. 79 berkah (barokah) artinya ziyadatul khair, yakni “Bertambahnya kebaikan.”
Dalam pandangan para ulama menjelaskan makna berkah “Sebagai segala sesuatu yang banyak dan melimpah, mencakup material dan spiritual, seperti harta yang selalu ada, rasa aman, jauh dari ketkutan, ketenangan jiwa, tidak gelisah, badan yang sehat, dan keluarga yang menggembirakan.” Dalam kata lain hidup yang merasakan kepuasan dan kebahagiaan.
Dalam Syarah Shahih Muslim karya Imam Nawawi disebutkan, berkah memiliki dua arti: (1) tumbuh, berkembang, atau bertambah; dan (2) kebaikan yang berkesinambungan. Menurut Imam Nawawi, asal makna berkah ialah “kebaikan yang banyak dan abadi”.
Dalam keseharian kita sering mendengar kata “mencari berkah”, bermaksud mencari kebaikan atau tambahan kebaikan, baik kebaikan berupa bertambahnya harta, rezeki, maupun berupa kesehatan, ilmu, dan amal kebaikan (pahala). Dalam Al-Quran kata berkah (barakah) memiliki beberapa makna, di antaranya: sebagaimana firman-Nya:
“Ini (Al-Quran) adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu, penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya orang-orang yang mempunyai pikiran mendapatkan pelajaran.” (QS. Shaad: 29).
“Jika sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi…..” (QS. Al-A’raf: 96).
Hidup yang selalu dalam bimbingan Allah dengan penuh curahan kasih sayangnya. Karena Al Qur’an selalu menuntun manusia kepada kebaikan dan keselamatan. Begitu pula terhadap orang yang beriman dan bertaqwa Allah akan limpahkan kekayaan harta dan berbagai kebaikan yang banyak dari langit dan bumi.
Untuk mendapatkan keberkahan tersebut, dalam beberapa hadits ditemukan isyarat Allah memberikan keberkahan itu, diantaranya :
1. Apabila Sesuatu itu dilakukan dengan menyebut nama Allah.
“Berkumpullah kalian atas makanan dan sebutlah nama Allah, maka Allah akan memberikan keberkahan pada kalian di dalamnya.” (HR. Abu Daud)
2. Adanya kejujuran dan jauh dari kebohongan. “Penjual dan pembeli itu diberi pilihan selama keduanya belum berpisah. Bila keduanya jujur dan menjelaskan (kondisi barangnya), maka keduanya diberkahi dalam jual belinya. Namun bila keduanya menyembunyikan dan berdusta, maka akan dihilangkan keberkahan jual beli keduanya.” (HR. Bukhari-Muslim).
3. Adanya Kerelaan atau ketulusan dalam menerima yang diberikan Allah
“Sungguh, Allah menguji hamba dengan pemberian-Nya. Barangsiapa rela dengan pembagian Allah terhadapnya, maka Allah akan memberikan keberkahan baginya dan akan memperluasnya. Dan barangsiapa tidak rela, maka tidak akan mendapatkan keberkahan.” (HR. Ahmad). Wallahu a’lam.
Ketenangan jiwa, badan yang sehat, rumah tangga yang harmonis dan lingkungan yang peduli dan selalu menjaga silaturrahim. Itulah sesungguhnya keberkahan dalam hidup ini. Dalam filosofis orang minang “ Padi masak, jaguang maupih, taranak bakambang biak, nagari aman santoso. Tahu jo dahan nan kamaimpok, duri nan kamancucuak sarato tau jo batu nan kamanaruang. Jauh dari silang sangketo. Hiduik saliang menghormati, raso dibao naik , pareso dibao turun. “ Itulah hidup yang mendapat berkah dari Allah SWT. (*)