“Hingga akhirnya hal ini menjadi beban. Tidak hanya berpengaruh pada organ reproduksi tapi juga berpengaruh pada perkembangan psikis,” sebutnya.
Dia menambahkan, tidak bisa dipungkiri beberapa sebagian memang sudah siap menikah di usia yang lebih awal, namun kebanyakan kasus dijumpai, rumah tangganya tidak akan bertahan lama.
“Jika kita lihat dari segi kesehatan dan kemampuan berpikir, kebanyakan kasus pernikahan yang dialami oleh anak-anak belum paham bagaimana kehidupan rumah tangga,” ujarnya.
Untuk mencegah terjadinya pernikahan dini, ia menekankan pentingnya pendekatan komunikasi dan pemahaman orang tua, mulai dari pergaulan anak, hingga mengawasi tontonan anak. “Komunikasi menjadi langkah awal untuk keterbukaan, mencari solusi apa yang dibutuhkan anak, kebanyakan orang tua tidak peduli dengan siapa anaknya bergaul,” jelas dia.
Menurutnya, seseorang dikatakan sudah siap menikah apabila mempunyai cara berpikir, mental dan perekonomian yang baik. Selain itu, memahami latar belakang dari masing-masing pasangan.
“Banyak kasus ditemukan menikah di usia dini banyak yang gagal, sebab itu, sebelum menikah pentingnya pendidikan pranikah dan parenting bagi calon pengantin. Kewajiban sebagai seorang suami dan istri yang harus dipelajari,” lugasnya. (rel)