Potensi Gempa dan Tsunami Cukup Besar, Sumbar Masih Kekurangan Shelter

KONFERENSI PERS— Menko PMK, Muhadjir Effendy bersama Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto dan Gubernur Sumbar, Mahyeldi Ansharullah melakukan konferensi pers usai Peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional (HKBN) di Youth Centre Bagindo Aziz Chan Padang.

PADANG, METRO–Sejumlah daerah di Sumatra Barat (Sum­bar), terutama yang berada di pinggir pan­tai barat dibayangi ancaman potensi gempa dan tsunami yang masih besar. Sa­yangnya, jumlah bangunan shelter tsunami yang digunakan untuk evakuasi vertikal masih sangat minim di Sumbar dan tidak memadai untuk menampung semua orang saat terjadi bencana.

Hal tersebut diungkapkan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Ma­nusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy, saat Peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional (HKBN) di Youth Centre Bagindo Aziz Chan Padang, Jumat (26/4).

Sumbar menurutnya, termasuk provinsi yang berada di bawah lempengan bumi. Kalau terjadi gesekan serudukan antar lempeng, maka terjadi yang namanya megathrust. Dua lempengan di dalam dataran bumi bertubrukan timbulkan efek getaran gempa di atas 8 SR. Di permukaan lapisan bumi terjadi­nya bencana dahsyat. Di laut terjadi tsunami.

“Informasi gempa bu­mi ini bukan menakuti, tetapi agar kita harus memiliki kewaspasdaan tinggi,” tegasnya.

Muhadjir menilai, jumlah shelter di Sumbar jauh dari cukup. Karena itu perlu diprogramkan melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) agar dilaksanakan pembangunan penambahan shelter.

Selain kekurangan shelter, Muahdjir juga menyinggung rehab rekon  gempa 2009 silam, masih ba­n­yak yang belum tuntas. “Ada gedung perguruan tinggi swasta yang gedungnya masih mangkrak tidak diro­bohkan, tidak dilanjutkan dan  tidak ditempati,” ungkapnya.

Muhadjir juga menilai, dengan kondisi tersebut, pencegahan dan penanganan gempa di Sumbar belum maksimal. “Harus ada upaya melakukan pencegahan. Kondisinya belum maksimal. Dengan terba­tasnya shelter, ini yang harus disiapkan pemerintah,” terangnya.

Muhadjir berharap juga ada langkah konkrit dan kuat dari Pemprov Sumbar dan pemerintah kabupa­ten kota untuk mencegah dan mengurangi resiko dari bencana gempa dan tsunami. Mudah-mudahan Sumbar menjadi contoh yang baik bagi provinsi lain. Terutama bagaimana merancang pengurangan resiko bencana dengan baik. Sehingga dapat menjadi contoh secara nasio­nal dan internasional.

Tidak hanya potensi gempa dan tsunami, Sumbar merupakan contoh leng­­kap seluruh bencana. Menu bencananya di dae­rah ini lengkap. “Kalau di Sumbar sini dirancang be­tul dengan baik, maka kalau orang lain ingin tahu ba­gaimana merancang dan menyiapkan pengura­ngan resiko bencana maka datanglah belajar ke Sumbar. Sumbar bisa jadi destinasi bencana untuk belajar bencana,” terangnya.

“Saya menaruh harapan besar kepada Sumbar untuk menjadi daerah mo­del dalam mengurangi re­siko bencana tingkat nasional. Agar Sumbat dapat memberikan sumbangan untuk mewujudkan Indonesia tangguh bencana,” harapnya.

Menindaklanjuti keku­rangan shelter di Sumbar tersebut, Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto, S.Sos.MM meminta kepada Gubernur Sumbar agar me­lakukan perhitungan kebutuhan shelter di daerah ini, dan segera untuk dikordinasikan dengan BNPB.

“Jika memang shelter­nya belum cukup, anggaran terbatas, ya peme­rintah akan bantu menambah shelternya. Termasuk juga latihan dan simulasi evakuasi bencana gempa dan tsunami di Sumbar. Suharyanto meminta agar ditingkatkan,” terangnya.

Sementara Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansha­rullah mengatakan, saat ini Pemprov Sumbar telah memiliki Perda tentang Penanggulangan Bencana. Termasuk juga perda terkait standar bangunan yang aman gempa.

Gubernur Sumbar, Mah­yeldi Ansharullah me­ngatakan, simulasi eva­kua­si gempa dan tsunami pada peringatan HKBN ta­hun 2024 ini bukan untuk menakut-nakuti. Tetapi untuk mengingatkan sebagian wilayah di Indonesia memiliki ancaman serius gempa dan tsunami dan bencana lainnya.

Mahyeldi mengakui, kondisi saat ini di tengah masyarakat Sumbar mulai lupa pernah mengalami bencana gempa yang me­milukan hati. Edukasi bencana di sekolah tidak ada lagi, pengawasan bangu­nan juga mulai berkurang, latihan simulasi evakuasi juga jarang dilakukan. Ti­dak ada lagi rambu-rambu sebagai penunjuk lokasi evakuasi aman.

“Inilah contoh yang agak mulai dilupakan. Bius bencana harus melekat di dalam pikiran masyarakat Sumbar secara massif. Agar kita siapsiaga menghadapi bencana. Gempa bumi dan tsunami ancaman serius,” tegas­nya. (fan)

Exit mobile version