BELITUNG, METRO–Pengamatan gerhana matahari total (GMT) di Belitung dipusatkan di pantai Tanjung Kelayang. Sambutan warga begitu spektakuler. Hampir tidak ada sejengkal pasir pantai yang terlihat, karena penuh sesak warga. Selain itu, momen ini terasa hidup karena mengkombinasikan unsur religi, ilmu pengetahuan dan budaya.
Mulai pukul 04.00 eclipse hunter mulai bergegas berangkat dari pusat kota Belitung di Tanjung Pandan menuju pantai Tanjung Kelayang. Suasana religi muncul karena pelataran sasana Tanjung Kelayang digunakan sebagai solat gerhana matahari. Ada sekitar seratus orang mengikuti solat berjamaah ini.
Sebelum shalat dimulai dan gerhana mulai muncul, sayub-sayub takbir terus menggema. Shalat gerhana yang diimami Kepala Kantor Kementerian Agama Belitung Muhammadiyah rampung sebelum puncak gerhana matahari terjadi. Setelah shalat selesai, jamaah langsung ikut membaur bersama masyarakat lainnya. Khutbah dalam shalat gerhana kemarin intinya menyerukan umat selalu mengingat tuhannya. Dengan adanya fenomena yang spektakuler seperti GMT itu, manusia sebagai hamba Allah harus merasa sebagai mahkluk yang tidak ada apa-apanya.
Di masa ini, giliran unsur ilmu pengetahuan menampakkan diri. Pengamatan GMT di Belitung dipimpin langsung Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya. Selain itu Menteri Perhubungan Ignasius Jonan juga ikut melihat gerhana di negeri Laskar Pelangi ini.
Masyarakat sempat agak kecewa ketika awan tebal menutupi awal-awal terjadinya gerhana. Tetapi setelah matahari dimakan gerhana sekitar separuh, tepuk tangan dan sorak-sorai cukup meriah. Pasalnya awan yang menutupi matahari mulai menipis bahkan sempat beberapa kali bebas awan.
Memasuki puncak gerhana, langit mendadak gelap. Kondisinya hampir mirip saat fajar mulai menyingsing. Meakipun kondisi gelap, tetapi jauh di ujung laut bagian timur, terpancar cahaya kuning keemasan. Kondisi ini terjadi karena sinar matahari yang terhalang bulan hanya untuk yang mengarah ke Tanjung Kelayang. Sementara itu masih ada sinar yang memendar dan membuat langit di ujung timur terlihat meguning.
Saat terjadi fase gerhana matahari total, masyarakat tidak bisa menikmati seratus persen. Sebab setelah 5-10 detik terjadinya puncak gerhana, awan datang. Awan ini agak tebal, dan menutupi bagian tengah sampai bawah matahari. Namun sekilas pancaran korona terlihat dengan mata telanjang secara sama-samar.
Sejumlah hewan malam sempat terkecoh saat terjadi GMT kemarin. Ada beberapa ekor kelelawar yang sempat terbang di atas pantai. Si mamalia terbang ini mengira alam sudah mau masuk malam. Ternyata bukan. Pengamatan satwa juga dilakukan guru besar ekologi Institut Teknologi Bandung (ITB) Tati Suryati Syamsudin Subahar.
Dia melakukan pengamatan perilaku ayam, burung hantu, tanaman putri malu, dan sejumlah makhluk hidup lainnya di pantai Pasir Padi Bangka. ”Perilaku keseharian itu karena faktor eksternal seperti lingkungan, dan faktor internal,” jelas dia.
Tati mengatakan makhluk hidup yang dia amati memang menunjukkan tertipu oleh alam. Sepertu tanaman putri malu, tiba-tiba daunnya tertutup dan tangkainya merunduk. Padahal tidak ada yang menyentuhnya. Si putri malu mengira hari sudah mau malam.
Ayam mununjukkan gejala “kebingungan” kondisi lingkungan. Dia mengatakan ayam yang diteliti sempat berkokok. Dikiranya saat itu adalah Subuh, ternyata gelap karena gerhana matahari. ”Yang agak delay memberikan respon adalah si burung hantu,” katanya. Burung hantu sempat bersuara tetapi agak lama. Dia sepertinya agak stres, karena terasa sudah malam tetapi kok masih banyak orang. Berbeda dengan malam-malam biasanya.
Setelah puncak GMT selesai dan matahari berangsur normal, di pantai Tanjung Kelayang dilakukan upacara budaya. Sajian ini melengkapi unsur religi dan ilmu pengetahuan yang terjadi sebelumnya. Sejumlah tarian tradisional disajikan dalam pagelaran ini. Tak terkecuali tari kolosal berjudul Pendulang Timah karya Andrea Hirata.
Dalam pidatonya, Menpar Arief Yahya mengatakan jumlah pengunjung pantai Tanjung Kelayang mencapai 50 ribu orang. Pada masa-masa liburan biasa, paling banyak wisatawan yang mampir ke Tanjung Kelayang hanya 5.000 orang. “Jadi wajar kalau penuh sesak di sepanjang pantai,” ujarnya.
Dia mengatakan, ada banyak dampak positif paska fenomena GMT ini. Diantaranya adalah penjajakan bandara Hanandjoeddin beralis status menjadi bandara internasional. Kemudian menaikkan status jalan penghubung Belitung dengan Belitung Timur menjadi jalan nasional.
Pemandu travel yang mendampingi rombongan Dwidayatour Escape Jolly mengatakan, kondisi di Tanjung Kelayang kemarin benar-benar ramai sekali. Selama puluhan tahun dia tinggal di belitung, belum pernah merasakan keramaian manusia seperti ini. ”Lebaran biasanya ramai juga, tapi tidak sebanyak ini,” pungkasnya. Dia mendapat informasi bahwa jalan sepanjang 2 km lebih menuju Tanjung Kelayang suda macet. (jpnn)