PAYOBASUANG, METRO–Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kelurahan Payobasuang, Kecamatan Payakumbuh Timur berhasil menjadi Juara 1 dalam penilaian LPM Berprestasi Tingkat Provinsi Sumatera Barat Tahun 2021 yang dilaksanakan pada 10 November 2021 lalu. Hal itu diketahui dari surat keputusan Gubernur Sumatera Barat Nomor 411.2-923-2021 Tentang Penetapan Pemenang Penilaian Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Nagari/Desa/Kelurahan Terbaik Tingkat Provinsi Sumatera Barat Tahun 2021 yang keluar pada tanggal 3 Desember 2021.
LPM Kelurahan Payobasuang yang diketuai oleh Ir. Erry S. Djaren ini telah bersaing dengan LPM lainnya sebagai nominator 6 besar, LPM ini juga merupakan juara 1 dalam Penilaian LPM Berprestasi Tingkat Kota Payakumbuh pada tahun sebelumnya.
Kepala Bagian Pemerintahan Sekretariat Daerah Kota Payakumbuh Aplimadanar didampingi Kasubag Pemerintahan Umum Atemugiarae dan Pembinaan Wilayah Masariani saat ditemui media di kantornya, Kamis (9/12), menyampaikan prestasi ini merupakan prestasi yang membanggakan, karena pada tahun-tahun sebelumnya LPM dari Kota Payakumbuh baru bisa mencapai nominator, belum bisa juara 1. “Alhamdulillah, ini berkat sinergi dan keinginan kuat dari masyarakat Payobasuang ditambah dengan semangat tim pembina dari OPD Pemko Payakumbuh, instansi vertikal, dan lembaga lainnya di Kota Payakumbuh,” kata Aplimadanar.
Aplimadanar menyampaikan selamat kepada LPM Kelurahan Payobasuang yang telah berhasil menjadi pemuncak dari 19 LPM se kota/kabupaten di Sumatera Barat, mengalahkan LPM Kota Padang Panjang yang meraih juara 2, sementara juara 3 diraih oleh Kabupaten Dharmasraya.
“Sebenarnya kita memiliki LPM yang tangguh-tangguh, seperti tahun dulu kita juga masuk nominator 6 besar, diwakili LPM Tanjuanggodang Sungai Pinago, tapi belum berhasil meraih juara 1 di tingkat provinsi. Tentu prosesnya kita evaluasi setiap program berjalan. Kita satukan kekuatan dan tekad untuk bisa meraih kemenangan gemilang, kita persiapkan segala sesuatunya dengan baik,” kata Aplimadanar.
Lebih lanjut, Aplimadanar menjelaskan penilaian lapangan yang dilaksanakan oleh tim yang terdiri dari Pemprov Sumbar, DPMD, Akademisi, dan DPD LPM Provinsi Sumbar dengan 10 indikator penilaian. Adapun indikator tersebut seperti legalitas kelembagaan, sarana dan prasarana, administrasi kelembagaan, pelatihan-pelatihan, keterlibatan dalam pembangunan partisipatif kelurahan, sumber pendanaan lembaga, keterlibatan LPM dalam program kelurahan, inovasi, tingkat partisipasi masyarakat, serta kolaborasi dan kerjasama LPM. “Bagaimana LPM melakukan penanganan Covid-19 juga menjadi fokus penilaian tim,” tambahnya.
Dihubungi terpisah, Ketua LPM Erry S Djarens menyampaikan merasa senang membawa nama kelurahan serta membawa nama Kota Payakumbuh, jerih payah selama ini dihargai dan dianggap bernilai di mata tim penilai.
Djarens juga menyampaikan keberhasilan LPM ini tak hanya dari LPM saja, tapi berkat seluruh masyarakat Payobasuang, baik yang berada di kampung dan di rantau. Termasuk pembinaan dari lurah, camat, dan pemko atas dukungan morul dan materil menghadapi lomba. “Sebagus apapun program LPM, kalau tak didukung masyarakat dan pemerintah, sama saja dengan non sense,” kata Djarens.
Media kemudian mengulik, apa yang membuat LPM Payobasuang ini menjadi unggul. Ada namanya program Gerakan Seribu Payobasuang, gerakan mengumpulkan dana atau donasi minimal Rp.1.000 rupiah perbulan perKK. Ada 800 KK, kalau disiplin membayar bisa mengumpulkan sekitar Rp.800.000 ditambah bantuan dari donatur dan digunakan untuk keperluan masyarakat Payobasuang.
Seperti membayar BPJS warga kurang mampu, ini sudah dimulai dari tahun 2016, sekaligus LPM sudah membuat kerjasama dengan BPJS dengan nama program Jaminan Kesehatan Kelurahan (Jamkeskel). “Penandatanganan MOU Jamkeskel ini di Indonesia baru ada 2. Yang pertama daerah di Jambi, selanjutnya kelurahan kita Payobasuang yang sekaligus menjadi yang pertama di Provinsi Sumbar,” kata Djarens.
Kemudian, Gerakan Seribu Payobasuang ini juga membantu beasiswa anak-anak keluarga tak mampu untuk bisa masuk sekolah SD, SMP, SMA, serta mahasiswa yang kesulitan biaya. “Kami juga memberikan bantuan kepada pengusaha UMKM lemah modal, membantu lansia terlantar, atau warga langganan berobat yang kurang mampu. Manfaat dari program ini mungkin juga yang membuat nilai kita tinggi saat penilaian lomba, bahkan program ini secara berkesinambungan masih berjalan. Program tak sekedar dibentuk saat lomba saja, tapi murni dari masyarakat untuk masyarakat,” kata Djarens. (uus)