DERMAWAN secara bahasa berarti pemurah hati dan suka berderma (bersedekah). Dalam bahasa arab disebut sakha atau karam. Lawan dari dermawan adalah kikir atau pelit. Dermawan secara istilah adalah memberikan harta dengan senang hati dalam kondisi memang harus memberi, sesuai dengan kepantasannya, tanpa mengharapkan adanya balasan atau imbalan dari yang diberi.
Baik itu berupa kedudukan, pujian, ataupun sekedar ucapan terima kasih. Dermawan itu berada jauh di atas sifat kikir, namun tidak sampai ketingkat boros. Orang yang dermawan akan memberikan sebagian hartanya kepada orang lain atau kepentingan umum tanpa rasa keterpaksaan sedikitpun. Bahkan mereka menemukan dan merasakan kebahagian dengan memberi tersebut. Yang mereka harapkan satu-satunya adalah balasan dari Allah dan ridha dariNya.
Terkait hal ini Allah Swt menyatakan: “Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan orang yang ditawan. Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.” (QS. Al-Insan: 8-9)
Dalam haditsnya, Rasulullah Saw mengabarkan rumus yang unik tentang bersedekah dan berbagi yaitu, ‘’Harta tidak akan berkurang dengan disedekahkan.” Padahal tampak secara kasat mata, harta itu berkurang karena diberikan kepada orang lain. Imam An-Nawawi menjelaskan, bahwa hadits ini mengandung dua pengertian. Pertama, sedekah itu diberkahi (di dunia) dan karenanya ia dan hartanya terhindar dari kerusakan (kemudharatan). Dan kedua, pahalanya tidak akan berkurang di akhirat, bahkan dilipatgandakan hingga kelipatan yang sangat banyak.
Rasulullah SAW Sangat Dermawan
Kedermawanan Rasulullah tidak bisa diragukan lagi. Para sahabat melihat dan merasakan betapa dermawannya Rasulullah Saw. Dermawan itu bukan karena Beliau memiliki segala sesuatu, atau karena kaya raya. Melainkan karena akhlak dan sifat Beliaulah yang seperti itu. Justru kehidupan Beliau banyak keterbatasan dan kesederhanaan.
Gambaran kedermawanan Rasuluillah disebutkan di dalam hadits Abdullah bin Abbas ra yang berkata: “Nabi SAW adalah orang yang paling dermawan dengan kebaikan, dan lebih dermawan lagi pada bulan Ramadhan ketika Jibril as. bertemu dengannya. Jibril menemuinya setiap malam Ramadhan untuk menyimak bacaan al-Qurannya. Sesungguhnya Rasulullah Saw lebih dermawan daripada angin yang berhembus.” (HR Bukhari dan Muslim).
Sangat dermawannya Rasulullah SAW dibandingkan dengan angin yang behembus, disebabkan karena kedermawanan Beliau itu sangat cepat dan spontan dan memberikan manfaat yang menyeluruh seperti angin yang berhembus, serta memberikan manfaat pada apa yang dilewatinya.
Memberi Tak Pernah Takut Miskin
Rasulullah SAW ketika memberi, kadang tidak tanggung-tanggung dalam segi jumlah. Bisa jadi domba sepadang rumput yang jumlahnya bisa puluhan atau ratusan ekor, Beliau berikan kepada seseorang. Akibatnya orang yang menerima ini sungguh takjub dan kagum kepada akhlak Rasulullah SAW. Sehingga ia kemudian mengajak seluruh kaumnya untuk masuk Islam.
Sahabat Anas ra ia telah menceritakan bahwa tidaklah pernah Rasulullah Saw dimintai sesuatu atas keislaman, melainkan Beliau akan memberikannya. Ketika itu seseorang datang kepada Beliau, lalu Beliau memberikan kepadanya domba sangat banyak yang berada di antara dua gunung.
Kemudian orang tersebut kembali (dengan sangat bahagia) kepada kaumnya seraya berkata: “Wahai kaumku, masuklah kalian ke dalam agama Islam, karena Muhammad Saw memberikan sesuatu bagaikan pemberian orang yang tidak takut kemiskinan.” (HR Muslim).
Orang Dermawan Dekat ke Surga
Beruntunglah orang yang memiliki sifat dermawan serta mudah menolong dan berbagi. Sebab ia akan dekat dengan Allah Swt dan juga ke surga serta disenangi oleh banyak orang, kemudian ia menjadi jauh dari neraka.
Orang yang bodoh tapi dermawan bisa lebih baik dari pada orang yang alim tapi kikir. Sebagaimana dalam hadits Rasulullah Saw: “Orang yang pemurah dekat dengan Allah Swt, dekat dengan manusia, dekat dengan surga, jauh dari neraka, dan orang yang kikir/pelit jauh dari Allah Swt, jauh dari manusia, jauh dari surga, dan dekat dengan neraka. Orang jahil yang pemurah lebih dicintai Allah Swt dari pada orang alim yang pelit.” (HR Tirmidzi). Wallahu Alaa wa Alam. (*)