MENTAWAI, METRO – Kemarau panjang yang terjadi beberapa bulan terakhir, berdampak pada warga Pulau Sipora (Tuapejat) untuk mendapatkan sumber air bersih. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan MCK ( Mandi, Cuci dan Kakus) sebagian warga harus mengeluarkan puluhan ribu rupiah untuk membeli air tangki.
“Kekeringan sudah berlangsung selama tiga bulan sejak juli lalu. Hujan yang turun hanya sebentar dan belum bisa memenuhi kebutuhan warga,” uangkap masyarakat Tuapejat, Arya, Senin (16/09).
Sementara puluhan hektare lahan pertanian di Kabupaten Kepulauan Mentawai mengalami kekeringan. Jumlah itu diprediksi bertambah seiring masih banyaknya lahan terdampak kekeringan tersebut terutama di sekitar Tuapejat, dan masyarakat sudah mencari air bersih berapa sungaipun sudah mulai kekeringan.
Untuk memenuai kebutuhan air bersih terpaksa membeli air yang dijual oleh mobil tengki dengan satu tengki 1 ton 50/70 ribu sementara bisabertahan 3/4 hari, akibatnya pengeluaran cukup besar.
Warga mengaku, dengan keadaan seperti ini, jalan satu-satunya, mereka harus menggali sungai yang mengering agar bisa digunakan secara bersama-sama baik untuk mandi dan mencuci. Sementara air PDAM di Tuapejat yang di kelola oleh Dinas PUPR Kepulauan Mentawai tidak mencukupi kebutuhan masyarakat Tuapejat kata Arya kepada wartawan.
PDAM yang ada di Sp 3 Sipora Utara, “ Kami masyarakat ada di Km 0 Tuapejat belum merasakan namanya air bersih selama ini, sementara anggaran untuk pemasangan pipa air bersi cukup besar,” jelas Arya
“Air yang kita dapatkan, dari galian bebatuan sungai itu, hanya digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Seperti halnya mandi, mencuci pakaian, dan lain-lain.
Namun, untuk kebutuhan konsumsi, dirinya harus membeli air isi ulang dalam kemasan gelon,” kata salah satu warga Jati Irwan Duah.
Krisis air bersih di wilayah Tuapejat, saat ini terbilang sudah sangat memperihatinkan. Warga setempat berharap, pemerintah dapat segera memperhatikan apa yang menjadi keluhan serta kebutuhan masyarakat, khususnya yang ada di dusun kampung dan Jati. (s)