Meski kita sadar, itu yang banyak terlabel pada pemimpin kita hari ini. Lebih senang dengan kebijakan populis, ketimbang benar-benar bekerja untuk kepentingan rakyat. Mereka selalu menghitung survei tingkat kepuasan. Apa yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Kalau salah-salah langkah, tingkat penerimaan rakyat turun dan bahaya untuk kontestasi berikut. Semua seperti lebih takut tak terpilih di masa depan daripada tak bermanfaat untuk rakyat.
Yang menjadi bintang tentu Pilpres 2024 yang diikuti tiga pasangan calon. Pasangan nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar yang dalam berbagai survei banyak jadi pesakitan di nomor tiga. Tapi, pengalaman Anies yang juga begitu pada Pilkada DKI Jakarta 2017, membuat pasangan lainnya gamang-gamang tanggung pula. Jangan-jangan Anies bisa leading di akhir cerita, apalagi kalau masuk putaran kedua. Itu pun kalau ada putaran kedua.
Anies-Imin diusung tiga partai, NasDem, PKS dan PKB. Tiga partai yang sebenarnya memiliki akar yang berbeda, tapi bisa besatu untuk Anies. Meski PKB lebih mendukung Cak Imin yang merupakan ketua umum mereka. Juga ada Partai Ummat bentukan Amien Rais. Pasangan ini juga masih yakin bisa masuk ke putaran kedua, dan menyalip pasangan yang berada di urutan pertama nanti.
Pasangan nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka diusung Gerindra, Golkar, PAN, Demokrat, PBB, Gelora, PSI, Garuda dan Partai Prima. Selain banyak partainya, pasangan ini sedang naik daun. Karena banyak survei yang menjagokan, bahkan ada yang sudah menyebut unggul di atas 50 persen. Artinya, berpeluang menang satu putaran.
Selain itu ada pasangan nomor urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD yang diusung PDIP, PPP, Perindro dan Hanura. Pasangan ini awalnya digadang-gadang paling unggul. Tapi tiba-tiba merosot seiring hilangnya dukungan Presiden Jokowi. Sempat tampil mengkritik Jokowi dan pemerintahannya, kini kembali memuji-muji. Meski berat, kalau ada putaran kedua, Ganjar-Mahfud bisa bernafas panjang.
Setelah hiruk-pikuk Pemilu dan Pilpres, Indonesia akan dihadapkan pada Pilkada serentak nasional. Akan ada di seluruh Provinsi dan Kabupaten Kota se-Indonesia. Kecuali di Provinsi Yogyakarta dan kota-kota administratif di DKI Jakarta. Perang tingkat lokal ini akan lebih heroik lagi. Karena semua akan bergerak di daerah. Para pemain lokal yang kebagian peran-peran kecil di Pilpres, akan menjadi raja-raja kecil dalam pusaran Pilkada.
Nah, begitulah kira-kira kita di 2024. Akan banyak disuguhi drama-drama politik. Drama-drama tak penting. Karena politik akan lebih baik kalau semua rakyat sudah lebih baik dan tidak kelaparan. Seperti kata Ahli fisika dari Jerman dan Amerika Serikat Albert Einstein, “Perut yang kosong bukanlah penasihat politik yang baik.” Tapi jangan pula ini yang membuat money politic semakin menggila. Semakin sakit. Semakin meraja lela. (Wartawan Utama)