4 Penumpang Asal Sumbar Tewas

BUS KECELAKAAN— Bus PO Sembodo jurusan Padang-Jakarta kecelakan tunggal di Tikungan Harmoko, Kecamatan Bayung Lincir, Kabupaten Musi Banyuasin. Empat orang asal Sumbar meninggal dan empat lagi luka berat.

SUMSEL, METRO–Hilang kendali saat mela­ju dengan kecepatan tinggi, bus antar kota antar pro­vinsi (AKAP) PO Sembodo trayek Padang-Jakarta yang membawa 33 penumpang mengalami kecelakaan tung­gal di jalur angker Tikungan Harmoko, jalan lintas timur Km 214 Desa Senawar, Ke­camatan Bayung Lincir, Ka­ bupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), Kamis (27/5) se­kitar pukul 05.00 WIB.

Akibat kecelakaan bus dengan nomor polisi B 7314 NGA itu, empat orang me­ninggal dunia, yakni Doya Apriliya (28) warga Batu­sangkar, Kabupaten Ta­nah­datar,  Anisah Zafirah Herina (9) warga Kota So­lok, Sumbar, Naila Fatiha Atsilah(7) perantau Mi­nang dari Kota Tangerang, dan Hinayah Haris saputri (11) warga Kecamatan Harau, Kabupaten Li­ma­puluh Ko­ta.

Sementara korban luka berat bernama Rian saput­ra (28) warga Batusangkar, Tanahdatar,  lalu Amba Warman (54) warga Kota Solok, Rusmianti (53) war­ga Bukittinggi, serta Raka Habib Albalhaqi (11) warga Agam. Keempat korban luka berat dirujuk ke salah satu rumah sakit di Kota Jambi. Sedangkan delapan orang lainnya mengalami luka ringan.

Kondisi  bus sendiri mengalami rusak berat, terutama di sisi sebelah kiri yang menghantam turap penahan dinding tebing di bahu jalan dan berhenti dalam kondisi rebah kuda. Mirisnya, empat korban meninggal dunia dan em­pat orang luka berat meru­pakan warga yang berasal dari beberapa daerah di Sumatra Barat (Sumbar).

Sejumlah penumpang menuturkan bahwa keja­dian bermula saat bus be­rangkat setelah sempat singgah di RM Simpang Raya, Desa Mekarjaya, Kecamatan Bayung Lencir, Musi Banyuasin. Namun, saat berangkat dari RM Simpang Raya, sopirnya serap berganti dengan sopir utama yang ternyata terkesan ugal-ugalan.

“Mulai dari situ sopir memang sudah tidak se­perti sopir sebelumnya, kurang tenang gitu. Jadi di tikungan pertama sudah melayang, bahkan karena khawatir, saya sudah mem­­bereskan barang-ba­rang di depan takutnya ngerem mendadak terus saya tidur. Rasa mela­yang-layang udah tikungan lagi, tiba tiba gebrak aja, cepat kejadiannya,” ungkapnya.

Senada, Rani (28) pe­numpang lainnya menga­takan dari tikungan awal yang kekiri itu sudah oleng. “jadi pas tikungan ke ka­nan oleng, jatuh ke kiri. Waktu kejadian saya be­lum tidur, baru sekitar 10 atau 15 me­nit dari rest area,” ujarnya.

Ditanyai tidak jauh dari TKP, sopir pengganti bus PO Sambodo Gunarto (38) ke­ja­dian menurutnya dia tidak tahu kronologi kece­lakaan tunggal tersebut. Pasalnya, ketika kejadian, dirinya sedang tidur dan tiba-tiba terbangun setelah mengalami benturan ke­ras.

”Jumlah penumpang sekitar 33 kalo gak salah. Dari padang ke Jakarta. Saya tahunya sudah kece­lakaan saja,” ujarnya.

Sementara, Dirlantas Polda Sumsel Kombes Pol Cornelis Ferdinand Hot­man Sirait yang memimpin olah TKP mengatakan, bus merek Mercedes Benz itu melaju dari arah Jambi menuju Palembang. Di lo­kasi kejadian bus menikung ke kanan menurun ke arah Palembang dengan kece­patan tinggi hingga me­ngalami hilang kendali ke­luar jalur dan terbalik ke sebelah kiri.

“Bus sempat terseret di turap dengan kontruksi batu kali, membuat pe­numpang yang berada di sisi kiri bus paling ter­dampak fatalitasnya. Jadi ini merupakan kecelakaan tunggal, sopirnya melari­kan diri, kita sendiri sedang melakukan olah TKP untuk memastikan penyebab­nya,” ungkap Kombes Pol Cornelis Ferdinand.

Kombes Pol Cornelis Ferdinand mengakui kon­disi tikungan yang dinamai tikungan Harmoko itu me­ru­pakan jalur rawan dan kerap terjadi kecelakaan. Saking rawannya, pihak­nya sudah memasang ram­bu serta memasang stiker yang bercahaya keti­ka terkena lampu kenda­raan agar bisa terlihat saat malam hari.

“Kondisi tikungan me­mang bahunya agak rata, membuat sentrifugalnya kalau tidak hati-hati akan oleng. Terkait ada unsur kelalaian dan kondisi bus yang tidak laik jalan, kita cek dulu, ini masih olah TKP.  Untuk kernet dan sopir serap sudah diamankan. Tetapi sopir utama masih dilakukan pencarian. Se­dangkan para korban su­dah dievakuasi ke rumah sakit, yang luka berat su­dah dirujuk ke Jambi,” be­bernya.

Pantauan koran ini dila­pangan, petugas Ditlantas Polda Sumsel bersama Satlantas Polres Muba, Jasa Raharja dan Balai Transportasi Darat Wila­yah VII Sumsel terlihat di TKP. Petugas sebagian me­la­kukan olah TKP, ada juga yang memeriksa kenda­raan, selanjutnya dilakukan proses evakuasi ken­da­raan.

Riyan, warga sekitar mengatakan kejadian ber­langsung saat subuh dima­na kondisi masih gelap, apalagi penerangan lampu jalan tidak menyala.

“Kita bersama warga dan pe­num­pang yang lain berusa­ha menyelamatkan, me­mang sudah sering be­tul pak kecelakaan disini. Se­lain kondisi tikungan juga areanya gelap, kalau ma­lam kita kadang ter­bangun ada yang kece­lakaan,” be­bernya.

Informasi lainnya, so­pir bus saat kejadian yakni Andre Noversam, usai ke­jadian ternyata masih sempat membantu para korban yang mengalami luka-luka dan bahkan sem­pat bertemu dengan warga yang sudah berdatangan ke lokasi untuk mem­beri­kan pertolongan.

“Saat kita datang, sopir itu memang terlihat panik. Karena kita sibuk mem­bantu mengevakuasi para korban, sopir meman­faat­kannya untuk melarikan diri. Kemungkinan karena dia takut ditangkap,” ujar salah seorang Polantas kepada koran ini.

Dipindah ke Bus Perbantuan

Bus maut yang me­ngan­tarkan para penum­pang yang sebagian pu­lang mudik lebaran itu ternyata bus pariwisata yang dijadikan perbantuan karena bus lain penuh. Hal itu diungkap salah satu penumpang, Herman Sur­ya. Ia menuturkan bahwa seharusnya dia tidak naik bus tersebut.

“Pas datang ke loket bus, banyak yang tiketnya nomornya sama, saya ha­rusnya naik bus pertama. Karena sudah penuh dio­per ke bus kedua. Tadinya saya harusnya duduk dise­belah kanan, tapi kemudian pindah ke sebelah kiri,” ungkap Herman yang kehi­langan sang putri Anisah, dalam kecelakaan ter­se­but.

Harusnya kata Her­man, PO tidak seram­pa­ngan menjual tiket. Hal ini sempat membuat dirinya serta penumpang lain tidak enak hati dan kesal. Apa­lagi kata dia, sopir yang membawa kendaraan saat kejadian setelah pergan­tian sopir di RM Simpang Raya, baru beberapa menit sudah tancap gas dan ugal-ugalan. “Sangat berbeda dengan sopir sebelumnya yang lebih tenang,” tutur dia.

Air mata Herman tak terbendung saat mence­ritakan sang putri, pasal­nya saking ugal-ugalan mobil serasa melayang. Dia tidak sempat menarik sang anak untuk didekap saat kejadian saking ken­cangnya mobil melaju. “Gak sempat lagi, tau-tau sudah kecelakaan,” ka­tanya.

Saat mengenang sang anak, dia mengatakan put­rinya saat di terminal, wa­jahnya tampak sendu. “Ibu­nya video call pas diterminal katanya sendu wajah Nisah, padahal anak saya semangat sekali mau berangkat ke Jakarta mau jemput neneknya, karena kan baru pertama kali,” tutur dia.

Bahkan sang anak me­ngenakan baju yang baru pertama kali dibeli sehari sebelum berangkat. “Ba­junya baru pertama dipakai pak, sudah pak, gak sang­gup lagi saya ceritanya,” pinta Herman pada war­tawan.

Informasi yang didapat koran ini dari petugas ru­mah sakit, salah satu kor­ban tewas yakni Doya me­rupakan pengantin baru.

“Suaminya juga yang me­ngalami luka berat, tangan­nya patah, tapi sudah be­rangkat dirujuk ke Jambi,” ujar sang pe­tugas. (*/kur)

Exit mobile version