PAYAKUMBUH, METRO–Kuliner adalah ujung tombak dalam ketahanan pangan dan budaya Minangkabau seyogyanya mengajarkan ketahanan pangan melalui kulinernya.
“Selama ini kita latah bicara ketahanan pangan. Ketahanan pangan yang kita maksudkan belum duduk sama sekali. Di Ranah Minang ini kita diajarkan memiliki rangkiang, tabek, dan kebun,” kata Supardi Ketua DPRD Sumbar, Supardi saat membuka kegiatan Pasar Seni Payakumbuh di Medan Nan Bapaneh Ngalau Indah, Kota Payakumbuh, Rabu (15/6) malam.
Menurutnya, kuliner Minangkabau tidak kalah dibandingkan dengan makanan-makanan siap saji yang kini menjamur di Sumbar. Rendang bahkan sudah dinobatkan sebagai salah satu makanan ternak di dunia.
“Cita rasa makanan khas kita ini tidak kalah dari KFC atau Pizza. Tinggal lagi manajemen dan packaging-nya. Kita harus sama-sama membangkitkan ketahanan pangan Sumbar. Membangkitkan orang Minangkabau yang mandiri,” kata Supardi.
Di Pasar Seni Payakumbuh pengunjung akan disuguhi pameran ragam seni kuliner tradisional, dimana ada ekitar 20 jenis kuliner tradisional dari seluruh penjuru Minangkabau bakal dipamerkan di standnya masing-masing.
Tak hanya pameran kuliner tradisional, dalam kegiatan itu juga akan ditampilkan seni pertunjukan tradisi yang berhubungan dengan ketahanan pangan dalam kebudayaan Minangkabau, seperti pertunjukan Randai dan Ratok Suayan.
Di sebagian stand, pengunjung juga bahkan bisa melihat langsung proses pembuatan kuliner-kuliner tradisional, termasuk ritual-ritual sebelum memasak kuliner tersebut.
Kepala UPTD Taman Budaya Provinsi Sumatra Barat, Hendri Fauzan menyebut Pasar Seni Payakumbuh yang diadakan UPTD Taman Budaya Sumbar ini dapat terealisasi atas inisiasi dari Ketua DPRD Sumbar, Supardi.
“Kegiatan ini bertujuan untuk lebih mengenalkan lagi kekayaan kuliner kita. Juga untuk edukasi soal nilai-nilai ketahanan pangan yang ada pada kuliner-kuliner tersebut,” jelasnya.
Ketahahan pangan merupakan salah satu isu penting yang tengah mendapat perhatian di nasional mau pun internasional. Terutama di masa-masa pandemi, ketahan pangan mendapat perhatian lebih. Beberapa pihak, kemudian mencoba menggali lebih jauh konsep-konsep ketahanan pangan yang dimiliki oleh kebudayaan lokal, termasuk Minangkabau. Tradisi lokal dianggap bisa menjadi solusi atau sumber inspirasi untuk menghadapi ancaman krisis pangan di tingkat global saat ini.
Minangkabau sendiri, menurut kurator Pasar Seni Payakumbuh, Zuari Adbullah memiliki konsep ketahan pangan sendiri yang tampak dari tata letak Rumah Gadang.
“Sebagaimana yang tergambar pada arsitektur rumah gadang dengan segala kelengkapan. Sejak dari konsep bangunan dengan berbagai kajian yang sesuai dengan kondisi lingkungan, unsur seni dengan segala hiasan dan keindahan, berkaitan dengan ketahanan pangan,” jelasnya.
Kepala Dinas Kebudayaan Sumbar, Syaifullah mengatakan kegiatan ini adalah bentuk dan upaya untuk menjaga kebudayaan.
“Apresiasi yang besar kepada Ketua DPRD Sumbar Bapak Supardi yang sudah menginisiasi kegiatan ini. Mudah-mudahan ini tetap berlanjut setiap tahunnya dan Bapak Supardi tetap memberikan pokok-pokok pikirannya untuk menjaga budaya Minangkabau,” katanya. (r)