Sementara ular, ia tidak melakukan perubahan signifikan sekalipun sama-sama puasa sebagaimana ulat. Ular hanya mampu mengganti tubuhnya saja dengan baju yang baru. Namun perilakunya, cara makannya, cara interaksi dengan yang lain dan sekitarnya masih saja tetap bahkan dapat dikatakan ulat tidak mengalami perubahan apapun kecuali baju barunya.
Demikian pulalah dengan puasa yang kita lakukan sebagai seorang mukmin. Puasa harusnya mampu menjadikan diri seseorang menjadi pribadi yang berubah lebih baik dari sebelumnya. Sebulan harusnya sudah cukup untuk membangun kebiasaan diri kearah yang lebih baik, tentu apabila puasa yang dilakukannya dengan sungguh-sungguh penuh rasa perhatian dan semangat. Sebagaimana sabda Nabi ,”Barangsiapa yang berpuasa (di Bulan) Ramadhan (dalam kondisi) keimanan dan mengharapkan (pahala), maka dia akan diampuni dosa-dosa yang telah lalu”. (HR. Bukhari Muslim).
Artinya apabila seseorang berpuasa di bulan Ramadhan dengan sungguh-sungguh penuh perhatian rasa iman dan bersemangat dalam menjalaninya dengan berharap pahala dari Allah swt maka tentulah dia akan menjadi pribadi baru yang lebih baik dari sebelumnya sebagaimana seseorang yang telah terampuni dosanya. Puasa ramadhan sebenarnya ingin mengarahkan seseorang agar menjadi pribadi baru yang secara personal terbaik (paripurna) memiliki kepribadian yang kuat, penuh motivasi dalam mengembangkan diri ke arah yang lebih bai dan memiliki hubungan kuat secara spiritual sehingga mengantarkannya pada maksud dan tujuan penciptaan yaitu ibadah, sebagaimana yang diajarkan melalui ibadah qiyamu ramadhan (shalat tarawih).
Orang yang menjalankan ibadah puasa harusnya juga mengantarkan menjadi pribadi yang bertanggungjawab atas segala amanah, memiliki kreasi tinggi dalam mengoptimalkan potensi dirinya, mampu mengelola waktunya dengan sangat efektif sebagaimana diajarkan dalam ibadah sahur, yang serta menjadi pribadi yang sangat peduli pada orang lain sebagaimana diajarkan melalui ibadah puasa itu sendiri, yaitu berlapar-lapar dan dahaga sebagaimana berempati pada kaum papa dan dhuafa. Seorang yang berpuasa juga haruslah menjadi pribadi yang sangat bermanfaat bagi orang lain dan lingkungan sekitarnya sebagaimana diajarkan melalui semangat berbagi dan zakat.
Puasa yang dilakukan oleh seorang mukmin harusnya mampu mengantarkan menjadi pribadi yang keberadaannya mampu menjadi solusi bagi orang lain, kontributif, inovatif. Intinya bahwa puasa yang dilakukan oleh seorang mukmin haruslah mampu mengantarkan dirinya bertransformasi menjadi pribadi yang lebih baik dan bermanfaat dibandingkan dengan sebelumnya. Inilah maksud daripada puasa ramadhan yang oleh Allah swt disimbolisasikan dengan istilah bertaqwa. Sebagaimana dalam Firman Allah yang menjelaskan tentang tujuan akhir pencapaian dari adanya kewajiban puasa ramadhan di QS. Al. Baqarah:183.
Tujuan dari puasa adalah “agar kamu bertaqwa”, berarti pribadi yang mampu mentransformasi diri menjadi pribadi paripurna yaitu pribadi yang secara personal memiliki karakter yang kuat, secara sosial memiliki kepedulian yang tinggi sehingga keberadaannya sangat bermanfaat bagi sekitar serta pribadi yang memiliki tanggungjawab spiritual yang tinggi sebagai makhluk ciptaan yang seluruh hidupnya dipergunakan untuk beribadah dan mengabdi dengan berlandaskan nilai-nilai ketuhanan. Inilah transformasi yang sempurna dari maksud diwajibkannya berpuasa ramadhan. Sudahkah puasa yang telah bertahun-tahun kita lakukan mengantarkan kita pada transformasi diri paripurna itu? (**)