BUKITTINGGI, METRO
Pemko Bukittinggi bersama instansi terkait, melaksanakan apel gelar kesiapsiagaan penanggulangan bencana alam. Apel tersebut dilaksanakan di halaman Balaikota Bukittinggi, Rabu (11/11).
Pjs Wali Kota Bukittinggi Zaenuddin, dalam amanatnya menyampaikan, secara geografis, Kota Bukittinggi yang membentang pada kawasan Ngarai Sianok merupakan jalur patahan Sumatera, pada segmen Sianok yang terbilang aktif. Sehingga sesuai dokumen kajian resiko bencana tahun 2018 lalu, bencana gempa, merupakan ancaman utama bagi Kota Bukittinggi.
Selain itu, dengan adanya perubahan iklim akibat pemanasan global, memicu bertambahnya potensi bencana lainnya. Seperti, angin puting beliung, banjir dan longsor.
“Untuk itu, kita semua harus waspada dan segera melakukan langkah antisipatif, untuk mengurangi resiko dari bencana itu. Sehingga pemerintah juga punya tantangan dalam pembangunan, terutama dalam menyusun konsep pengurangan resiko bencana, yang berdampak pada penguatan prasarana kota,” ungkap Zaenuddin.
Pjs Wako melanjutkan, selain bencana alam itu, seluruh pihak juga harus aktif dalam penanggulangan bencana non alam. Semua mengetahui, bahwa saat ini dunia tengah dilanda pandemi Covid-19, tak terkecuali Lota Bukittinggi.
“Karena itulah, adaptasi kebiasaan baru, juga harus tetap disosialisasikan dan disinergikan dengan konsep pengurangan resiko bencana. Kita harus bangun kesadaran dan pemahaman akan pentingnya pencegahan, mitigas bencana dan kesiapsiagaan penanggulangan bencana,” ujar Zaenuddin.
Bukittinggi sudah memulai dengan menyusun konsep rencana aksi daerah dalam pengurangan resiko bencana pada 2018 lalu dengan dokumen rencana penanggulangan bencana alam periode 2019-2023. Dalam dokumen itu, sudah dirumuskan sesuai akar masalah lokal dan indek ketahanan daerah.
“Harapan kami, tentu butuh kerjasama, kolabirasi dan koordinasi seluruh stakeholder kota, agar terintegritasnya kebijakan terkait penyelenggaraan penanggulangan bencana di Kota Bukittinggi ini,” jelasnya. (pry)