Dikatakan dulu selama apapun musim kemarau air sumur saya tidak pernah kering, sekarang 2 (dua) bulan saja berturut-turut musim kemarau air sumur tidak bisa diambil karena sudah kering. “Kami sudah sering mengeluhkan hal ini kepada pihak penambang tapi tidak ada tanggapan, sudah terjadi banjir lumpur yang parah pun pihak penambang pun tidak mengunjungi kami sebagai warga terdampak,” akunya dengan gusar.
Kepala SDN 05 Kolok Arjaiz yang sekolahnya terdampak mengeluhkan bisingnya aktifitas tambang batu tersebut hingga mengganggu proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) yang berlangsung. “Bagaimana tidak menggangu lokasi tambang batu tersebut 30 meter dari sekolah. Sangat dekat dan sangat ribut. Dan kemarin pada saat hujan lebat sekolah kami kemasukan air lumpur yang menyembur dari dalam tanah, langsung kami berupaya menutupnya. Kemudian masuk juga rembesan air lumpur ke halaman sekolah,” kata dia.
Jufrinaldi Kepala Desa Kolok Mudik sangat menyayangkan beberapa warganya terkena dampak aktifitas tambang batu tersebut. Dia mendapatkan laporan dari warga sudah sering baik secara lisan dan tulisan dan pihaknya pun sudah menyurati pemilik lahan Jhon Reflita, namun tidak ada tanggapan. “Pasca kejadian kita baru mengetahui pemilik lahan dan yang mengelola berbeda. Pengelola aktifitas tambang batu tersebut Koperasi Batu Ngarai,” ujarnya.
Kita berharap warga kita semuanya aman dan nyaman, imbuhnya. “ Tidak ada rasa was-was ketika hujan turun lebat, takut terkena banjir lumpur, TPU yang juga longsor atau trafo PLN jatuh. Yang penting warga bisa tidur nyenyak,” pungkasnya. (pin)