SEBELUM laga Malut FC vs Semen Padang (SP) FC, di Stadion Sultan Agung, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat, (13/9-2024) berakhir, postingan berbagai media sosial sudah menyuarakan kalimat sejenis. Pecat Hendri Susilo!
Permintaan itu, tak lain karena capaian buruk Hendri Susilo sebagai nahkoda SPFC. Ketika itu, SPFC sudah tertinggal dua gol tanpa balas. Permintaan tetap tidak berubah meski menjelang laga usai, Cornelius Steward mencetak gol di menit ke-85. Laga kemudian berakhir 2-1 untuk kemenangan Malut FC.
Kedua tim pernah bertemu pada semifinal Liga 2 musim 2023-2024, tujuh bulan silam. Ketika itu Semen Padang menang agregat 2-1. Leg pertama, di kandang Malut FC, bermain imbang 1-1. Leg kedua, di Stadion H Agus Salim, gol tunggal Ahmad Ihwan mengantarkan kemenangan Semen Padang.
Selain desakan pecat Hendri Susilo, ada juga seruan bernada satir. Manajemen SPFC diminta untuk mempertahankan Hendri Susilo agar tim asal Bukik Karang Putiah, bisa meluncur mulus ke Liga 2. Setelah itu juara lagi. Bukankah Liga 2 lebih besar dari Liga 1. Hahaha.. hahaha…!
Pesan kedua di atas, benar-benar kelewat satir. Siapa pun tahu, pada Liga di Indonesia, kelas Liga I adalah kasta tertinggi kompetisi sepakbola Indonesia. Ketika Liga 2 lebih besar dari Liga I, ya jelas, angkanya lebih besar. Jumlah tim yang berlaga juga lebih besar. Liga 1 musim ini ada 18 tim. Liga 2, ada 26 peserta.
Bagi mereka yang memahami kondisi, kalimat tersebut adalah akhir dari kata-kata. Tak ada pesan lagi. Tak ada saran lagi. Kalimat tersebut sebagai pengganti ungkapan yang sudah muak. Rasa muak tersebut, biasanya dimunculkan karena sudah kesal melihat kondisi dan situasi yang ada sebelum-sebelumnya.
Ketika manajemen Semen Padang mengumumkan bahwa Hendri Susilo sebagai Pelatih Kepala Semen Padang FC, pada Liga I musim 2024-2025, disambut sikap pesimistis oleh pecinta Kabau Sirah tersebut. Mempertahankan pelatih yang membawa Semen Padang sebagai runner up Liga 2 musim 2023-2024, Delfiadri tidaklah mungkin.
“Sertifikat saya belum memenuhi syarat untuk menjadi pelatih di Liga I,” kata Delfiadri, setelah membawa Semen Padang ke Liga I.
Permintaan pecinta Kabau Sirah, akhirnya dikabulkan manajemen Semen Padang FC. Beberapa jam setelah kekalahan tersebut, hubungan kerja Semen Padang FC dengan Hendri Susilo resmi diakhiri.
“Thanks Coach Hendri Susilo Sukses Selalu Dikarir Selanjutnya,” tulis Semen Padang FC di akun Instagram resminya, seperti dikutip pada Sabtu (14/9).
Hendri Susilo menjadi pelatih ke dua pada Liga I musim ini yang dipecat, menyusul hasil buruk timnya. Sebelumnya Juan Eduardo Esnaider pelatih PSBS Biak. Tiga laga pertama, langsung menderita kekalahan. Hendri Susilo masih lumayan. Dua laga awal kalah. Laga ke tiga menang. Laga ke empat kalah.
Perihal pemberhentian Hendri Susilo adalah haknya manajemen Semen Padang FC. Tapi di balik hal tersebut, setidaknya ada satu catatan kecil yang menarik jadi perhatian. Catatan tersebut terkait pernyataan sang pelatih saat konferensi pers, setelah laga Malut FC vs Semen Padang.
Salah satu poin yang disampaikan Hendri Susilo, seperti dirilis berbagai media, Ia merasa kecewa dengan kekalahan tersebut. Kekalahan disebabkan kesalahan sendiri. Bukan karena skema lawan, bukan karena taktik lawan. Ia lebih tegas menyebutkan, timnya kebobolan karena murni kesalahan individual pemain.
Kalimat ini, jelas-jelas ditujukan langsung kepada pemain. Bukan salah dirinya. Kalau karena skema lawan, kalau karena taktik lawan mereka kalah, maka berarti juru taktik lawan lebih hebat dari juru taktik Semen Padang FC, tapi di sini Hendri Susilo mengatakan bukan karena skema atau taktik lawan, tetapi karena kesalahan individual pemain.
Kalimat ini menarik karena seorang pelatih mempersalahkan pemainnya. Sangat berbeda jika dibandingkan dengan pernyataan banyak pelatih. Kesalahan pemain, justru diambil alih sebagai kesalahannya.
Indra Sjafri, pelatih Timnas Indonesia, sering pasang badan terkait kekalahan tim asuhannya. Ia tak mau ada yang menyalahkan pemain. Dirinya selalu mengingatkan, keberhasilan adalah buah dari capaian pemain. Kegagalan adalah tanggungjawabnya.
Ketika memegang Timnas Indonesia U-23, Indra Sjafri, pasang badan terkait kekalahan tim asuhannya dari Vietnam yang membuat Garuda Muda gagal melangkah ke Piala AFC U-23 2020. Indra Sjafri menegaskan tanggung jawab kekalahan ada padanya dan meminta agar tidak ada yang menyalahkan pemain yang tampil dalam pertandingan tersebut.
Indra Sjafri menegaskan agar tidak ada yang menyalahkan individu pemain yang telah berjuang di lapangan hijau. Katanya, semua tanggung jawab ada di tangan saya. Jangan menyalahkan Egy, jangan menyalahkan Marinus. Jangan menyalahkan individu pemain, itu tidak baik. Pemain saya sudah berjuang, apa yang salah? Semua kegagalan tanggungjawab saya.
Terbaru dari Indra Sjafri, saat Striker Timnas Indonesia U-19, Arkhan Kaka dirujak warganet terkait performanya di Piala AFF U-19 2024. Indra geram anak asuhnya dibuly habis-habisan. Ia kemudian pasang badan. Indra Sjafri meminta, jangan buly Arkan Kaka. Jangan buly pemainnya. Dirinya bertanggungjawab terhadap semua masalah.
“Buly saya saja,” kata Indra Sjafri.
Pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong membela Rafael Struick, saat pemainnya tersebut dibuly netizen, usai menghadapi Australia pada laga kualifikasi Piala Dunia 2026, di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Rafael Struick dibuly karena dianggap tidak bisa bermain maksimal.
Shin Tae-yong kemudian mengatakan, sebenarnya Struick sudah bermain baik dalam kondisi yang dialaminya. Rafael memang dapat cedera setelah lawan Arab Saudi Arabia. Kami pertimbangkan apakah ia dimainkan atau tidak dan akhirnya dimainkan karena melihat semangat dan optimistisnya. Tapi kondisinya kurang baik makanya dia kurang maksimal.
Aji Santoso saat melatih Timnas U-23 yang gagal meraih medali pada SEA Games 2015, menyampaikan sikapnya. Ia yang bertanggungjawab. Jangan salahkan pemain yang sudah berjuang. Mereka sudah berbuat maksimal di lapangan.
Nil Maizar saat menjadi Pelatih Timnas Senior, tahun 2012, lebih ekstrim lagi. Ketika itu Ia sudah memanggil sejumlah pemain untuk bergabung, namun pemain yang berada di Liga Super Indonesia (ISL) tak kunjung memenuhi panggilan timnas. Nil tidak langsung menyalahkan pemain tersebut. Ia melihat dari berbagai sisi.
Begitu pun ketika timnya tak mampu berprestasi di Piala AFF, tahun 2012. Dirinya tetap menjaga pemainnya. Ia mengingatkan agar tidak ada yang menyalahkan pemainnya. Ia yang bertanggungjawab terhadap kegagalan timnya.
Hal lebih mengelikan sesaat setelah Hendri Susilo menyalahkan pemain, justru bertolak belakangan dengan pernyataan pemainnya. Ketika itu, Hendri Susilo membawa Bayu Gatra pada konferensi pers. Bayu Gatra menyebutkan, dirinya dan kawan-kawan memang kecewa dengan kekalahan. Tapi Ia melihat, kawan-kawannya telah berjuang dan bermain bagus menghadapi Malut FC. Katanya lagi, kita sudah bermain sangat bagus, kekompakan tim sudah sangat luar biasa.
Setelah Hendri Susilo meninggalkan tim, pekerjaan rumah Semen Padang FC berikutnya adalah mencari pelatih baru yang tepat dan bisa langsung mendongrak prestasi tim. Sebelum mendapatkan pelatih baru, maka caretaker Hengki Ardiles akan langsung diuji untuk laga selanjutnya.
Semen Padang FC harus secepatnya menemukan sosok yang tepat, jika tidak akan berpengaruh buruk terhadap tim. Atau, jika terlambat, bukan tidak mungkin Hengki Ardiles yang akan menjadi korban.
Tidak bermaksud meremehkan Hengki Ardiles, kapasitas mantan kapten SPFC tersebut sebagai pelatih, belumlah teruji. Hengki Ardiles baru berada pada tataran asisten pelatih, belum pernah memegang tim sekelas Liga Indonesia. Jangankan Liga I, di Liga 2 pun, belum pernah sama sekali.
Ketika SPFC dipastikan promosi ke Liga 1, Februari 2024, manajemen klub pernah merilis, menyiapkan dana sebesar Rp70 miliar untuk menghadapi Liga Indonesia musim 2024. Jika memang begitu adanya, maka tim ini tidak akan bermasalah secara finansial dan mendapatkan punggawa berkualitas.
Fans dan pecinta Kabau Sirah boleh mengajukan usul dan saran, tapi keputusan tetap di tangan manajemen. (*)