Agar Dapat Meraih Ketenteraman

Buya H Masoed Abidin (Ketua MUI Sumbar 2003-2006).

JANGAN Risau akan omongan orang,. Karena setiap orang membaca dunia dengan pemahaman dan pengalaman yang ber­beda. Teruslah me­lang­­kah, selama engkau di jalan yang benar dan baik, meskipun terkadang ke­benaran dan kebaikan ti­dak senantiasa di hargai.

Tak usah repot-repot  menjelaskan tentang diri­mu kepada siapapun, Ka­rena yang menyukai mu tidak memerlukan itu dan, yang membencimu tidak percaya itu. Hidup bukan tentang siapa yang ter­baik, tapi siapa yang mau berbuat baik.

Jangan menghapus persaudaraan dan per­sahabatan hanya karena sebuah kesalaha. Namun ha­puslah kesalahan demi lanjutnya persaudaraan dan persahabatan. Jika datang kepadamu godaan dan gangguan, Jangan berpikir bagaimana cara memba­las dengan yang lebih perihtetapi berpikirlah bagaimana cara membalas dengan yang lebih baik.

Kurangi mengeluh, te­ruslah berdoa. Sibukkan diri dalam kebaikan. Hingga keburukan lelah mengikuti kita. Tugas kita ada lah berbuat yang baik dan be­nar serta Bukan untuk me­nyalahkan dan meng­ha­kimi.

Memaafkan adalah me­­maafkan tanpa tapi , menghargai adalah meng­hargai tanpa tapi pula. Jangan pakai hukum sebab dan akibat untuk membe­narkan amarahmu, karena jika kau baik, amarah tak akan dibiarkan tumbuh subur di hatimu.

Setiap manusia punya hati dan hati itulah yang memerintah manusia da­lam se­mua gerak tin­da­­kannya.  Ingat­lah bahwa seti­dak­nya ada dua­pu­luh macam sifat hati manusia yang dise­butkan dalam Alquran Al Karim.

Hati yang salim yang suci ,”Yaitu hati yang ikhlas dan kosong dari sifat kufur, munafik, dan kotoran.” (Asy-syuara : 89). Sedang­kan hati yang munib yang selalu inabah, “Yaitu hati yang selalu kembali dan tazkiyah taubat kepada Allah dengan selalu menger­jakan perintahNya.” (Qaff : 33).

Hati yang mukhbit yang tunduk, “Yaitu hati yang selalu patuh merendah yang tenang dan lapang Sakinah”. (Al-hajj : 54). Hati yang wajal yang bergetar, “Yaitu hati yang selalu takut kalau tidak mengerja kan perintah dan tidak se­lamat dari azab”. (Al-muk­minun : 60).

 Hati yang taqiy yang bertakwa, “Yaitu hati yang selalu mengagung kan syiar Allah”. (Al-hajj : 32). Hati yang mahdiy yang diberi hidayah,”Yaitu hati yang selalu ridha dengan takdir Allah dan berserah atas perkara nya”. (At-taghabun : 11).

Hati yang muth­main­nah yang tenang ,”Yaitu hati yang selalu mantap dengan ke Esaan Allah dan terus berdzikir”. (Ar-raad : 28). Hati yang hayyu yang hidup, “Yaitu hati yang kasyaf dari seluruh keja­dian yang dialami oleh manusia”. (Qaaff : 37).

Hati yang maridh yang sakit,”Yaitu hati yang kena penyakit seperti ragu, mu­nafik, yang didalam nya ada ilham fujur men­do­rong kepada syahwat ha­ram”. (Al-ahzab : 32) Hati yang amaa yang buta ,”Ya­itu hati yang tidak bisa melihat kebenar- an dan ibrah dari bashirah nya”. (Al-hajj : 46).

Hati yang lahiy yang lalai,”Yaitu hati yang selalu lena dari Alquran. Selalu sibuk dengan kebatilan dunia dan syahwat nya.” (Al-Anbiya : 3). Hati yang atsim yang berdosa, “Yaitu hati yang menyembunyi kan kesaksian terhadap kebe­naran”. (Al-Baqarah : 283).

Hati yang mutakabbir yang sombong, “Yaitu hati yang tidak mau mentau­hidkan Allah dan ketaa­tanNya. Banyak melakukan kezaliman dan permusu­han.” (Ghafir :35). Hati yang ghalidh yang kasar,”Yaitu hati yang dicabut rasa empati dan kasihan kepada sesama”. (Ali imran : 159).

Mari lazimkan berdoa setiap hari,”Ya Allah, se­sungguh nya aku meminta kepada-Mu kebaikan yang tiba-tiba, dan aku ber­lindung kepada-Mu dari keburukan yang tiba-tiba”. Aamiin. (**)

Exit mobile version