SIJUNJUNG, METRO–Harga daging sapi di Pasar Sijunjung hingga kini masih cenderung stabil. Meskipun kekhawatiran naiknya harga komoditi daging sapi sempat diantisipasi pasca merebaknya kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak di Sumbar, khususnya di Kabupaten Sijunjung.
Kamis (19/5) di Pasar Sijunjung, harga daging sapi masih berkisar Rp140 hingga Rp150 ribu perkilogram. Sebelumnya Dinas Pertanian Kabupaten Sijunjung juga telah mewaspadai hal tersebut, bahwa tidak bisa dipungkiri salah satu dampak PMK menjadi penyebab naiknya harga daging sapi.
Salah seorang pedagang daging sapi di Pasar Sijunjung, Andi (35) mengatakan, harga tersebut sudah bertahan semenjak Bulan Ramadhan, tepatnya di bulan April kemarin. “Harga ini sudah berlangsung sejak bulan puasa kemarin, karena biasanya hanya Rp120 ribu per kilonya. Tingginya harga sapi sekarang juga merupakan faktor dari kurangnya stok daging saat ini,” tutur Andi, pedagang di Pasar Sijunjung.
Selain itu, para pedagang juga khawatir kalau ketersediaan stok daging juga terdampak akibat penyebaran PMK yang menyerang hewan ternak. Bahkan sejumlah pedagang mulai mengambil daging dari luar provinsi. “Saat ini, sapi dari daerah luar untuk masuk ke Sumbar harus ditambah vaksinnya, sehingga modal kami juga ikut bertambah. Kalau saya mengambil stok dari daerah Lampung,” ungkap Wandi (34) pedagang daging lainnya.
Dijelaskan Wandi, hal tersebut dikarenakan merebaknya penyakit mulut dan kuku (PMK), sehingga ternak harus ditambah vaksin agar tidak terjangkit penyakit tersebut. “Apalagi saat ini sejumlah pasar ternak sudah ditutup, dan hewan ternak dari luar provinsi juga susah masuk, sehingga berdampak pada ketersediaan stok daging terutama bagi kami para pedagang di pasar ini,” papar Wandi.
Pihaknya juga mengatakan bahwa tidak menutup kemungkinan kalau dalam beberapa waktu kedepan harga daging sapi akan kembali mengalami kenaikan. “Dengan sulitnya stok seperti saat ini, akan berdampak pada harga daging sapi yang kembali naik,” ungkap Wandi.
Harga pasar nantinya akan berdampak pada kurangnya daya beli masyarakat. “Kalau harga daging tinggi, tentu mengakibatkan penjualan daging sapi juga ikut menurun. Kembali lagi pada kondisi perekonomian masyarakat,” sebut Wandi.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sijunjung, Ir Ronaldi mengatakan bahwa, dampak penyebaran PMK akan mempengaruhi perekonomian masyarakat dan naiknya harga daging. “Dampaknya (PMK) mempengaruhi harga daging, karena ini mempengaruhi ketersediaan stok. Belum lagi kalau berujung pada kematian hewan ternak, otomatis berdampak pada perekonomian masyarakat,” terang Ronaldi.
Pihaknya telah membuka posko pengaduan dan penanganan kasus PMK di Sijunjung, agar hewan ternak yang terindikasi bisa segera mendapat penanganan yang tepat. “Kita terus melakukan pendataan dan mengupayakan agar penyebaran kasus PMK di Sijunjung bisa dihentikan, salah satunya dengan penutupan pasar ternak Palangki untuk mencegah masuknya hewan ternak dari luar daerah,” ujar Ronaldi. (ndo)