Dari PDIP masih ada empat menteri dan satu wakil menteri. Mereka adalah Menteri Hukum (Menkum) HAM Yasonna Laoly, Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN-RB) Azwar Anas, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Gusti Ayu Bintang Darmavati dan Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) John Wempi Wetipo.
Dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) PPP ada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, dari Perindo Wamen Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Angela Tanoesoedibjo, NasDem Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar dan dari PKB Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, Menteri Tenaga Kerja (Menaker) Ida Fauziyah dan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar.
Apakah rombongan menteri ini nyaman, saat Presiden malah dengan terang-terangan menyebut akan berkampanye. Karena tak melanggar aturan. Meski PP Muhammadiyah dan sejumlah ormas meminta Presiden menarik ucapannya itu. Bagi mereka, Presiden yang boleh berkampanye adalah yang menjadi petahana atau kembali maju untuk periode kedua
Meski tarik ulur mundur atau tidak ini masih terjadi, tapi yakinlah para om dan tante menteri ini tidak akan nyaman bekerja. Meski ada sejumlah menteri yang partainya tak dukung Prabowo-Gibran, tapi sudah pindah haluan dahulu. Tapi dak mungkin ditulis satu per satu. Nanti semua bakal tahu juga. Ada oknum menteri partai nonpendukung Prabowo malah sekarang sibuk mengumpulkan timnya untuk memenangkan pasangan nomor urut 2.
Beragam memang cara para menteri ini menghadapi dinamika politik sekarang, saat Pilpres kian memanas. Para ketua partai seperti tak berani menarik para menterinya, atau menunggu dibuang oleh Jokowi. Jokowi juga tak mau mengungkit-ungkit hal ini. Dia memilih menunggu saja. Pastinya dia melihat, mana menteri yang “bekerja” untuknya atau malah untuk orang lain, Capres-Cawapres lainnya.
Kembali lagi, tiga pasangan Capres-Cawapres kali ini berasal dari rahim yang sama. Meski ada yang jualan pemerintah, tapi mereka bagian utama dari rezim yang sedang berkuasa. Semua ada di koalisi pemerintahan, dan masih berada dalam Kabiet penguasa. Mereka mungkin pura-pura tak panik, tapi di dalam hati pasti berkecamuk. Sekarang menunggu titah bos-bos partai saja.
Prof Mahfud dan para menteri yang sedang galau puncak, baiknya pahami dulu apa yang terjadi. Kalau memang tak sejalan, baiknya pergi. Karena akan membuat bingung masyarakat. Seolah-olah tak jelas posisisinya. Para fans Mahfud juga sudah mengaku rindu dengan Mahfud yang dulu.
Seperti kata Ali Bin Abi Thalib, “Ucapan sahabat yang jujur lebih besar harganya daripada harta benda yang diwarisi nenek moyang.” Pilihan hari ini bukan kepada rakyat atau pemilih saja. Tapi juga kepada Mahfud MD dan para menteri lainnya. (Wartawan Utama)