“Kredit UMKM paling banyak disalurkan kepada sektor perdagangan besar dan eceran dengan pangsa mencapai 48,20% dan ke sektor pertanian, perburuan dan kehutanan sebesar 28,40%,” jelasnya.
Sementara itu OJK juga menyampaikan untuk kinerja perbankan syariah, dari sisi aset, DPK dan penyaluran pembiayaan masih menunjukan pertumbuhan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan perbankan konvensional.
Aset perbankan syariah Sumbar tumbuh sebesar 13,84% (yoy) menjadi sebesar Rp10,41 triliun, dengan penghimpunan DPK meningkat sebesar 13,65% (yoy) menjadi sebesar Rp9,95 triliun dan penyaluran pembiayaan tumbuh 26,06% (yoy) menjadi sebesar Rp8,87 triliun.
“Risiko pembiayaan juga masih terjaga dengan rasio NPF 1,71%, dan rasio FDR 89,19%,” sebutnya.
Begitupun untuk kinerja bank perekonomian rakyat di Sumbar juga tumbuh dengan baik. Aset tumbuh 6,76% (yoy) menjadi sebesar Rp2,59 triliun, penghimpunan DPK tumbuh 4,17% (yoy) menjadi sebesar Rp1,95 triliun. Sedangkan penyaluran kredit/pembiayaan meningkat 11,12% (yoy) menjadi sebesar Rp1,96 triliun, dengan 70,36% merupakan kredit/pembiayaan bagi UMKM.
“Risiko kredit/pembiayaan terjaga dengan rasio NPL/NPF 8,01%, dan rasio LDR/FDR 100,33%,” tutupnya. (rgr)