Oleh: Reviandi
Tidak terasa, kita sudah lebih dari setahun dijejali informasi terkait dengan Pemilihan Umum (Pemilu) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Sekitar sebulan lagi, puncak dari kontestasi serentak nasional akan dilakukan, tepatnya 14 Februari 2024.
Semangat ber-Pemilu dan ber-Pilpres terlihat besar, meski masih banyak pekerjaan rumah (PR) penyelenggara dan peserta dalam menyelesaikannya. Jangankan untuk memilih siapa dan partai apa, kapan hari mendatangi tempat pemungutan suara (TPS) masih banyak yang belum tahu.
Iseng-iseng, beberapa warga yang ditemui ditanyakan, kapan hari pencoblosan, rata-rata menjawab tidak tahu. Mereka hanya tahu, Pemilu sudah dekat, karena makin banyak terpasang baliho Caleg dimana-mana. Tak ada space yang tidak ada Caleg dan Capresnya. Seolah-olah, semua tempat bisa diisi oleh mereka.
Kaum muda yang disebut generasi Z (Gen Z) yang disebut akan menjadi pemilih mayoritas bersama generasi milenial juga disebutkan tidak mengetahui kapan Pemilu. Jika disebutkan 14 Februari 2024, mereka rata-rata menjawab itu adalah Hari Kasih Sayang atau yang dikenal dengan Valentine Day.
Tak banyak yang sadar, hari pencoblosan itu memang bertepatan dengan hari Valentine yang di Sumbar dalam beberapa tahun terakhir banyak ditentang dan dilarang diperingati. Karena kurang sesuai dengan budaya Minang dan keislaman. Beberapa gerai atau toko di Padang memang ada yang ‘memperingati’ tapi tak banyak.
Hari Valentine dan Pemilu akan ‘tumpang-tindih’ jika penyelenggara Pemilu seperti KPU dan Bawaslu serta turunannya sampai ke tingkat rendah tak serius dalam menyosialisasikannya. Masih banyak warga yang menyebut, alek demokrasi itu tak penting, karena banyak yang lebih urgen saat ini. Agenda politik di tengah kesulitan hidup hanya akan membuat tumbuh suburnya money politic atau politik uang.
Dalam beberapa survei yang dilakukan lembaga-lembaga independen atau terkait dengan partai politik, disebutkan cukup banyak warga yang belum mengetahui kapan waktunya pencoblosan. Ada yang menyebut 20 persen belum mengetahui, tapi ada juga yang menyebut tinggal 15 persen lagi. Angka-angka yang sebenarnya membahagiakan, karena mayoritas sudah tahu Pemilu dan Pilpres.
Salah satu yang pernah membahas ini di awal Januari adalah KPU Manado yang mengidentifikasi terdapat 15 persen masyarakat yang kurang mengikuti tahapan Pemilu 2024. KPU masih terus melakukan edukasi gencar agar atensi publik terhadap Pemilu semakin meningkat.
Semua komisioner KPU terus bertanya, kapan Pemilu berlangsung setiap bertemu dengan warga. Banyak yang mengaku sudah tahu, tapi tak tahu yang akan dipilih. Tapi ada tak tahu, tapi siap memilih orang-orang yang fotonya banyak menghiasi jalan-jalan. Jadi, sosialisasi Pemilu itu belum benar-benar sampai ke rumah-rumah warga.
Yang bertugas dalam menyosialisasikan ini pastinya para penyelenggara Pemilu seperti KPU dari pusat sampai ke daerah. Yang diperpanjang dengan PPK (kecamatan) dan PPS (kelurahan) sampai ke KPPS yang bertugas di TPS. Tapi, semua tetek bengek Pemilu ini benar-benar membuat ‘seso’ saking banyaknya. Sehinga mereka lebih sibuk mengurusi lokasi TPS, data pemilih, logistik dan seterusnya.