RASUNASAID, METRO
Produksi usaha kue Panyaram merek “Entuna” di Jalan Rasuna Said No.8 Balai Batimah Tiakar RT/RW 01/02 Kecamatan Payakumbuh Timur, masih mampu bertahan dan berkembang dimasa pendemi wabah virus corona yang melanda Indonesia tidak terkecuali Kota Payakumbuh.
Terbukti, jumlah produksi panyaram Entuna mencapai 10 ribu buah perhari dengan pekerja sebanyak delapan orang. Sedikitnya, ada 60 kilogram Beras yang ditumbuk menjadi tepung sebagai bahan olahan makanan khas minangkabau ini setiap harinya. Jumlah itu, jauh lebih banyak dari sebelum-sebelumnya.
Meski pada awal-awal virus corona mewabah di Indonesia dan membuat kecemasan di masyarakat, usaha olahan rumahan kue Panyaram Entuna yang sudah eksis sejak tiga kali turun temurun ini sempat beberapa minggu tidak produksi, namun kini sudah bangkit kembali dan mampu bertahan di tengah melambatnya perekonomian global. “Mulai bangkit tepatnya usai lebaran haji kemarin. Dan saat pendemi memang sempat berhenti produksi, mulai dua minggu jelang puasa dan jelang lebaran Idul Fitri 1441 H,” cerita pemilik usaha kue Panyaram Entuna, Elmisdar, Rabu (12/8) disela-sela aktivitas membuat Panyaram dirumahnya kepada wartawan.
Dikatakan Elmisdar yang sudah menggeluti usaha Panyaram sejak tahun 90an ini, karena sempat tidak berproduksi menjelang puasa dan Idul Fitri 1441 H sehingga dirinya mengalami kerugian mencapai jutaan. Namun, dia bersyukur masih bisa memberikan sedikit THR kepada setiap anggota yang bekerja membantunya membuat Panyaram. “Kerugian, jutaan lah. Dan beruntungnya jauh-jauh hari kita sudah menyisikan uang untuk THR anggota, sehingga pada saat lebaran datang kita tinggal membagikan saja lagi,” ucap ibu paroh baya itu dengan ramah kepada awak media. Usaha Panyaram Entuna ini, ternyata sudah merambah pasar Nasional seperti, Sumbar, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumut, dan berbagai daerah lainnya di Indonesia. Bahkan tidak sedikit dijadikan buah tangan (oleh-oleh) bagi para perantau Minang yang tersebar di berbagai negara di belahan Dunia.
Cita rasanya yang tidak berubah dari masa kemasa, membuat Panyaram diminati lintas generasi. Tidak sedikit, masyarakat yang datang ketempat produksi Panyaram Entuna untuk membeli langsung ke Tungku (tempat masak) sekaligus menyaksikan proses pembuatan Panyaram. ”Rasanya tidak berubah dari awal. Harganya untuk bungkus yang kecil sebanyak 12 buah Rp 5000 ribu, dan yang besar Rp10 ribu,” terangnya.
Numbuak Tapuang Bareh Pakai Lasuang Indiak
Perjuangan Kakek Buyut Elmisdar membangun usaha kue Panyaram tidaklah mudah. Dari cara produksi tradisional serba keterbatasan hingga manggaleh sendiri di Paluang (lapak-lapak) ke-Pasar Ateh Payakumbuh sampai tahun 1996. Saking tradisionalnya, untuk menumbuk (menggiling) tepung beras masih menggunakan Lasuang Indiak. Untuk menumbuk tepung beras setiap hari memerlukan Tiga orang anggota. Itupun hanya bisa menumbuk sekitar 40 kilogram beras setiap hari dengan waktu sehari-hari. “Waktu itu, amak juo baru. Namun ibuk hanya mambantu sajo. Dan tahun 90 baru ambo sendiri tapi pakai lasung indiak. Dan tahun 1998 baru dibantu pemerintah dengan meminjamkan mesin giling tepung yang kecil dan sudah bisa menggiling pakai mesin sebanyak 50 kg beras dalam waktu satu jam,” ceritanya.
Sementara untuk pemasaran hasil produksi kue Panyaramnya, dirinya meyebut langsung turun kepasar Ateh Payakumbuh. “Semula duduk dipasa, kemudian sudah mulai orang ngampas dan saat itu masih dibungkuih pakai kerisiek dan koran. Dan akhirko karena perkembangan teknologi, sudah mulai pakai palastik sejak tahun 2000 an. Pasarannya orang kampas datang sendiri, kemudian dibawa ke Bukittinggi,” ucapnya.
Nyaris Tidak Ada Perhatian Pemerintah
Elmisdar, mengakui setelah dipinjamkan beberapa waktu mesin penggiling tepung oleh pemerintah pada tahun 1998, sejak saat itu tidak ada lagi bantuan dari pemerintah baik berupa mesin dengan teknologi canggih maupun berupa bantuan modal.
“Bantuan pemerintah hanya pada 1998 meminjam pakaikan mesin penggilang tepung, kemudian setelah itu untuk pelatihan sekali, setelah itu tidak ada lagi. Dan kita beryukur sudah dikunjungi Wawako Erwin Yunaz, sudah beberapa kali,” sebutnya.
Dia berharap, meski Panyaram Entuna sudah merambah pasar nasional, namun kendala yang dirasakannya masih tetap dari segi pemasaran. Kemudian juga terkait dengan pengemasan produk. “Harapan kami kepada pemerintah untuk bisa dibantu promosi, kemasan, alat, agar bisa tahan lebih lama. Karena saat ini dengan sistem traditional ketahanan paniaram kita terbatas,” sebutnya. Wakil Wali Kota Payakumbuh, Erwin Yunaz, kepada wartawan menyebut akan memberikan perhatian kepada pelaku usaha kecil menengah apalagi yang terkait dengan produksi makanan olahan khas minangkabau yang masih bertahan di zaman modern ini. “Kita lakukan evaluasi terkait ketahanan produk. Di mana saat ini masih dikemas tradisional, dan kita akan uji dulu.
an, Pemerintah Daerah mensupor kualitas dan meningkatkan produk serta kemasan yang baik. Kemudian akan dibantu sepenuhnya terkait izin UMKMnya dan terdaftar diusaha IKM Pemda, dan kita akan libatkan dalam pelatihan serta pembinaan,” sebut Erwin yang konsen mensuppor tumbuh kembangnya usaha IKM rumahan di Payakumbuh.
Erwin juga mengupayakan serta mengimbau kepada instansi-instansi untuk penggunaan prodak lokal. “Penggunaan produk lokal, produk UMKM diperbaiki. Dan, digunakan dinas-dinas kita, ini tentunya untuk menambah penjualan, dan mengimbau semua instansi perbanyaklah menggunakan makanan lokal produk UMKM kita supaya lebih dikenal,” imbau Erwin. (us)