PURUS, METRO – Pengerjaan trotoar di kawasan Pantai Purus membuat para nelayan menjadi resah. Pasalnya, nelayan tak lagi memiliki tempat untuk meletakkan kapal-kapal mereka, karena lokasi itu sudah digunakan untuk trotoar.
Selain itu, para nelayan mengeluhkan susahnya mendapatkan bahan bakar untuk mencari ikan di laut. Pantauan POSMETRO, Selasa (1/10), saat ini pengerjaan trotoar sudah sampai ke tempat pasar ikan di tepi Pantai Purus. Terlihat di sisi kanan dan kiri pasar ikan masih belum dikerjakan, trotoar karena masih ditempati kapal nelayan.
Para pencari ikan masih melakukan aktivitas maelo pukek seperti biasa. Tidak tampak tanda-tanda akan pemindahan kapal nelayan yang berada di tepi Pantai Purus oleh pemerintah.
“Pemindahan kapal yang ada ditepi Pantai Purus karena pengerjaan trotoar belum ada, belum tau pindah kemana, pemerintah tidak pernah berdiskusi tentang pemindahan,” jelas Jumadi, nelayan Pantai Purus.
Ia mengatakan, Dinas perikanan dan Kelautan tidak pernah datang dan bertanya tentang pemindahan, bahkan tidak ada memberikan bantuan kepada nelayan. Yang sering datang dan membagikan bantuan adalah dari Kepolisian Perairan dan Udara (Polairud).
“Sekarang ini kondisi nelayan susah menangkap ikan, dikarenakan bahan bakar untuk kapal sudah susah didapat. Bahan bakar yang digunakan adalah premium, kalau pertalite terlalu mahal bagi nelayan,” jelasnya.
Sementara, Jon Knedy, nelayan Pantai Purus menambahkan, nelayan susah menangkap ikan karena adanya kabut asap. Nelayan berharap ada perhatian khusus dari pemerintah.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Padang Guswardi mengatakan, sebelum dilakukan pengerjaan trotoar, sudah dilakukan komunikasi antara nelayan dengan camat, pemborong. Sehingga tidak masalah dalam pengerjaan, dan tidak mengganggu nelayan.
“Pengerjaan trotoar dilakukan secara bertahap, jadi tidak akan mengganggu para nelayan,” jelasnya.
Guswardi menambahkan, jika dilakukan pemindahan kapal, maka bisa dipindahkan ke tepi Pantai Muaro Lasak.
Di sana akan ditempati kapal nelayan Pantai Purus.
“Sedangkan, permintaan nelayan untuk penggantian kapal/perahu nelayan menjadi boat belum bisa karena keterbatasan dana. Kapal nelayan berjumlah 76 unit. Jika diganti dengan boat, menghabiskan dana sebanyak Rp4,6 miliar. Kita belum ada anggarannya saat ini,” tukas Guswardi.
Terpisah, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Padang Arfian mengatakan, jika ada kapal yang mengganggu pelaksanaan pengerjaan trotoar, akan dibicarakan dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), dan Dinas Kelautan dan Perikanan. Selain itu, nelayan juga diajak berdiskusi untuk mencari solusi terbaik. (e)