SOLOK, METRO
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Solok pada tahun 2019 lalu, mencatat jumlah pengangguran di Kabupaten Solok sebesar 4,65 persen atau sekitar 11 ribu orang. Angka tersebut meningkat tajam di tahun 2020 akibat dampak pandemi wabah Covid-19.
Oleh sebab itu, menurut Bupati Solok, Gusmal, penanganan masalah ini tidak mungkin diselesaikan oleh hanya satu perangkat daerah saja. Karena itu perlu diciptakan korelasi yang kokoh antar pemangku kepentingan terkait di semua lini.
Dalam menekan angka penganguran di daerah Kabupaten Solok, berbagai upaya telah dilakukan. Salah satunya dengan mengadakan beberapa kali kegiatan Job fair pada tahun 2019, 2018, dan 2017. Untuk diketahui, selama tahun 2019 lalu Pemkab Solok sudah menggelar Tiga kali Job Fair, dengan menyediakan 700 lowongan pekerjaan dari 24 perusahaan.
Namun, banyaknya pencari kerja tidak sebanding dengan lowongan yang ada. Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Penanaman Modal, Pelayanan terpadu Satu Pintu dan Tenaga Kerja (DPMPTSP-Naker) Kabupaten Solok, pada tahun 2019 ada sebanyak 2.660 penerbitan kartu pencari kerja, meningkat dari tahun 2018 yang berada diangka 1.902 penerbitan.
Hal ini juga dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah lulusan SMA, D.III dan sarjana yang merupakan angkatan kerja. Jumlah pencari kerja lulusan sarjana tahun 2019 mencapai 1.159 oran, lulusan DIII 452 orang, lulusan SMA 1021 orang. Ketiganya meningkat tajam dibandingkan tahun 2018 dimana lulusan Sarjana hanya 632 orang, DIII 281 orang dan SMA/K 821 orang.
Menurut DPMPTSP-Naker Kabupaten Solok, Kennedy Hamzah, tingginya tingkat pertumbuhan lulusan pendidikan tinggi, merupakan sebuah keuntungan besar bagi daerah, tapi disisi lain juga menambah daftar pengangguran di Kabupaten Solok, namun biasanya juga dibarengi penghapusan status pencari kerja, karena sudah ada pencari kerja yang mendapatkan pekerjaan. Tahun 2017 ada sebanyak 1736 pencari kerja yang dihapuskan, 2018 sebanyak 485 orang, dan pada 2019 sebanyak 441 orang.
Secara total, tahun 2019 untuk umur 15 tahun keatas, dikelompokkan menjadi dua, yakni kelompok angkatan kerja dan kelompok bukan angkatan kerja, angkatan kerja berjumlah 174.627 orang dengan rincian 164.281 orang bekerja dan 10.346 orang pengangguran.
Meskipun demikian, pihaknya menyebut salah satu solusinya dengan mengajak masyarakat untuk mendirikan usaha kecil mikro dan usaha kreatif. Pemkab Solok juga telah melakukan pembekalan terhadap ratusan angkatan kerja untuk pembekalan skill agar bisa membuka lowongan kerja sendiri, melalui pelatihan berbasis kompetensi (PBK), untuk membuka lapangan kerja baru serta meningkatkan keterampilan tenaga kerja usia produktif sehingga memiliki daya saing.
Tahun 2019, program PBK juga sudah dilakukan dengan pelatihan yang diberikan diantaranya kejuruan mekanik junior sepeda motor, teknisi audio video, staff administrasi perkantoran, operator basic office, operator menjahit pakaian dasar.
Peningkatan daya saing adalah sasaran utamanya, karena dengan berbagai macam pengaruh baik perkembangan teknologi dan kemajuan pengetahuan lainnya, setiap pelaku usaha dituntut mempunyai nilai lebih agar mampu bersaing. Hingga 2019, ada sebanyak 13.366 UMKM dengan menyerap 24. 481 tenaga kerja. “Maka itu sinergitas antar lembaga pendidikan, dunia usaha dan kami pemerintah daerah, agar bisa mencarikan solusi masalah pengangguran ini,” kata Kennedy. (vko)