Katumbak adalah suatu ensambel musik yang hidup dan berkembang di Kabupaten Padangpariaman. Musik Katumbak terbentuk dari perpaduan unsur musik dan instrumen musik yang berasal dari budaya yang berbeda, seperti musik Minang, musik Melayu, musik dangdut dan musik India. dari perpaduan tersebut melahirkan karakter musik katumbak, terutama pada bagian jenis lagu dan aransemennya. instrumen yang digunakan dalam ensambel katumbak adalah rabunian (harmonium), gandang katumbak(gendang bermuka dua), mambo (gendang bermuka satu berbentuk tabung kerucut), dan giriang-giriang (tambourin), yang dimainkan untuk mengiringi vokal.
Alat musik katumbak telah dimanfaatkan dalam berbagai konteks budaya dan seni. Penggunaan katumbak dalam pertunjukan seni tradisional, upacara adat, atau festival budaya dapat meningkatkan apresiasi dan pemahaman masyarakat terhadap nilai-nilai budaya lokal. Selain itu, inovasi dalam penggunaan katumbak dalam karya seni baru juga dapat mendorong perkembangan seni dan industri kreatif lokal. Pemberdayaan Masyarakat oleh Masyarakat Padangpariaman dalam pengembangan budaya katumbak. Pembentukan kelompok-kelompok seni dan budaya sebagai wadah untuk menjaga dan mengembangkan tradisi ini. Pemerintah Daerah terus memberikan dukungan.
Katumbak khas Padang Pariaman tetap akan dilestarikan dan dikembangkan sebagai bagian penting dari warisan budaya Indonesia. Selain memperkuat identitas budaya lokal, juga memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat Padang Pariaman, serta mempromosikan keberagaman budaya Indonesia secara lebih luas.
Batagak Kudo Kudo
Padangpariaman merupakan salah satu Kabupaten di Sumatera Barat yang memiliki beragam kebudayaan dimana kebudayaan tersebut sampai saat ini masih dipertahanan oleh masyarakatnya, seperti tradisi Batagak Kudo-kudo. Istilah Batagak Kudo-Kudo sendiri diambil dari Bahasa Minang yang berarti menegakkan kuda-kuda. Disebut Batagak kudo-kudo karena diambil dari filosofi kuda, yang mana kuda memiliki kaki 4 (empat), tegap berdirinya dan kuat. Tradisi Batagak Kudo-kudo merupakan tradisi gotong royong dalam membangun rumah atau Surau, kemudian dilaksanakan dengan cara mengundang seluruh lapisan masyarakat setempat setelah bangunan siap untuk diatap. Hal ini bertujuan untuk membangun sebuah rumah atau surau agar dilakukan secara bergotong royong.(efa)