SOLOK, METRO
Suara serak yang terdengar ketika Elmayunis bercerita tentang nasib anaknya Nur Intan Najua yang divonis menderita sakit gagal ginjal masih terbaring lemah di RSUP M Djamil Padang. Tidak hanya kondisi anaknya yang menjadi beban pemikirannya, namun yang lebih berat lagi, soal biaya yang semakin membengkak selama perawatan.
Tunggakan pembayaran biaya rumah sakit yang harus ditanggung Elmayunis, sekan menjeratnya ke dalam jurang keputus asaan sehingga berniat membawa anaknya yang saat ini dalam kondisi tidak sadar (koma) pulang ke rumahnya. Kenapa tidak, Elmayunis yang hanya bekerja sebagai petani di jorong Pabusuik, Nagari Sibarambang, Kecamatan X Koto Diateh, Kabupaten Solok, harus menyediakan uang Rp 45 juta.
“Biar kami bawa pulang saja Nur,” ungkap Elmayunis sembari menangis saaat saat dihubungi POSMETRO, Rabu (26/2) sore kemarin yang masih berada di Rumah Sakit M Djamil Padang menemani anaknya.
Cukup lama Elmayunis terdengar menahan nafasnya.” Sampai hari Senin kemarin tagihan atas perawatan Nur sudah mencapai Rp 45 juta,” ungkap Elmayunis atas tagihan yang harus dibayarnya ke pihak rumah sakit.
Nur, begitu Nur Intan Najua dipanggil kini dalam kondisi koma di RSUP M Djamil Padang. Nur yang masih berusia delapan setengah tahun itu sudah 22 hari dirawat di M Djamil Padang. Namun seminggu menjalani perawatan kondisi kesehatan Nur terus memburuk. Bahkan sudah 15 hari ini Nur tidak sadarkan diri.
Nur anak bungsu dari dua bersaudara dari pasangan Elmayunis dan Dang Yani ini mengalami masalah dengan ginjalnya. Dari pengakuan Elmayunis, anaknya menderita penyakit gagal ginjal.
“Kami tak punya uang untuk membayar tagihan rumah sakit sebanyak itu. Kami hidup sebagai petani di kampung,” keluhnya.
Selama ini untuk keperluan berobat anaknya, Elmayunis harus meminjam uang kepada orang lain. Dan kini kenyataan lain yang harus dipukulnya mencari uang untuk tunggakan rumah sakit yang besar nya puluhan juta rupiah.
Memang Nur masuk kedalam pasien umum karena kartu BPJS nya tidak aktif karena tidak dibayar. Untuk meringankan beban biaya perawatan anaknya, Elmayunis juga telah berupaya meminta bantuan ke berbagai pihak. Namun sayang harapannya untuk mendapat bantuan masih jauh dari harapan.
Kondisi itu membuat Elmayunis dan keluarga kehilangan harapan menghadapi musibah yang menimpa anaknya. Rasa putus asa yang membalut pikiranya itu membuat Elmayunis berencana membawa pulang anaknya yang kini masih koma terbaring di RSUP M Djamil Padang.
“Kami tidak mampu lagi dan tidak tahu harus bagaimana lagi mencari uang untuk menutupi biaya rumah sakit,” tambahnya.
Dengan kondisi yang dihadapi Elmayunis, keluarga petani ini jelas membutuhkan bantuan untuk meringankan beban hidup yang dihadapinya. Namun hanya kepada Allah tempat dirinya bersandar karena hanya berdoa yang bisa diperbuatnya setelah berupaya mencari uang untuk menutupi biaya perawatan anaknya. (vko)