Ketika memegang Timnas Indonesia U-23, Indra Sjafri, pasang badan terkait kekalahan tim asuhannya dari Vietnam yang membuat Garuda Muda gagal melangkah ke Piala AFC U-23 2020. Indra Sjafri menegaskan tanggung jawab kekalahan ada padanya dan meminta agar tidak ada yang menyalahkan pemain yang tampil dalam pertandingan tersebut.
Indra Sjafri menegaskan agar tidak ada yang menyalahkan individu pemain yang telah berjuang di lapangan hijau. Katanya, semua tanggung jawab ada di tangan saya. Jangan menyalahkan Egy, jangan menyalahkan Marinus. Jangan menyalahkan individu pemain, itu tidak baik. Pemain saya sudah berjuang, apa yang salah? Semua kegagalan tanggungjawab saya.
Terbaru dari Indra Sjafri, saat Striker Timnas Indonesia U-19, Arkhan Kaka dirujak warganet terkait performanya di Piala AFF U-19 2024. Indra geram anak asuhnya dibuly habis-habisan. Ia kemudian pasang badan. Indra Sjafri meminta, jangan buly Arkan Kaka. Jangan buly pemainnya. Dirinya bertanggungjawab terhadap semua masalah.
“Buly saya saja,” kata Indra Sjafri.
Pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong membela Rafael Struick, saat pemainnya tersebut dibuly netizen, usai menghadapi Australia pada laga kualifikasi Piala Dunia 2026, di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Rafael Struick dibuly karena dianggap tidak bisa bermain maksimal.
Shin Tae-yong kemudian mengatakan, sebenarnya Struick sudah bermain baik dalam kondisi yang dialaminya. Rafael memang dapat cedera setelah lawan Arab Saudi Arabia. Kami pertimbangkan apakah ia dimainkan atau tidak dan akhirnya dimainkan karena melihat semangat dan optimistisnya. Tapi kondisinya kurang baik makanya dia kurang maksimal.
Aji Santoso saat melatih Timnas U-23 yang gagal meraih medali pada SEA Games 2015, menyampaikan sikapnya. Ia yang bertanggungjawab. Jangan salahkan pemain yang sudah berjuang. Mereka sudah berbuat maksimal di lapangan.
Nil Maizar saat menjadi Pelatih Timnas Senior, tahun 2012, lebih ekstrim lagi. Ketika itu Ia sudah memanggil sejumlah pemain untuk bergabung, namun pemain yang berada di Liga Super Indonesia (ISL) tak kunjung memenuhi panggilan timnas. Nil tidak langsung menyalahkan pemain tersebut. Ia melihat dari berbagai sisi.
Begitu pun ketika timnya tak mampu berprestasi di Piala AFF, tahun 2012. Dirinya tetap menjaga pemainnya. Ia mengingatkan agar tidak ada yang menyalahkan pemainnya. Ia yang bertanggungjawab terhadap kegagalan timnya.
Hal lebih mengelikan sesaat setelah Hendri Susilo menyalahkan pemain, justru bertolak belakangan dengan pernyataan pemainnya. Ketika itu, Hendri Susilo membawa Bayu Gatra pada konferensi pers. Bayu Gatra menyebutkan, dirinya dan kawan-kawan memang kecewa dengan kekalahan. Tapi Ia melihat, kawan-kawannya telah berjuang dan bermain bagus menghadapi Malut FC. Katanya lagi, kita sudah bermain sangat bagus, kekompakan tim sudah sangat luar biasa.
Setelah Hendri Susilo meninggalkan tim, pekerjaan rumah Semen Padang FC berikutnya adalah mencari pelatih baru yang tepat dan bisa langsung mendongrak prestasi tim. Sebelum mendapatkan pelatih baru, maka caretaker Hengki Ardiles akan langsung diuji untuk laga selanjutnya.
Semen Padang FC harus secepatnya menemukan sosok yang tepat, jika tidak akan berpengaruh buruk terhadap tim. Atau, jika terlambat, bukan tidak mungkin Hengki Ardiles yang akan menjadi korban.
Tidak bermaksud meremehkan Hengki Ardiles, kapasitas mantan kapten SPFC tersebut sebagai pelatih, belumlah teruji. Hengki Ardiles baru berada pada tataran asisten pelatih, belum pernah memegang tim sekelas Liga Indonesia. Jangankan Liga I, di Liga 2 pun, belum pernah sama sekali.
Ketika SPFC dipastikan promosi ke Liga 1, Februari 2024, manajemen klub pernah merilis, menyiapkan dana sebesar Rp70 miliar untuk menghadapi Liga Indonesia musim 2024. Jika memang begitu adanya, maka tim ini tidak akan bermasalah secara finansial dan mendapatkan punggawa berkualitas.
Fans dan pecinta Kabau Sirah boleh mengajukan usul dan saran, tapi keputusan tetap di tangan manajemen. (*)