Ahok menjabat sebagai Komisaris Utama PT Pertamina sejak 22 November 2019 berdasarkan Keputusan Menteri BUMN selaku Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Pertamina No.SK-282/MBU/11/2019 tanggal 22 November 2019.
Sebelum menjabat sebagai Komisaris Utama Pertamina, Ahok pernah menjabat sebagai Anggota DPRD Kabupaten Belitung Timur periode (2004), Bupati Belitung Timur periode (2005), Anggota DPR RI (2009), Wakil Gubernur DKI Jakarta (2012), dan Gubernur DKI Jakarta (2014).
Keputusan Ahok memang sudah bulat. Awalnya dia juga sempat menyentil Gibran yang belum memiliki pengalaman untuk memimpin negara sebesar Indonesia. Karena belum teruji dan berpengalaman. Jadi Wali Kota saja baru tiga tahun
Untuk mengurus negara sebesar Indonesia mesti memiliki pengalaman menjadi legislatif tingkat nasional maupun eksekutif tingkat provinsi. Dengan pengalaman itu, maka seseorang dianggap mampu, karena memiliki pengetahuan tata negara yang lengkap.
“Kalau belum punya pengalaman dan Anda maju presiden atau wakil presiden, nanti Anda enggak ngerti. Ini bukan soal belajar atau coba-coba lho. Ini negara dipertaruhkan untuk menjadi negara maju di tahun 2045, mana boleh kita kasih ke orang yang coba-coba,” ucapnya.
Ahok mengaku menyampaikan hal ini tanpa maksud untuk meremehkan Gibran atau anak muda lainnya. Dia yakin bahwa anak muda bisa lebih kreatif. Tapi, bicara tata negara, seorang pemimpin, kata Ahok, harus mengerti konstitusi. Bukan cuma yang berani untuk maju, tapi yang lengkap dengan track reccord yang jelas. Butuh waktu dan pembuktian, tidak instan.
2024 ini, adalah waktu perpisahan antara Jokowi dan Ahok. Tapi, setelah Pilpres ini, bisa saja keduanya kembali bersatu entah di mana. Yang pasti, Ahok adalah satu bagian yang melengkapi bagi Jokowi. Terlepas pro dan kontra yang terjadi pada Ahok. Ahok pun tak main-main, saat posisi survei Ganjar-Mahfud jauh tertinggal dari Prabowo, dia tetap komit bersama pasangan nomor urut 3 itu.
Sebuah persahabatan yang unik. Sebagaimana banyak terungkap dalam berbagai podcast yang menghadirkan Ahok atau Jokowi. Sabahabat Nabi Ali Bin Abi Thalib pernah berujar, “Ucapan sahabat yang jujur lebih besar harganya daripada harta benda yang diwarisi nenek moyang.” Mungkin berbeda pilihan itu biasa, begitu juga bagi Jokowi-Ahok. Semoga dua sahabat lama ini kembali bersatu setelah Pilpres yang membelah. (Wartawan Utama)