LIMAPULUH KOTA, METRO – Rian (37), urang sumando di Jorong XII Kampuang, Nagari Sungai Kamuyang, Kecamatan Luhak, Kabupaten Limapuluh Kota menjadi korban kerusuhan Wamena, Jayawijaya, Papua. Dia terkena anak panah di bagian kaki saat bekerja di lokasi yang mengakibatkan puluhan perantau Minang tewas itu.
Akibat kejadian tersebut, suami dari Teti itu ketakutan dan berencana hendak pulang ke Sungai Kamuyang. Namun hal tersebut belum bisa terwujud. Dia mengaku tidak mempunyai biaya untuk pulang. Bahkan, untuk bekerja dan memenuhi kebutuhan sehari-harinya saja susah.
Sebelumnya hal yang sama juga dikeluhkan Leni, warga asal Jorong Purwajaya, Kecamatan Harau, Limapuluh Kota yang juga merantau ke Papua karena ikut suami yang bertugas sebagai anggota TNI. Kepada ibunya, Leni juga mengeluhkan belum bisa pulang ke kampung halaman karena terkendala besarnya biaya.
Hingga saat ini, kondisi Rian yang berasal dari Perawang, Siak, Riau itu sudah dalam keadaan baik pascaterkena panah. Namun karena kondisi yang tidak aman, pekerja tower telekomunikasi itu berharap bisa segera pulang.
Hal tersebut diungkapkan Pj Wali Nagari Sungai Kamuyang, Yalbaku Jevino, Selasa (22/10) kepada awak media. Menurut Yalbaku, hal tersebut dia ketahui setelah Teti (istri Rian, red) datang ke pihak nagari untuk bisa membantu biaya pemulangan suaminya. Bahkan, Teti membuat surat pernyataan yang ditandatangani dirinya dan wali jorong setempat.
”Betul, memang ada dari warga kita yang meminta bantuan dana. Biaya untuk memulangkan suaminya yang berada di Papua. Suaminya yang bekerja memasang tower telekomunikasi disebutkan terkena panah. Beruntung nyawanya selamat dan kini telah berada di tempat aman,” ujarnya Yalbino.
Atas kondisi tersebut, pihaknya telah mulai melakukan penggalangan dana agar beban keluarga Teti bisa teratasi. Yalbino juga menambahkan, pihaknya juga telah menghubungi Rian lewat sambungan telepon, dan Rian menyebutkan berada di tempat aman.
Sementara Rian saat dihubungi koran ini di nomor telepon 08521288XXXX belum tersambung meski beberapa kali dicoba. Kini keluarga berharap bantuan semua pihak untuk bisa membantu pemulangan suaminya.
Kabiro Humas Pemprov Sumbar Jasman Rizal mengaku sudah mendapatkan informasi terkait seorang sumando Minang yang terkena panah di Wamena. Namun sayangnya, keberadaannya belum diketahui sampai sekarang. Hingga tadi malam, Pemprov masih berkoordinasi dengan Ikatan Keluarga Minang (IKM) Papua untuk mendapatkan kepastian.
“Kami terus berkoordinasi dengan IKM, tentang dimana keberadaan suami dari orang Harau ini. Namun sayang, sampai kemarin IKM juga belum mendapatkan informasinya. Apakah benar dia kena panah dan dimana keberadaannya, belum kita dapati,” sebut Jasman Rizal yang memastikan, dana untuk bantuan korban Wamena masih tersisa Rp3,4 miliar.
Jasman memastikan, informasi-informasi perantau Minang yang seperti itu harus benar-benar dicari. Mungkin saja jumlahnya tidak satu saja, tapi lebih banyak. “Ini bukan soal anggaran kita yang masih banyak, tapi soal kepastian. Insya Allah kami di Pemprov akan serius menyelesaikan masalah korban Wamena ini,” katanya.
Sekjen DPP IKM Nefri Hendri yang dihubungi tadi malam juga sekilas telah mendengar informasi itu. Bahkan, sehari sebelumnya dia juga mendapatkan kabar kalau ada perantau asal Pariaman yang meninggal karena panah di Wamena. Namun, informasi itu masih diverifikasi kebenarannya oleh IKM di sana.
”Pak Zul Sikumbang yang ketua IKM Papua sedang bekerja untuk pendataan. Bahkan, kami juga melibatkan IKM yang lebih dekat, yaitu IKM Wamena. Insya Allah, informasi ini kita akan kejar terus. Soal dana yang di Pemprov, kami akan terus menggalangnya, karena mungkin saja kebutuhan masih banyak,” kata putra Solok ini.
Anggota DPR RI dari Partai Gerindra yang juga ketua harian DPP IKM Andre Rosiade mengaku kaget dengan masih adanya warga yang belum teridentifikasi di Wamena. “Kami harap berita ini segera ditindaklanjuti secara bersama-sama. Pemprov bisa berkoordinasi dengan Pemerintah Wamena atau Papua, dan IKM juga akan mencari ke lokasi,” sebutnya. (us)