PADANG, METRO–Sungguh memiriskan nasib seorang ibu rumah tangga bernama Rani (37), warga Biruen Aceh ini. Empat kali ke Kota Padang untuk meminta keadilan dan kebijakan Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Provinsi Sumatera Barat Syah Putra Gani ST MT untuk memohon dan menjembatani kasusnya. Rani bersama anaknya, sebut saja Melati (5), yang kangen kapada ayahnya T (53), Rabu (6/4) sampai di Padang. Namun T yang berkerja di kantor Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional di Jalan Khatib Sulaiman tak pernah bertemu. Diketahui kabar dari Rani, T pada Jumat (8/4) itu sudah menuju Aceh. Bahkan diperkirakan Senin (11/4) kemarin sudah berada di Padang lagi.
Rani yang datang ke Gedung Graha Pena, Redaksi POSMETRO Lubukbuaya menyebutkan keluhkesahnya. Pada tahun 2014 awal tahun dirinya dikawin siri atau rela dimadu jadi istri kedua, sempat mendapatkan kebahagian hidup bersama T. Namun lambat laun, seiring pudarnya kasih sayang , kasih sayang itu melayang, padahal mereka sudah dikarunia seorang anak perempuan sebut saja namanya Melati (5).
Diceritakan Rani, lambat laun mulai keluar gelagat yang tak enak. Tapi ujung ujungnya T berkata kata kasar. Dalam WA yang dikirim T, Rani diumpamakan sebagai pelacur. Ketika dia butuh tubuh ini dicicipi.
Bayangkan saja, meski bertatus istri siri,namun martabat saya sebagai ibu yang memberi buah kasih seorang gadis mungil harus disayangi. “Ini T justru mengatakan saya perumpamaan sebagai pelacur,” keluh Rani.
Diceritakan Rani diiringi deraian air matanya, bahwa jujur saja jika pendek usia perkawinannya dengan T, dirinya rela diceraikan. “Namun untuk anak anak berikan dia kasihsayang,” ujar Rani.
Kenapa kasus ini sampai di tempat kerja T. Karena anak , buah dari perkawinan dengan T sangat kangen dengan ayahnya. Melati, gadis mungil ceria itu sangat kangen kepada ayahnya.Tiap malam malam yang terbangun dan ingat tentang ayahnya. “Ayah…, ayah,” ujar Melati seperti yang diceritakan Rani, sang ibu.
Beranjak dari itulah, saya kemudian berupaya terus melakukan pendekatan baik baik kepada ayahnya. Namun tak juga digubris. No HP an WA saya diblokir. Sekali kali terkirim kata kata yang di luar kemanusian. “Namun saya tetap sabar,” ujar Rani.
Karena bolak balik Aceh- Padang empat kali dengan biaya yang cukup tinggu, tak ada saudara di Padang, saya kemudian memohon Kepala Balai Syaputra Gani menjembatani saya dengan T untuk bertemu. Karena T adalah anak buanya di situ.
“Tak ada jawaban yang pasti. Karena itulah saya berencana akan membawa kasusnya ini ke Mapolda Sumbar, karena telah menelantarakan anak, termasuk isi SMS yang menuding tiga institusi tukang peras dalam perkara itu,” tegas Rani.
Sementara itu Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Provinsi Sumatera Barat Syah Putra Gani ST MT, saat dihubungi POSMETRO mengaku bahwa, T memang anggotanya. Namun persoalan yang terjadi antara Rani dan T itu merupakan masalah keluarga yang sudah terjadi lama.
Sebelumnya Ka Balai Syah Putra Gani mengaku berada di Dharmasraya. ”Saya di lapangan kini. Namun demikian, kasus yang dilakukan oleh T ini adalah kasus masalah disiplin pegawai dan sudah dialmbil alih Jakarta. Kita tinggal menunggu keputusan Jakarta,” ujar Syah Putra Gani singkat. (ped)