Kecolongan, Polri Deteksi Ribuan Teroris NII di Sumbar, Tersebar di Dharmasraya dan Tanahdatar, Pengamat Intelkam: Masyarakat harus Kompak Lawan Radikalisme

Illustrasi.

PADANG, METRO–Kepolisian Republik Indonesia (Polri) men­de­teksi ada ribuan teroris kelompok Negara Islam Nusantara (NII) di Pro­vinsi Sumatra Barat (Sum­bar). Kelompok tersebut tersebar di wilayah Kabu­paten Dharmasraya dan Kabupaten Tanahdatar.

Data yang dikeluarkan oleh Polri itu membuat Kepala Badan Kesatuan Bangsa Dan Politik (Kes­bangpol) Provinsi Sumbar terkejut.  Untuk itu Pem­prov Sumbar segera mera­patkan dengan forum ko­munikasi pimpinan daerah (Forkopimda) Sumbar.

“Selama ini belum ada kita mendeteksi teroris ini. Untuk itu segera meng­gelar rapat merespon in­formasi ini,”sebut Kepala Kesbangpol Sumbar, Jef­rinal Arifin, Rabu (13/4).

Dikatakannya, pihak sedang melakukan kajian sesuai dengan informasi yang diberikan Polri. Kemu­dian baru memutukan tin­da­kan. “Kita segera meng­gelar rapat bersama For­ko­pimda, nanti hasil di­sampaikan oleh Guber­nur,”sebutnya.

Ragukan Warganya Terpapar Radikalisme

Menggapi hal itu, Bupati Tanahdatar Eka Putra me­ne­gaskan, pihaknya akan berkoordinasi dengan Ba­dan Nasional Penang­gula­ngan Terorisme (BNPT) dan Kepolisian untuk menin­daklanjuti adanya pem­beritaan yang menye­but­kan ada ratusan orang ang­gota jaringan teroris­me Negara Islam Indonesia (NII) di Tanah Datar.

Kata Eka Putra, dalam koordinasi yang dilakukan, pihaknya akan mempe­lajari apa-apa saja kriteria yang disebut terpapar aja­ran radikal dan termasuk dalam jaringan teroris.  Hal ini akan menjadi dasar bagi Pemkab Tanahdatar dalam me­ngam­bil kebija­kan dan me­­la­­kukan pe­nga­wasan ke­pada ma­syarakat.

Menurut Eka Putra, pi­hak­nya sangat mera­gu­kan masyarakat Tanah Da­tar banyak yang terpa­par radi­kalisme. Se­bab, Tanah Da­tar adalah da­erah pejuang. Dan terbukti begitu banyak tokoh-to­koh bangsa yang berasal dari Tanah Datar.

“Tapi kalau ada orang luar yang datang ke Tanah Datar, lalu menyebarkan ajaran Radikal itu mung­kin,” kata Eka Putra.

Eka Putra mengatakan, pihaknya juga akan me­minta petunjuk kepada BNPT kiat-kiat menelusuri adanya jaringan terorisme. Sehingga bisa diteruskan kepada pemerintahan Na­gari dan jorong.

“Pemerintahan Nagari dan jorong adalah garda ter­depan kita di tengah masya­rakat. Mereka harus di­beri wawasan untuk me­nangkal adanya upaya pe­nye­baran ajaran Radikal di te­ngah masyarakat,” tegas Eka.

Tak Perlu Kaget

Sementara, Pengamat Intelijen dan Keamanan (Intelkam), Stanislaus Ri­yanta mengaku tak kaget dengan jumlah anggota Negara Islam Indonesia (NII) yang banyak tersebar di Sumatera Barat (Sum­bar).

“Seharusnya tidak per­lu kaget dengan jumlah itu karena selama ini kelom­pok radikal, tidak hanya NII tetapi juga Jamaah Islami­yah (JI) melakukan konso­lidasi, termasuk penggala­ngan dana dan perekru­tan,” kata Stanislaus.

Selama ini, dikatakan Stanislaus, mereka ter­lihat seperti sel yang ter­tidur (sleeper cel). Na­mun, seja­ti­nya, mereka be­raktivitas. Jika tak dita­ngani segera, maka kebe­radaan mereka akan te­rus membesar dan mem­bahayakan negara.

“Kalau sudah melang­gar hukum harus diproses hukum, tetapi juga perlu hati-hati karena banyak juga yang sebenarnya kor­ban propaganda, apalagi ada juga dugaan perek­rutan anak-anak. Korban ini harus dideradikalisasi,” ujarnya.

Menurut Stanislaus, ti­dak mungkin menye­rah­kan permasalahan terse­but kepada aparat penegak hukum semata. Pasalnya, pemberantasan kelompok tersebut memerlukan pe­ran antar lembaga. Seper­ti, Kementerian Agama (Ke­menag), Kementerian Pen­didikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Ke­menris­tekdikbud), Kemen­terian Dalam Negeri (Ke­men­dag­ri), Badan Nasional Penang­gulangan dan Tero­risme (BNPT), dan lembaga lain.

“Masyarakat juga per­lu dilibatkan, mengingat kelompok ini hidup di te­ngah-tengah masyarakat. Tanpa adanya kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat, (rasanya) su­lit menangani masalah ra­di­kalisme ini dengan tun­tas,” ujar Stanislaus.

Stanislaus menuturkan, masyarakat, termasuk se­mua tokoh agama, harus kompak melawan radika­lisme, kemudian dengan kekuatan yang besar bisa bersama-sama melawan radikalisasi yang terjadi.

“Perlawanan yang di­be­rikan dengan tidak mem­berikan ruang bagi kelom­pok radikal, agar mereka tetap setia pada Pancasila. Semua jaringan teroris, , harus diwaspadai. Namun, untuk saat ini jumlah pengi­kutnya besar adalah NII dan JI yang berafiliasi de­ngan Al Qaeda,” katanya.

Dikatakan Stanislaus, selain itu jaringan teroris yang berafiliasi dengan ISIS seperti Jamaah An­sharut Daulah (JAD) juga harus diwaspadai karena mereka menggunakan ca­ra-cara kekerasan. Ia juga tidak menampik bahwa kelompok teroris nyaman hidup dalam lingkungan yang ideologinya sama.

“Tujuannya agar pe­nyebaran pahamnya bisa berjalan dengan cepat, sehingga keberadaannya sangat membahayakan,” tukasnya.

Sebelumnya, diinfor­masikan Polri, ada seba­nyak 1.125 orang teroris kelompok NII berdiam di Sumbar. Mereka tersebar di Kabupaten Tanah Datar dan Dharmasraya. Dari 1.125 tersebut, sebanyak 400 orang di antaranya diketahui berstatus seba­gai personel aktif. Sisanya sudah dibaiat yang siap aktifkan kapan saja.

“Dengan anggota men­ca­pai 1.125 anggota. Di mana sekitar 400 orang di antaranya merupakan per­so­nel aktif. Dan selebihnya nonaktif atau sudah ber­baiat namun belum aktif dalam kegiatan NII, yang sewaktu-waktu bisa diak­tifkan kembali apabila per­lu,” ujar Karo Penmas Di­visi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan.

Ramadhan merinci, da­ri 1.125 anggota NII itu se­ban­yak 833 orang ada di Kabu­paten Dharmasraya. Sisa­nya 292 anggota bera­da di Kabupaten Tanah Datar.

“Dari jumlah total di Sumbar, 833 orang terse­bar di Kabupaten Dhar­masraya dan 292 berada di Ka­bu­paten Tanah Datar,” tutur­nya.

Lebih lanjut, Ramadhan mengatakan jaringan NII sudah tersebar luas di Indonesia. Sebab, anggota NII ini tidak hanya ada di Sumbar, tapi juga di DKI Jakarta, Jawa Barat, Bali, hingga Maluku.

“Jaringan NII sudah masif di Indonesia. Antara lain Jakarta, Tangerang, Jawa Barat, Bali, Sulawesi, Maluku,” kata Ramadhan.

Hingga saat ini ada 16 tersangka teroris jaringan NII yang ditangkap di Sum­bar. Densus 88 turut me­ngamankan sejumlah ba­rang bukti dari penang­kapan tersebut.

“Sampai saat ini total ada 16 tersangka yang sudah dilakukan penang­ka­pan (di Sumbar). Kemu­dian penyidik Densus 88 juga telah mengamankan beberapa barang bukti,” imbuhnya.

NII Rekrut Anak-anak

Sebelumnya, Polri me­nyebut kelompok NII tak memandang usia dan jenis kelamin saat merekrut ang­gota. Ada 77 anak di bawah usia 13 tahun yang direkrut dan dicuci otak oleh NII.

“Perekrutan anggota NII dilakukan tanpa me­mandang jenis kelamin dan batas usia,” ujar Karo Penmas Divisi Hu­mas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan kepada war­ta­wan, Selasa (12/4).

“Hal ini terbukti dengan ditemukannya 77 orang anak di bawah umur 13 tahun yang dicuci otak dan dibaiat untuk sumpah ke­pada NII,” sambungnya.

Selain itu, Ramadhan membeberkan ada 126 orang dewasa anggota NII yang diduga sudah direkrut sejak masih kecil. Pihaknya akan berkoordinasi dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) untuk mengetahui jaringan NII.

“Selain jumlah terse­but, tercatat ada 126 orang lain yang saat ini sudah dewasa, namun pernah juga direkrut saat usia masih belasan tahun. Ter­kait hal ini telah berkoor­dinasi dengan KPAI untuk mengembangkan jaringan NII ini,” imbuh Rama­dhan. (fan)

Exit mobile version