Adapun menurut ketentuan dalam Pasal 275 ayat 1 UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu, bentuk-bentuk kegiatan kampanye di antaranya dapat berupa pertemuan terbatas, pertemuan tatap muka, penyebaran bahan kampanye kepada umum, pemasangan alat peraga di tempat umum, atau lewat media sosial.
Dengan demikian, kegiatan tersebut tak boleh lagi dilakukan di masa tenang. Seluruh alat peraga kampanye (APK) peserta pemilu pun harus diturunkan.
Pada Sabtu, para peserta Pilpres 2024, yaitu Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD telah menggelar kampanye akbar terakhir. Anies-Muhaimin menggelar kampanye di Jakarta International Stadium (JIS), Jakarta Utara; Prabowo-Gibran di Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta; dan Ganjar-Mahfud di Solo, Jawa Tengah.
Nah, pascakampanye Capres-Cawapres ini, banyak hal yang kembali dipermasalahkan. Seperti mana yang banyak massa di JIS dan GBK, padahal keduanya banyak. Perdebatan itu terjadi sampai hari berganti dan tak kunjung selesai. Analisis dari berbagai sumber yang entah kredibel atau tidak, terjadi sepanjang waktu. Padahal, tak penting siapa yang massanya banyak. Yang penting suara pada 14 Februari 2024 banyak. Menang. Duduk.
Lalu sepanjang Minggu, Bawaslu dan Satpol PP juga beraksi di sejumlah Kabupaten dan Kota. Di Padang, mereka dengan bersemangat membongkar alat peraga kampanye, baik yang legal atau yang liar. Bahkan sejumlah billboard besar juga dibuka paksa, karena pemilik tak kunjung menurunkannya. Benar-benar bermodal mereka menjamin ketengan di masa tenang ini.
Nah, apakah masa ini masa tenang atau bukan, kita semua pastinya tahu. Tak semua bisa tenang. Bahkan ada yang terus bergerilya, atau sekadar hatinya gelisah. Kita sudah masuk di penghujung masa Pemilu, tinggal dua hari lagi mencoblos. Tak perlu risau, kita harus yakin kalau semua sudah diatur. Semua sudah ditakdirkan. Yang duduk dan tak duduk sudah ada garisannya.
Seorang penulis ternama Indonesia Tere Liye pernah berujar, “Segala sesuatu yang baik, selalu datang di saat terbaiknya. Persis waktunya. Tidak datang lebih cepat, pun tidak lebih lambat. Itulah kenapa rasa sabar itu harus disertai keyakinan.” Jadi, sebaiknya tenang di masa tenang ini. Jangan grasa-grusu. Semua telah diikhtiarkan sekarang tinggal menunggu apa yang terbaik untuk kita. (Wartawan Utama)