HAMKA, METRO–Gerakan Kalcer Festival Pusako yang merupakan bagian dari Pekan Kebudayaan Nasional resmi dibuka di Fabriek Bloc, Kota Padang, Rabu (11/10) malam.
Setelah sambutan yang disampaikan Project Manager Alifinando (Vyndo), Dewan Kurator PKN Handoko Hendroyono, Dewan Kurator Festival Pusako Rijal Tanmenan, Direktorat Artistik Jenderal PKN alit Ambara, dan Sekretaris Direktorat Jenderal Kemendikbud Fitra Arda, helatan diramaikan dengan rangkaian pertunjukan pembuka.
Para penampil pertunjukan pembuka antara lain Barongsai HTT, Sanggar Sipaumat Mentawai, Kata Gerak, Rayen dan Omkara, Mahoni, dan Langkok Group.
Menurut Rijal Tanmenan, pertunjukan atraksi budaya tersebut terbagi atas tiga aspek. Antara lain pertunjukan multi etnik (Mentawai, Minangkabau, dan Tionghoa), pertunjukan lintas artistik, serta pertunjukan berbasis tradisi.
“Ada pun terkait pertunjukan berbasis tradisi, kita fokuskan aspeknya pada penampilan pertunjukan Bagurau oleh Langkok Group. Ini berangkat dari tradisi lisan di Ranah Minang,” imbuh Rijal.
Ia menambahkan, potensi sastra tradisional seperti yang terdapat dalam pertunjukan Bagurau adalah salah satu Objek Pemajuan Kebudayaan. Penyampaiannya melalui media musik rabab, saluang, dan dendang sebagai wahana bagi kaba, suatu bagian tradisi lisan.
“Sebagai peristiwa kolektif, Festival Pusako juga mempertemukan ragam usia, komunitas, dan personal yang menampilkan makna pusako dalam ungkapan artistik,” lanjutnya seperti ia sampaikan dalam kata sambutan.
Dalam pembukaan Festival Pusako, Vyndo selaku project manager juga menyampaikan ungkapan terima kasih pada berbagai pihak yang turut berproses dalam helatan tersebut.
“Apresiasi setinggi-tingginya untuk para seniman, pengkarya, dan seluruh partisipan yang telah berjibaku untuk menyukseskan acara ini. Dan menjadikan pagelaran ini menjadi pengingat kita semua, merawat budaya adalah sebaik-baiknya merawat manusia,” ungkapnya.
Anggota Dewan Kurator Nasional Handoko Hendropriyono juga menyampaikan apresiasi kepada kurator serta pelaksana festival Pusako yang merupakan helatan Pekan Kebudayaan Nasional di lingkup daerah.
Sementara Alit Ambara menggambarkan tiga kerangka tematik PKN, yakni pelumbungan sebagai metode kerjanya, ekologi budaya sebagai paradigmanya, dan lokalitas sebagai inspirasi. (rel)