Rakor Evaluasi Angkutan Lebaran Tahun 2022, Macet Jadi Masalah, Temukan Solusi Hadapi Libur Nataru

BERSAMA—Kepala Dishub Sumbar, Heri Nofiardi bersama Kepala Dinas Pariwisata Sumbar, Luhur Budianda, forkopimda serta stakeholder yang tergabung dalam Forum Lalu Lintas Angkutan Jalan Provinsi Sumbar, Kamis (19/5).

Sejumlah perma­sala­han terkait penyelenggaraan Angkutan Lebaran tahun 2022 dibahas oleh Dinas Perhu­bungan (Dishub) Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) bersama forkopimda dan stakeholder yang tergabung dalam Forum Lalu Lintas Angkutan Jalan Provinsi Sumbar, Kamis (19/5). Pada kesempatan rapat koordinasi (Rakor) bertajuk “Evaluasi Angkutan Lebaran tahun 2022” di salah satu hotel di Kota Padang itu, masing-masing instansi menyampaikan hasil evaluasi terhadap perma­sa­lahan selama Lebaran Tahun 2022. Perwakilan Kantor KSOP­ Kelas II Teluk Bayur misalnya. Menyampaikan selama Mudik Lebaran tahun ini telah me­nyiap­kan armada kapal peng­angkut penumpang, menerap­kan protokol kesehatan (pro­kes) bagi penumpang kapal dan juga ada mendirikan tiga posko dan monitoring.  Selama Lebaran, KSOP Kelas II Teluk Bayur juga telah meminta operator kapal melayani pem­belian tiket secara online. Se­lama libur Lebaran tahun ini terjadi lonjakan penumpang kapal antar pulau. Di mana penumpang kapal yang mela­yani wisata antar pulau yang paling banyak yakni, di Painan dan Tarusan Kabu­paten Pesisir Selatan dan di Pariaman.

Sementara di Pelabuhan Teluk Bayur yang belum ada terminal bagi penumpang kapal disediakan tenda tenda. Juga ada mobil shelter untuk kapal penumpang menuju objek wisata pulau.

Khusus pelayanan ang­kutan mudik dan arus balik di jalur udara, Perwakilan Otoritas Bandara (Otban) Wilayah VI Padang, menyebutkan perge­rakan di udara hasil monitor 25 April hingga 10 Mei 2022, terjadi puncak arus mudik 29 April 2022. Sementara puncak arus balik pada 7 Mei 2022.

Sementara pergerakan penumpang, terjadi puncak arus mudik pada 29 April dan puncak arus balik 9 Mei 2022 menda­tang. Begitu juga kargo barang mengalami peningkatan saat puncak arus mudik 26 April. Puncak arus balik 10 Mei 2022.   Perwakilan Balai Pengelolaan Transportasi Darat (BPTD) Wilayah III Sumbar menye­but­kan, monitoring dilaksanakan di empat Terminal Type A dan empat Unit Pelaksanaan Penim­bangan Kendaraan Bermotor (UPPKB). Hasil monitoring, pergerakan penumpang yang datang dan berangkat melalui terminal, terjadi lonjakan pada H-4 dan H+4.

Sementara,  lalu lintas di jalan raya pada H+4 mengalami kemacetan yang cukup parah. Seperti di Kabupaten Pessel, kemacetan terjadi akibat me­ning­kat­nya arus balik. Penye­bab lainnya, karena kehadiran pasar tum­pah yang mem­buat kendaraan ba­nyak parkir semba­rangan di pinggir jalan. Kemacetan yang terjadi karena faktor pemudik dan masyarakat beper­gian silah­turahmi me­ngun­jungi keluarga. Selain itu, masya­rakat yang bepergian wisata ditambah arus kendaraan pe­mudik dan masyarakat di luar pro­vinsi yang ingin wisata ke Sumbar.

Namun, diakuinya penye­leng­garaan mudik Lebaran tahun ini tidak ada kejadian menonjol, karena kecelakaan dapat diminimalisir.

Selain kondisi lalu lintas di jalan raya yang macet oleh kendaraan, transportasi penye­be­rangan kapal dari Teluk Bungus Padang ke Kabupaten Kepulauan Mentawai juga mengalami peningkatan 8 per­sen diban­ding­kan tahun 2019. Pada ke­sempatan itu, masing-masing Ke­pala dan Perwakilan Dishub Ka­bu­paten Kota juga menyam­paikan laporan kondisi pela­yanan dan penyediaan ang­kutan selama Lebaran tahun ini. Di mana hampir semuanya melaporkan ma­salah kemacetan. Ke­macetan selama momen libur Lebaran tahun ini menjadi bahan eva­luasi bagi Dishub Pro­vinsi Sumbar, untuk meng­hadapi libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2022/2023 nan­tinya.

Kepala Dishub Sum­bar, Heri Nofiardi meng­ungkapkantelah me­nyiap­kan berbagai so­lusi mengatasi kema­cetan selama momen Lebaran lalu. Salah satunya dengan mela­kukan pemetaan jalur-jalur alternatif. Namun, dalam imple­men­tasinya di la­pangan, hal ini tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan. “Ke­nya­­taan­nya di lapangan me­mang jauh dari prediksi kami, sehingga kami agak ke­walahan. Awal­nya, kami memetakan ada 12 titik rawan kemacetan. Akan tetapi, pada Lebaran kemarin, karena dibu­kanya beberapa destinasi wisata baru, jumlah titik rawan kemacetan tersebut pun ikut bertambah,” kata Heri.

Menurut Heri, kurangnya kedisiplinan pengemudi ikut menjadi penyumbang kema­cetan. Pengemudi yang parkir sembarangan dan keter­sedia­an serta arus keluar masuk lapangan parkir, baik di objek wisata maupun rumah makan dan restoran, yang tidak mema­dai dinilai menjadi penye­bab utamanya. Lebih jauh, Heri menerangkan, saat ini ada beberapa solusi jangka pendek yang tengah disiapkan guna menanggulangi kemacetan di Sumbar.

Pertama, menggalakkan pemasangan fasilitas kesela­matan (faskes), seperti barrier, rambu-rambu pelarangan par­kir sembarangan, serta papan informasi jalur-jalur alternatif untuk menghindari kemacetan. “Selain itu, nanti juga akan ada tim pengurai kemacetan. Jadi, ketika terjadi kemacetan, me­reka akan bergerak menggu­nakan sepeda motor untuk melakukan rekayasa lalu lin­tas,” kata Heri.

Kepala Bidang Lalu Lintas dan Pembinaan Keselamatan (LLPK) Dishub Sumbar, Era Oktaviadi menambahkan, untuk mengatasi persoalan kemace­tan ini, paling tidak ada dua hal besar yang patut menjadi evaluasi, yakni terkait ang­garan serta payung hukum.

Menurutnya, anggaran yang tidak memadai membuat pihaknya tidak maksimal dalam menangggulangi persoalan kemacetan selama momen Lebaran.  “Makanya, pada APBD Perubahan 2022 ini kami berencana akan mengajukan anggaran khusus untuk pe­nanng­gulangan kemacetan se­lama libur Nataru dan Lebaran. Kalaupun tidak bisa tahun ini, paling tidak bisa terealisasi tahun depan,” ujarnya.

Di samping itu, Era juga menilai, untuk mengatasi pro­ble­ma kemacetan, khususnya selama momen libur panjang, butuh keberadaan payung hukum yang jelas. Selain juga koordinasi yang lebih intens dengan seluruh pemangku kepentingan terkait.

“Harus ada back up pa­yung hukum yang lebih kuat, sehingga apa-apa yang akan dikerjakan nanti jelas arahnya. Selain itu, koordinasi juga mesti lebih diintensifkan lagi. Tidak hanya menjelang Nataru dan Lebaran saja, tetapi sedari sekarang semestinya sudah dimulai melakukan penyusunan program-program untuk me­nanggulangi kemacetan. Se­hingga tahun depan sudah lebih siap,” tuturnya.(**)

Exit mobile version