PADANG, METRO–Indek Harga Konsumen (IHK) gabungan dua kota di Provinsi Sumatera Barat tercatat mengalami inflasi pada Bulan Juli 2023 sebesar 0,48 persen month to month (mtm). Terjadinya inflasi tersebut dipicu oleh kelompok transportasi yang bersumber dari peningkatan tarif angkutan udara sejalan dengan meningkatnya permintaan yang bertepatan momentum liburan sekolah.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia wilayah Sumatra Barat (Sumbar) Endang Kurnia Saputra mengatakan, berdasarkan data resmi statistik yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), IHK umum Sumatra Barat pada Juli 2023 tercatat inflasi sebesar 0,48 persen mtm, meningkat dibanding bulan sebelumnya yang mengalami deflasi -0,03 persen mtm.
“Sementara, secara tahunan inflasi pada Juli 2023 sebesar 2,20 persen year on year (yoy). Menurun dibanding realisasi bulan Juni 2023 yang sebesar 2,95 persen (yoy),” kata Endang yang akrab disapa Dadang melalui siaran pers yang diterima koran ini, Kamis (3/8).
Dijelaskan Endang, secara spasial Kota Padang mengalami inflasi 0,49 persen (mtm), mengalami peningkatan dibanding realisasi periode sebelumnya yang deflasi sebesar 0,03 persen (mtm) dan berada pada urutan ke-11 dari 77 kota yang mengalami inflasi di Indonesia.
“Namun secara tahunan, realisasi inflasi Kota Padang sebesar 2,15 persen (yoy). Menurun dibanding bulan sebelumnya yang sebesar 3,03 persen (yoy) dan berada pada peringkat ke-73 dari 90 kota yang mengalami inflasi di Indonesia,” ungkapnya.
Sementara itu, Kota Bukittinggi mengalami inflasi 0,36 persen (mtm), meningkat dibanding realisasi bulan sebelumnya yang sebesar 0,09 persen (mtm), berada pada peringkat ke-19 dari 77 kota yang mengalami inflasi di Indonesia. Sedangkan secara tahunan realisasi inflasi Bukittinggi sebesar 2,47 persen (yoy), meningkat dari sebelumnya 2,34 persen (yoy) dan berada pada posisi ke-64 dari 90 kota di Indonesia yang mengalami inflasi.
“Kelompok transportasi dengan realisasi inflasi pada bulan Juli sebesar 1,58 persen (mtm) memberikan andil sebesar 0,24 persen (mtm). Inflasi kelompok ini bersumber dari peningkatan tarif angkutan udara dengan andil 0,22 persen (mtm) sejalan dengan peningkatan permintaan di tengah momentum liburan sekolah,” ungkapnya.
Selain itu, kata Endang, kelompok pendidikan mencatatkan inflasi 1,99 persen (mtm) dengan andil sebesar 0,10 persen (mtm) sejalan dengan periode pendaftaran peserta didik baru di awal tahun ajaran sekolah. Kelompok makanan, minuman dan tembakau juga mengalami inflasi 0,08 persen (mtm) dengan andil inflasi 0,25 persen (mtm).
“Komoditas yang dominan menyumbang inflasi berasal dari komoditas pangan diantaranya cabai merah, kentang, cabai hijau, tomat, dan bawang putih. Peningkatan tersebut didorong oleh ketersediaan pasokan yang terbatas akibat faktor cuaca yang kurang kondusif. Sementara itu, peningkatan harga bawang putih terus berlanjut sejalan dengan tingginya harga bawang putih di tingkat global,” ujarnya.
Ditegaskan Endang, inflasi lebih tinggi tertahan oleh kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya yang deflasi sebesar -0,20 persen (mtm) dengan andil -0,01 persen (mtm). Deflasi tersebut didukung oleh penurunan harga komoditias emas perhiasan yang sejalan dengan pergerakan harga emas global yang lebih moderat,” ujarnya.
“Realisasi inflasi tahunan Sumatra Barat yang terus menurun didukung oleh sinergi yang kuat dari Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sumatra Barat dalam mengendalikan harga serta memastikan ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi,” tukasnya. (rgr)